Rabu, 28 September 2011

MAURICE BUCAILE: AL-QUR'AN, HADITS DAN SAINS MODERN


                                            
Al-Qur'an tidak merupakan satu-satunya sumber doktrin dan hukum Islam. Ketika Nabi Muhammad masih hidup dan sesudah beliau meninggal, ada sumber tambahan yaitu tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan Nabi.

Informasi tentang tindakan dan ucapan Nabi tergantung kepada tradisi mulut; orang-orang yang mengambil initiatif untuk mengumpulkannya dalam suatu teks mengadakan penyelidikan yang rumit jika tradisi lisan tersebut akan dijadikan tulisan tentang kejadian-kejadian.

Dalam mengumpulkan informasi tersebut mereka sangat gigih mencari kebenaran; hal ini dapat dibuktikan dengan fakta bahwa dalam tiap riwayat mengenai kehidupan Nabi Muhammad atau kata-katanya, terkumpul nama-nama orang-orang yang mempunyai reputasi baik yang melaporkan riwayat tersebut, dan urutan nama-nama itu menanjak sampai kepada keluarga Nabi atau sahabat-sahabat yang menjadi sumber pertama daripada informasi itu.

Dengan cara tersebut, muncullah kumpulan-kumpulan tindakan dan ucapan-ucapan Nabi, yaitu yang biasanya dinamakan "Hadits" arti kata itu adalah "kata-kata" tetapi yang dimaksudkan ialah ucapan-ucapan dan tindakan.30

Kumpulan-kumpulan Hadits itu disiarkan beberapa puluh tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad; yang muncul pada abad pertarna Hijriyah sangat terbatas. Kumpulan-kumpulan yang lebih penting baru muncul dua abad sesudah Nabi Muhammad wafat. Dengan begitu maka kumpulan Hadits yang memberi informasi yang paling lengkap bukan kumpulan yang paling dekat kepada zaman Nabi Muhammad.

Kumpulan Bukhary dan Muslim yang diselenggarakan lebih dari 200 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad memberikan dokumentasi yang terluas dan paling dapat dipercayai. Kumpulan Bukhari dianggap yang paling autentik setelah Qur-an. Haudas dan Marcais telah menterjemahkannya ke dalam bahasa Perancis antara tahun 1903 dan 1904, dengan judul: Les Traditions Islamiques. Pada akhir-akhir ini telah diterbitkan juga dengan teks Arab dan terjemahan Inggris oleh Dr. Mohammad Muhsin Khan, dari Universitas Islam di Medina. Dengan begitu Hadits dapat dibaca oleh orang yang tak mengerti bahasa Arab. Tetapi kita perlu bersikap sangat hati-hati terhadap beberapa terjemahan yang dilakukan oleh orang-orang Barat termasuk orang-orang Perancis, karena kita telah dapatkan kekeliruan yang tidak merupakan terjemahan akan tetapi merupakan interpretasi; malahan kadang-kadang mereka itu merubah arti Hadits sehingga memberi pengertian yang tidak dimaksudkan.
  
Dari segi asal mulanya, orang dapat membandingkan kumpulan-kumpulan Hadits itu dengan Injil. Kedua macam buku itu mempunyai sifat yang sama, yaitu; pertama: telah ditulis oleh pengarang-pengarang yang tidak merupakan saksi mata kejadian yang mereka laporkan; dan kedua: telah ditulis setelah lama kejadian-kejadian tersebut terjadi. Sebagaimana halnya dengan Injil, Hadits-hadits itu tidak semuanya dapat diterima sebagai autentik. Hanya jumlah kecil dipandang autentik oleh ahli-ahli Hadits, dan dalam satu kumpulan kita dapat menemukan Hadits-hadits autentik di samping Hadits yang diragukan bahkan Hadits yang harus ditolak.

Berbeda dengan Injil-Injil empat, yang tidak pernah disangkal oleh umat Kristen, kumpulan-kumpulan Hadits-hadits walaupun yang dianggap paling autentik, pada suatu waktu dalam sejarah Islam, telah merupakan sasaran kritik tajam dari para ahli pikir Islam. Tetapi Qur'an, tetap menjadi buku yang pokok dan tak dapat dipersoalkan lagi tentang kebenarannya.

Saya menganggap penting untuk menyelidiki dalam kumpulan Hadits-hadits tersebut, bagaimana di luar wahyu Ilahi, Muhammad diriwayatkan telah membicarakan soal-soal yang pengetahuan modern baru dapat membuka rahasianya pada beberapa abad sesudahnya Saya sangat membatasi diri, dan hanya penyelidikan Hadits yang biasanya dianggap paling autentik, yaitu kumpulan Hadits Bukhari; sebabnya ialah karena saya selalu berpikir bahwa karena Hadits-hadits itu banyak yang disusun oleh para pengumpulnya menurut tradisi oral, maka mereka dapat meriwayatkan fakta-fakta yang sama akan tetapi dengan cara berbeda berhubungan dengan kesalahan orang-orang yang meriwayatkannya. Hal tersebut berbeda dengan Hadits yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang besar jumlahnya sehingga dapat mencapai martabat Hadits autentik.
 Maurice Bucaille
Saya menyelidiki pernyataan-pernyataan Hadits dalam hal-hal yang pernah kita bicarakan tentang Qur-an dan Sains modern. Hasil penyelidikan saya sangat jelas. Ada perbedaan yang sangat besar antara pernyataan-pernyataan Qur-an yang cocok jika dihadapkan dengan Sains modern dan pernyataan Hadits dalam bidang sama yang sangat mudah dikritik.

Hadits yang merupakan tafsiran mengenai beberapa ayat Qur'an kadang-kadang memberi penjelasan yang tak dapat diterima sekarang.Ada satu Hadits Bukhary yang menafsirkan surat 36 ayat 38 (Surat Yassin) yang telah kita bicarakan dalam fasal Astronomi, dengan tafsiran sebagai berikut: "Ketika matahari terbenam, ia sujud di bawah Arasy Tuhan. Matahari minta izin untuk mengulangi perjalanannya, dan sujud sekali lagi. Akhirnya ia kembali ke tempat dari mana ia datang dan bangun kembali dari Timur." Teks aslinya adalah kabur dan sukar diterjemahkan. (Kitab permulaan penciptaan, fasal 54, bab 4 no. 421). Bagaimanapun juga, Hadits tersebut mengandung khayalan tentang perjalanan matahari dan hubungannya dengan bumi. Sains telah menunjukkan bahwa yang benar adalah sebaliknya isi Hadits tersebut. Jadi Hadits tersebut tidak autentik.

Dalam fasal yang sama (Kitab permulaan penciptaan) fasal 54 bab 6 no. 430, terdapat keterangan tentang tahap-tahap pertama daripada perkembangan embriyo. Keterangan tentang waktu yang diperlukan oleh tahap-tahap itu terasa aneh; satu tahap untuk mengumpulkan unsur-unsur yang menyusun manusia, lamanya 40 hari, satu tahap di mana embryo itu merupakan "sesuatu yang melekat" lamanya 40 hari, dan satu tahap di mana embryo menjadi seperti daging yang dikunyah lamanya juga 40 hari. Kemudian setelah campur tangan malaekat untuk menentukan hari kemudian embryo itu, suatu ruh ditiupkan dalam embryo tersebut. Gambaran perkembangan embriyo seperti
tersebut di atas tidak sesuai dengan Sains modern.

Kecuali dalam surat 16 (Nahl) ayat 69 yang menyebutkan bahwa madu itu mengandung obat (tanpa menyebutkan untuk penyakit apa), Qur-an tidak memberi tuntunan tentang pengobatan. Tetapi Hadits memberikan tempat yang luas untuk soal obat-obatan.
 
Dalam kumpulan Hadits Bukhary ada suatu bab khusus untuk obat-obatan (bab 76). Dalam terjemahan Houdas dan Marcais hal tersebut terdapat dalam jilid 4, halaman 62 s/d 91, dan dalam bukunya Dr. Muhammad Muhsin Khan dengan terjemahan Inggris terdapat dalam jilid 7 halaman 395 s/d 452. Halaman-halaman tersebut memberi gambaran tentang pendapat-pendapat orang pada waktu Hadits tersebut dikumpulkan mengenai soal-soal yang berhubungan dengan obat-obatan. Orang dapat menambahkan kepada hadits-hadits dalam bab tersebut, hadits-hadits lain yang terdapat dalam bagian-bagian lain daripada kumpulan Hadits Bukhary.

Dalam hadits-hadits yang saya sebutkan terakhir tadi, terdapat pemikiran-pemikiran tentang sihir, mata jahat, pengusiran setan dan lain-lain, walaupun Qur-an telah membatasi hal-hal tersebut. Terdapat suatu hadits yang mengatakan bahwa buah kurma dapat menjaga manusia dari pengaruh sihir, dan dapat menyembuhkan gigitan binatang berbisa.

Kita tidak perlu heran karena dalam zaman teknik dan farmakologi belum maju, kita menemukan anjuran untuk praktek-praktek yang sederhana atau obat-obatan alamiah seperti cantuk (Hijamah) atau cara lain untuk mengeluarkan darah kotor, mengobati luka dengan api, mencukur untuk mengobati penyakit kulit, meminum susu onta, biji tertentu atau tumbuh-tumbuhan tertentu, abu semacam tumbuh-tumbuhan (untuk menghentikan darah keluar). Dalam keadaan yang berbahaya, orang perlu menggunakan segala cara yang dapat dilakukan, dan yang memang berguna. Tetapi saya rasa kurang baik untuk menganjurkan minum kencing onta.

Kita juga kurang setuju dengan penjelasan-penjelasan mengenai patologi. Di bawah ini beberapa contoh:
Asalnya penyakit panas badan: empat orang saksi menguatkan pernyataan bahwa: panas badan itu datangnya dari api neraka (Kitab pengobatan fasal 28).

Adanya obat bagi tiap-tiap penyakit, "Tuhan tidak menurunkan penyakit kecuali ia juga menurunkan obatnya (Kitab pengobatan fasal 1). Contoh konsepsi ini adalah Hadits lalat (Kitab pengobatan, fasal 28 dan Kitab permulaan penciptaan, bab 54, fasal 15, 16). Jika ada lalat jatuh dalam satu wadah, lalat itu harus ditenggelamkan seluruhnya, karena satu sayapnya mengandung racun, dan yang satu lagi mengandung penawar, lalat mula-mula membawa racun kemudian membawa obat.

Keguguran itu disebabkan karena si hamil melihat ular tertentu (ular itu juga menyebabkan kebutaan). Ini disebutkan dalam Kitab permulaan penciptaan, fasal 13 dan 14.

Mengeluarkan darah di luar waktu haid. Kitab Haid fasal 6 memuat Hadits tentang sebab mengeluarkan darah di luar waktu haid (bab 16, 21 dan 28). Hal ini mengenai dua orang wanita. Dalam satu kasus, tanpa perincian, mengenai symptom tersebut, dinyatakan bahwa mengeluarkan darah itu sebabnya karena suatu saluran darah ('irq); dalam kasus lainnya, yaitu tentang seorang wanita yang mengeluarkan darah di luar haid selama tujuh tahun. Di sini sebab yang sama dinyatakan
kembali. Orang dapat membuat hipotesa tentang sebab yang sesungguhnya tentang symptom tersebut, tetapi mengingat zaman Hadits Nabi Muhammad tersebut, kita tak dapat menggambarkan bagaimana diagnosa tersebut didasarkan kepada suatu argumen. Bagiamanapun juga hal ini mungkin juga benar.
Tak adanya penyakit menular, kumpulan Hadits Bukhary menyebutkan dalam beberapa bagian dalam buku itu (fasal 19, 25, 30 31, 53 dan 54 kitab pengobatan, bab 76), kasus-kasus khusus seperti lepra, pest, kolera, penyakit kulit onta, dan juga penyakit menular secara umum. Pemikiran tentang hal-hal tersebut mengandung pernyataan yang kontradiksi. Tetapi, terdapat juga suara anjuran supaya orang jangan pergi ke tempat di mana wabah pest berjangkit, dan supaya orang menjauhi orang yang terserang penyakit lepra.31

Dengan begitu, kita dapat mengambil kesimpulan tentang adanya hadits yang tak dapat diterima. Tetapi di samping kesangsian tentang kebenaran hadits tersebut, dengan disebutkannya di sini kita mendapat faedah yaitu bahwa dengan memperbandingkannya dengan pernyataan ilmiah yang terdapat dalam Qur-an, kita mengerti bahwa hadits-hadits tersebut mengandung pernyataan yang tidak tepat. Konstatasi ini mempunyai arti yang besar.

Kita harus ingat bahwa ketika Nabi Muhammad meninggal, ajaran-ajaran yang diterima oleh para sahabat dari beliau dapat dibagi menjadi dua kelompok:
Pertama, banyak pengikut Nabi yang hafal Qur-an seperti beliau dan selalu mengulangi pembacaannya; di samping itu terdapat tulisan-tulisan wahyu Qur-an yang dibuat waktu Nabi Muhammad masih hidup, dan malahan sebelum hijrah.

Kedua, anggauta-anggauta dari sahabat-sahabatnya yang terdekat, dan beberapa pengikutnya yang menyaksikan tindakan dan kata-katanya, mereka itu memelihara apa yang mereka saksikan atau dengarkan, dan menjadikannya sebagai sandaran di samping Qur-an, untuk menetapkan doktrin dan hukum yang sedang tumbuh.
Dalam tahun-tahun sesudah meninggalnya Nabi Muhammad, teks-teks, tentang dua macam ajaran yang ia tinggalkan bermunculan. Kumpulan Hadits yang pertama muncul 40 tahun setelah Nabi meninggal, akan tetapi sebelum teks itu muncul, Qur-an sudah dikumpulkan lebih dahulu pada zaman Abubakar dan Umar. Utsman membuat teks definitif pada waktu ia memerintah; yakni antara tahun 12 dan 24 sesudah Nabi meninggal.

Yang perlu digaris bawahi adalah perbedaan antara kedua macam teks dan segi sastra dan dari segi isi. Sesungguhnya tak mungkin diadakan perbandingan dari segi style Qur'an dan susunan tata Hadits. Dan lagi jika kita mernbandingkan isi daripada dua teks tersebut dengan menghadapkannya kepada hasil-hasil Sains modern, kita akan heran karena perbedaan yang sangat besar. Saya harap saya telah berhasil menunjukkan perbedaan antara:

Di satu pihak, pernyataan Qur-an yang sering kelihatan remeh; tetapi jika diselidiki secara ilmiah dengan hasil-hasil Sains modern akan ternyata bahwa pernyataan-pernyataan itu menunjukkan hal-hal yang kemudian dibenarkan oleh Sains.

Di lain pihak, beberapa pernyataan hadits yang kelihatannya sesuai dengan cara berfikir pada waktu itu; tetapi mengandung pernyataan-pernyataan yang sekarang tidak dapat diterima secara ilmiah. Pernyataan-pemyataan tersebut terselip dalam doktrin dan hukum Islam yang semua orang menganggap autentik dan tak berani mempersoalkannya.

Akhirnya, kita harus mengetahui bahwa sikap Nabi Muhammad terhadap Qur'an sangat berbeda dengan sikap beliau terhadap ucapan-ucapan beliau pribadi. Qur'an tidak merupakan fatwa-fatwa beliau. Qur'an adalah wahyu Ilahi. Nabi menyusun bagian-bagian Qur'an dalam waktu kurang lebih dua puluh tahun dengan sangat hati-hati seperti yang sudah kita lihat. Qur;an merupakan hal yang harus ditulis selama Nabi Muhammad masih hidup. dan harus dihafalkan untuk dijadikan bacaan sembahyang. Adapun Hadits yang disajikan sebagai hal yang menunjukkan tindakan dan ucapan Nabi, hadits itu diserahkan kepada pengikutnya untuk menjadi contoh dalam tindakan mereka dan untuk ditulis sebagaimana mereka fahami. Ia tidak memberi pengarahan dalam hal ini.

Oleh karena hanya jumlah tertentu daripada hadits dapat dianggap secara pasti sebagai pemikiran Nabi Muhammad, maka kebanyakan hadits hanya menunjukkan hal-hal yang dianggap benar oleh orang-orang pada zaman dahulu, khususnya tentang hal-hal ilmiah yang telah disebutkan dalam ketabiban. Dengan membandingkan teks hadits dengan teks Qur'an, kita dapat membedakan antara Qur-an dan hadits yang tidak benar dan tidak autentik. Perbandingan ini menjelaskan perbedaan besar
antara tulisan-tulisan pada waktu itu yang penuh dengan kekeliruan-kekeliruan ilmiah, dengan Qur-an, wahyu yang sudah dibukukan dan yang bebas dari kesalahan-kesalahan ilmiah.

Ketika penterjemah bertemu dengan pengarang dalam konferensi pemikiran Islam di Aljazair pada bulan September 1978, pengarang berpesan agar paragraf dibawah ini ditambahkan dalam Bab Qur'an, Hadits dan Sains modern. Dalam cetakan keenam, (bahasa Perancis) paragraf tersebut memang telah dimuat.

Kebenaran Hadits dari segi keagamaan sama sekali tidak menjadi persoalan. Tetapi jika Hadits itu membicarakan soal-soal profane (bukan agama), maka tak ada perbedaan antara Nabi Muhammad dan manusia lainnya. Sebuah Hadits meriwayatkan pernyataan Nabi Muhammad sebagai berikut: "Jika aku berikan perintah kepadamu mengenai agama, ikutilah, dan jika aku menyampaikan sesuatu hal yang berasal dari pendapatku sendiri, ingatlah bahwa aku adalah seorang manusia." Al Saraksi dalam bukunya "al Usul" menafsirkan, sebagai berikut: "Jika aku memberi tahu tentang hal agama, kerjakanlah menurut keteranganku dan jika aku memberitahu tentang soal-soal keduniaan, maka sesungguhnya kamu lebih tahu tentang urusan keduniaanmu."


BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Sumber: http://media.isnet.org/index.html

SIKLUS AIR DAN LAUTAN




Jika pada waktu ini kita membaca ayat-ayat Qur-an yang mengenai air dan kehidupan manusia ayat demi ayat, semuanya akan nampak kepada kita sebagai ayat-ayat yang menunjukkan hal yang sudah jelas. Sebabnya adalah sederhana; pada zaman kita sekarang ini, kita semua mengetahui siklus air dalam alam, meskipun pengetahuan kita itu tidak tepat keseluruhannya.

Tetapi jika kita memikirkan konsep-konsep lama yang bermacam-macam mengenai hal ini, kita akan mengetahui bahwa ayat-ayat Qur-an tidak menyebutkan hal-hal yang ada hubungannya dengan konsep mistik yang tersiar dan yang mempengaruhi pemikiran filsafat secara lebih besar daripada hasil-nasil pengamatan. Jika orang-orang zaman dahulu telah dapat memperoleh pengetahuan praktis yang bermanfaat, untuk memperbaiki pengairan air, walaupun pengetahuan itu terbatas, di lain fihak mereka itu mempunyai gambaran tentang siklus air yang tak akan dapat diterima oleh orang sekarang.

Dengan cara pemikiran orang dahulu itu, mudahlah bagi seseorang untuk menggambarkan bahwa air di bawah tanah itu dapat diperoleh karena terjadinya gugusan dalam tanah. Orang menyebutkan konsep Vitrue yang pada abad I SM. mempertahankan ide tersebut di Roma. Dengan begitu, selama beberapa abad, dan juga setelah Qur-an diwahyukan banyak orang yang mengikuti ide yang salah tentang regime air.

Dalam artikel "Hydrogeologie" daripada Encyclopedia Universalis, dua orang ahli, yaitu G. Castany dan B. Blavoux menyajikan sejarah air yang sangat jelas sebagai berikut:

Bagi Thales dan Milet pada abad VII S.M. air laut masuk ke benua karena pengaruh angin, air juga jatuh di atas bumi dan masuk dalam tanah. Plato menyetujui ide ini dan berpendapat bahwa kembalinya air ke laut itu terjadi karena tatare, yakni jurang yang besar di pinggir bumi. Teori tersebut dianut oleh banyak ahli fikir sampai abad XVII dengan Rene Descartes, Aristoteles mengira bahwa uap air di tanah menjadi padat dalam gua-gua yang dingin di gunung-gunung dan menjadikan danau-danau di bawah bumi, danau-danau itu mengisi sumber-sumber air. Pendapat Aristoteles diikuti oleh Seneca (abad I M) dan banyak orang lainnya sehingga tahun 1877, O. Volger termasuk di antara pengikut teori tersebut.

Konsepsi tentang siklus air yang jelas untuk pertama kali diutarakan oleh Bernard Palessy pada th. 1580. Konsepsi itu mengatakan bahwa air di bawah tanah asalnya dari infiltrasi air hujan dalam tanah. Teori tersebut kemudian dibenarkan oleh E. Mariotte dan P. Perrault pada abad XVII M.

Dalam ayat-ayat Qur-an tak terdapat konsepsi yang salah, tetapi diterima orang pada zaman Nabi Muhammad.

Silahkan baca ayat-ayat di bawah ini.

Surat 50 ayat 9 s/d 11:

Artinya: "Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang bersusun-susun untuk menjadi rizki bagi hamba-hamba (Kami). Dan Kami hidupkan dengan air itu, tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan."

Surat 23 ayat 18:

Artinya: "Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami berkuasa (pula) rnenghilangkannya. Lalu dengan air itu Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur. Di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan dari kebun-kebun itu kamu mendapat makanan."

Surat 15 ayat 22:

Artinya: "Dan Kami telah mengirimkan angin untak mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dan langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali-kali bukannya kamu yang menyimpannya."

Ada dua cara untuk menafsirkan ayat yang terakhir ini, angin yang menyuburkan dapat dianggap sebagai penyubur tanaman-tanaman dengan jalan membawa pollen (benih buah dari tumbuhan-tumbuhan lain). Tetapi dapat juga ditafsirkan sebagai ekspresi kiyasan yang menggambarkan peranan angin yang membawa awan yang tidak mendatangkan hujan atau awan yang membawa hujan. Peranan ini sering disebut dalam ayat, seperti ayat-ayat di bawah ini.

Surat 35 ayat 91:

Artinya: "Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin untuk menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan (hujan yang turun dari) awan itu. Demikianlah kebangkitan itu."

Kita perhatikan bahwa pada bagian pertama daripada ayat tersebut, susunan kata-katanya adalah susunan hikayat, kemudian dengan mendadak dan tanpa transisi susunannya berubah menjadi deklarasi daripada Tuhan. Perubahan susunan yang mendadak dalam bentuk deklarasi sering terdapat dalam Qur-an.

Surat 30 ayat 48:

Artinya: "Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila  hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka jadi gembira."

Surat 7 ayat 57:

Artinya: "Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira di muka kedatangan rahmatNya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan ini pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, supaya kamu mengambil pelajaran."

Surat 23 ayat 48-50:

Artinya: "Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dengan sebelum kedatangan rahmatNya (hujan) dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. Agar Kami menghidupkan dengan air itu sebagian besar dari mahluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak."

Surat 45 ayat 5:
 Artinya: "Dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya. Dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal."

Rizki dalam ayat ini adalah air yang turun dari langit, seperti yang diterangkan oleh konteks. Yang ditekankan di sini adalah perubahan angin, yaitu yang mempengaruhi turunnya hujan.

Surat 13 ayat 17:

Artinya: "Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang."

Surat 67 ayat 30:

Artinya: "Katakanlah kepadanya jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?"

Surat 39 ayat 21.

Artinya: "Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit maka diaturNya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkanNya dengan air itu tanam-tanaman yang bertmacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikannya hancur berderai-derai."

Surat 36 ayat 34:

Artinya: "Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air."

Pentingnya sumber-sumber dan diisinya dengan air hujan yang digiring ke arah sumber itu digaris bawahi dalam tiga ayat terakhir. Kita perlu memperhatikan hal ini, untuk mengingat konsepsi yang tersiar pada abad pertengahan seperti konsepsi Aristoteles yang mengatakan bahwa sumber-sumber itu mendapat air dari danau-danau di bawah bumi. Dalam artikel "Hidrologi" dalam Encyclopedia Universalis, M.R. Rememeras, Guru Besar pada sekolah nasional untuk pertahanan desa, pertahanan air dan hutan, menerangkan tahap-tahap pokok daripada hidrologi dan menyebutkan proyek-proyek irigasi kuno, khususnya di Timur Tengah. Ia mengatakan bahwa empirisme telah mendahului ide pada waktu itu dan konsepsi-konsepsi yang salah. Kemudian ia meneruskan: perlu manusia menunggu zaman renaissance (antara tahun 1400-1600) untuk melihat konsep-konsep filsafat mundur dan memberikan tempatnya kepada penyelidikan-penyelidikan fenomena hidrologi yang didasarkan atas pengamatan (observasi).

Leonardo da Vinci (1452-1519) menentang pernyataan-pernyataan Aristoteles. Bernard Palessy, dalam bukunya: Penyelidikan yang mengagumkan tentang watak air dan air mancur, yang alamiah dan yang buatan (Paris 1570) memberikan interpretasi yang benar tentang siklus air dan khususnya pengisian sumber-sumber air daripada air hujan.

Surat 39 ayat 21 yang menyebutkan bahwa air hujan itu mengarah kepada sumber-sumber air. Bukankah hal itu tepat sekali seperti yang ditulis oleh Palessy pada tahun 1570.

Kemudian Qur-an membicarakan butir-butir es dalam Surat 24 ayat 43:

Artinya: "Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)Nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendakiNya dan dipalingkannya dari siapa yang dikehendakiNya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

Ayat-ayat di bawah ini memerlukan komentar (Surat 56 ayat 68 sampai dengan 70).

Artinya: "Apakah kamu memperhatikan air yang kamu minum?  Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?"

Menyebutkan bahwa Tuhan dapat merubah air tawar menjadi masin adalah suatu cara untuk menunjukkan kekuasaan Tuhan. Suatu cara untuk mengingatkan akan kekuasaan Tuhan adalah tantangan kepada manusia untuk menurunkan hujan dari awan, yang pertama memang betul-betul tantangan yang mustahil diterima; tetapi yang kedua tidak lagi merupakan kemustahilan pada zaman modern ini karena tehnik sudah memungkinkan usaha menjatuhkan hujan. Apakah kemampuan manusia untuk menjatuhkan hujan itu bertentangan dengan pernyataan Qur-an?

Soalnya tidak begitu. Kita tetap harus meninjau batas-batas kemampuan manusia dalam bidang ini. M.A. Facy, insinyur umum daripada Meteorologi National menulis tentang "menurunkan hujan" dalam Encyclopedia Universalis sebagai berikut: "Orang tidak akan dapat menjatuhkan hujan daripada awan yang tidak mengandung air, atau awan yang belum waktunya menjatuhkan hujan dari pada awan yang tidak mengandung air, atau awan yang belum waktunya menjatuhkan air walaupun ia
mengandung air." Jadi manusia hanya mempercepat proses turunnya hujan dengan bantuan teknik modern, sedangkan persyaratan-persyaratan alamiah sudah terpenuhi. Kalau keadaan tidak begitu, yakni bahwa manusia dapat menurunkan hujan, niscaya tak terdapat lagi kekeringan, tak ada lagi tanah tandus. Kenyataannya tidak begitu. Untuk menguasai hujan dan udara yang baik tetap menjadi impian manusia.

Manusia tak dapat memecahkan menurut kemauannya sendiri suatu siklus yang sudah tetap dan menjamin peredaran (sirkulasi) air dalam alam. Menurut hidrologi modern siklus itu dapat diringkaskan sebagai berikut:

Sinar dan panas matahari menyebabkan uapan lautan-lautan dan tanah-tanah yang digenangi atau tercampur dengan air.

Uap tersebut naik ke atmosfir dan membentuk awan-awan dengan cara berpadat (kondensasi). Kemudian angin campur tangan untuk memindahkan uap-uap itu ke jarak-jarak yang berbeda-beda. Awan-awan itu kadang-kadang hilang tanpa menurunkan hujan, kadang-kadang berkumpul satu dengan yang lain untuk membentuk kondensasi yang lebih besar dan kadang-kadang berpecah-pecah untuk menurunkan hujan pada tahap tertentu daripada perkembangan awan. Jika hujan itu turun di atas lautan (yang merupakan 70% daripada wajah bumi) siklus tersebut dengan lekas menjadi tertutup. Tetapi jika hujan itu jatuh di atas tanah, sebagian akan disedot oleh tumbuh-tumbuhan dan membesarkan tumbuh-tumbuhan itu. Tumbuh-tumbuhan itu, dengan transpirasinya mengembalikan sebagian air hujan ke atmosfir. Sebagian lain daripada air hujan meresap dalam tanah, dan dari tanah itu sebagian menuju ke lautan dengan perantaraan saluran-saluran atau terus masuk lebih mendalam dalam tanah untuk kembali lagi ke muka bumi melalui sumber-sumber atau air mancur.

Jika kita bandingkan hasil hidrologi modern dengan kandungan beberapa ayat Qur-an yang telah kita sebutkan di atas kita merasakan adanya persesuaian yang jelas di antaranya.

LAUTAN (2/2)

Sebagaimana ayat-ayat Qur-an telah memberikan bahan perbandingan dengan ilmu pengetahuan modern mengenai siklus air dalam alam pada umumnya, hal tersebut akan kita rasakan juga mengenai lautan. Tak ada ayat Qur-an yang mengenai lautan bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga perlu digarisbawahi bahwa tak ada ayat Qur-an yang membicarakan tentang lautan menunjukkan hubungan dengan kepercayaan-kepercayaan atau mitos, atau takhayul yang terdapat pada zamanl Qur-an diwahyukan.

Beberapa ayat yang mengenai lautan dan pelayaran mengemukakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang nampak dalam pengamatan sehari-hari. yang semua itu untuk difikirkan.

Ayat-ayat itu adalah:

Surat 14 ayat 32:

Artinya: "Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan  kehendakNya."

Surat 16 ayat 14:

Artinya: "Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan) dan Kami mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur."

Surat 31 ayat 31:

Artinya: "Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat (kemurahan) Allah, supaya diperlihatkanNya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur."

Surat 55 ayat 24:


Artinya: "Dan kepunyaanNyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan, laksana gunung."

Surat 36 ayat 41-44.

Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. Dan Kami ciptakan untuk mereka yang mereka kendarai yang seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka; maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. Kecuali karena rahmat daripada Kami, dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu."

Ayat tersebut membicarakan perahu yang memuat manusia di atas lautan seperti perahu yang membawa Nabi Nuh dan penumpang-penumpang lainnya, serta membawa mereka sampai ke daratan.

Ada lagi fakta mengenai lautan untuk diamati. Fakta tersebut dapat diambil dari ayat-ayat Qur-an tentang lautan, dan fakta tersebut menunjukkan suatu aspek yang khusus.

Tiga ayat membicarakan sifat-sifat sungai yang besar jika sungai itu menuang ke dalam lautan.

Suatu fenomena yang sering kita dapatkan adalah bahwa air lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak bercampur seketika. Orang mengira bahwa Qur-an membicarakan sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan yang panjangnya lebih dari 150 km, dan dinamakan Syath al Arab. Di dalam teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan suatu fenomena yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar ke dalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan. Untuk memahami teks ayat, kita harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab "Bahr" yang berarti sekelompok air yang besar, sehingga kata itu dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Nil,Tigris dan Euphrat.

Tiga ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sebagai berikut:

Surat 25 ayat 53:

Artinya: "Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi."

Surat 35 ayat 12:

Artinya: "Dan tidak sama (antara) dua laut. Yang ini tawar segar sedap diminum, dan yang ini asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya."

Surat 55 ayat 19, 20, 22:

Artinya: "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan."

Selain menunjukkan fakta yang pokok, ayat-ayat tersebut menyebutkan kekayaan-kekayaan yang dikeluarkan dari air tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan hiasan badan: batu-batu perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan air laut di muara-muara hal tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli tafsir mengira bahwa dua sungai besar itulah yang dimaksudkan. Sungai-sungai besar yang menuang ke laut seperti Missisippi dan Yang Tse menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macan air itu tidak terlaksana seketika tetapi memerlukan waktu.


BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Sumber: http://media.isnet.org/index.html

ASAL ZAT-ZAT SUSU PADA BINATANG





Asal zat-zat susu binatang dibicarakan dalam Qur-an dan sesuai dengan Sains modern (surat 16 ayat 66). Terjemahan dan tafsiran ayat ini adalah terjemahan dan tafsiran pribadi pengarang buku ini oleh karena terjemahan-terjemahan modernpun biasanya memberi ide yang sudah tak dapat diterima lagi. Umpamanya:

Terjemahan Blachere: "Sesungguhnya kamu dapat pelajaran dalam binatang-binatangmu. Aku memberi kamu minum dari susu yang murni dan segar untuk peminum, yang berasal dalam perut mereka daripada bahan-bahan di antara makanan yang telah dikunyah dan darah."

Terjemahan Hamidullah: "Sungguh terdapat hal-hal yang perlu difikirkan dalam ternakmu. Daripada yang terdapat dalam perut, antara kotoran dan darah. Aku beri minum kepadamu susu yang murni dan mudah diminum oleh peminumnya."

Ahli-ahli Psikologi yang ditanya mengenai teks tersebut mengatakan bahwa teks itu kabur, karena tidak sesuai dengan Sains modern yang paling elementer. Kedua tafsir tersebut di atas adalah karya orang-orang ahli ke Islaman yang ternama. Tetapi kita tahu bahwa seorang penterjemah walaupun ia ahli ke Islaman, dapat saja melakukan kesalahan dalam terjemahan ilmiah, jika ia tidak menjadi spesialis dalam ilmu yang ia terjemahkan.

Terjemahan yang sesuai menurut pemikiran saya adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya bagi kamu, dalam binatang ternakmu terdapat suatu pelajaran. Aku memberi minum kepadamu, dari zat yang terdapat dalam badan ternak itu dan yang terjadi karena hubungan antara zat yang ada dalam usus dan darah, susu murni yang mudah ditelan oleh mereka yang minum."

Tafsiran di atas sangat dekat dengan tafsiran Muntakhab, cetakan tahun 1973 yang disusun oleh Majlis Tertinggi Urusan Islam di Cairo dan yang berdasarkan penyelidikan-penyelidik- an psikologi modern.

Dari segi arti kata, terjemahan yang saya usulkan dapat diterangkan sebagai berikut. Saya menterjemahkan: "dalam badan mereka" dan tidak seperti terjemahan Blachere dan Hamidullah, "dalam perut mereka" oleh karena kata "batn" berarti juga tengah-tengah dan di dalam sesuatu, di samping arti "perut." Kata "batn" tidak mempunyai arti anatomi yang pasti. Jadi terjemahan "di dalam badan binatang" menurut pendapat saya sesuai dengan konteks.

Soal "asal" zat-zat SUSU diterangkan dengan huruf "min"  (dari) dan soal "hubungan" diterjemahkan dengan huruf "baina" (antara) sebagai yang terdapat dalam dua terjemahan lain, tetapi "baina" juga dipakai untuk menunjukkan antara benda-benda atau antara orang-orang.

Dari segi ilmiah, kita harus ingat kepada pemikiran psikologis agar dapat mengerti arti ayat tersebut.

Zat-zat yang pokok yang menjamin makanan sesuatu organisme datang dari transformasi kimia yang terjadi sepanjang anggauta-anggauta pencernakan, zat-zat itu timbul dari unsur-unsur yang terdapat dalam usus. Jika unsur-unsur dalam usus itu sudah sampai waktunya untuk bertransformasi, unsur-unsur itu menembus kulit-kulit usus dan mengarah ke alat-alat sirkulasi. Perpindahan ini terjadi dengan dua cara: cara langsung dengan yang dinamakan "saluran-saluran Lymphatique" atau cara tidak langsung dengan melalui pintu sirkulasi yang akan menyampaikan kepada lever (hati) tempat unsur-unsur itu mengalami perubahan. Dari hati, unsur-unsur itu menuju ke sirkulasi umum. Dengan cara ini, semua zat diedarkan dengan peredaran darah.

Unsur-unsur susu itu keluar dari kelenjar-kelenjar penyusuan yang mendapat bahan dari kunyahan makanan-makanan yang dibawa oleh darah yang beredar. Jadi darah itu bertindak sebagai pengumpul dan pembawa bahan-bahan yang berasal dari makanan untuk dijadikan bahan bagi kelenjar-kelenjar
penyusuan yang menghasilkan susu atau dibawa ke anggauta-anggauta lain.

Dalam hal ini semuanya bermula dari adanya isi usus dan dinding usus. Pemikiran yang jitu ini sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan kimia dan psikologi pencernakan. Hal ini tak diketahui orang pada zaman Nabi Muhammad, dan hanya baru diketahui pada zaman modern. Adapun peredaran darah, baru saja diketemukan oleh Halvey, yakni 10 abad sesudah Qur-an diwahyukan.

Saya berpendapat bahwa adanya ayat-ayat dalam Qur-an yang mengisyaratkan kepada ide-ide itu tak dapat diberi penjelasan manusiawi mengingat bahwa ide-ide itu terbentuk pada zaman modern.



BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Sumber: http://media.isnet.org/index.html

REPRODUKSI MANUSIA DALAM AL-QUR'AN




Adalah tidak mudah untuk mendapatkan ide reproduksi dalam Qur-an. Kesulitan pertama adalah ayat-ayat yang mengenai soal ini tersebar di seluruh Qur-an seperti yang kita lihat dalam soal-soal lain. Tetapi soal ini tidak merupakan kesulitan besar. Yang dapat menyesatkan seorang penyelidik adalah soal arti kata (vocabulary).

Pada waktu sekarang terdapat terjemahan-terjemahan dan tafsiran tentang beberapa ayat yang memberi gambaran salah tentang wahyu Qur-an mengenai hal-hal ilmiah. Kebanyakan terjemahan Qur-an menyebutkan pembentukan manusia mulai dengan "segumpal darah" dan adherence (rangkaian). Penjelasan semacam itu sangat tak dapat diterima oleh seorang spesialis. Manusia bukan begitu asal mulanya. Dalam ayat-ayat yang membicarakan menetapnya telur dalam uterus (rahim) wanita, kita akan melihat kesalahan ahli-ahli ke Islaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah.

Keadaan semacam tersebut meyakinkan kita akan pentingnya perpaduan antara pengetahuan bahasa dan pengetahuan ilmiah agar dapat mengerti makna ayat Qur-an yang membicarakan reproduksi.

Pertama Qur-an menandaskan transformasi terus menerus yang dialami oleh embriyo dalam uterus (rahim) si ibu.

Surat 82 ayat 6 dan 7.

Artinya: "Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.

Surat 71 ayat 1 14

Artinya: "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian."

Di samping pernyataan yang sangat umum, teks Qur-an menarik perhatian kita mengenai soal-soal teks reproduksi, yang dapat kita kelompokkan sebagai benkut:

1) Pembuahan (fecondation) terjadi karena kadar yang sangat sedikit daripada cair.
2) Watak dan zat cair yang membuahi.
3) Menetapnya telor yang sudah dibuahi.
4) Perkembangan embnyo.

1. PEMBUAHAN TERJADI KARENA KADAR YANG SANGAT SEDIKIT DARIPADA CAIR

Qur-an menyebutkan soal ini sebelas kali dengan memakai kata-kata yang kita dapatkan dalam surat 16 ayat 4.

Artinya: "Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata."

Kita harus menterjemahkan kata bahasa Arab Nutfah dengan kata "setetes sperma," kecuali jika nanti ada kata bahasa Prancis yang lebih cocok. Perlu diterangkan bahwa "Nutfah" berasal dan akar kata yang berarti: mengalir; kata tersebut dipakai untuk menunjukkan air yang ingin tetap dalam wadah, sesudah wadah itu dikosongkan. Jadi kata itu menunjukkan setetes kecil, dan di sini berarti setetes air sperma, karena dalam ayat lain diterangkan bahwa setetes itu adalah setetes sperma.

Surat 75 ayat 37.

Artinya: "Bukankah ia dahulu sctetes mani yangditumpahkan?"

Kata bahasa Arab Maniy berarti Sperma.

Suatu ayat lain menunjukkan bahwa setetes air itu ditaruh di tempat yang tetap (Qarar) yang berarti alat kelamin.

Surat 23 ayat 13.

Artinya: "Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)."

Perlu ditambahkan di sini bahwa kata sifat "makin" tak dapat saya terjemahkan dalam bahasa Perancis. Kata tersebut menunjukkan tempat yang terhormat, tinggi dan kokoh. Bagaimanapun, maksudnya adalah tempat membesarnya manusia dalam organisme ibu. Tetapi yang lebih penting ialah bahwa ide tentang setitik cair yang diperlukan untuk pembuahan, sesuai tepat dengan Sains yang kita ketahui sekarang.

2. WATAK ZAT CAIR YANG MEMBUAHI

Qur-an menyebutkan cair yang memungkinkan pembuahan dengan sifat-sifat yang perlu kita selidiki.

a. Sperma, seperti yang baru saja kita terangkan (surat 75 ayat 37).

b. Cairan terpancar, (surat 86 ayat 6).

Artinya: "Ia diciptakan dari air yang terpancar."

c. Cairan yang hina (surat 77 ayat 20).

Artinya: "Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina."

Sifat "hina" (mahin) dapat diartikan, bukannya sifatnya cairan itu sendiri, akan tetapi karena hubungannya dengan fakta bahwa cairan itu dikeluarkan dari tempat keluarnya air kencing dan memakai saluran yang dilewati air kencing.

d. Camparan atau dicampur (amsyaj).

Surat 76 ayat 2:

Artinya: "Sesunggahnya Kami telah menciptakan manusia dan setetes mani yang bercampur ..."

Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah mengira bahwa campuran itu adalah campuran unsur lelaki. Begitu juga ahli-ahli tafsir kuno yang tidak memiliki ide sedikitpun tentang fisiologi pembuahan, khususnya kondisi-kondisi biologi wanita-wanita. Mereka itu mengira bahwa kata "campuran" hanya menunjukkan bertemunya unsur lelaki dan wanita.

Tetapi ahli tafsir modern seperti penulis Muntakhab yang diterbitkan oleh Majlis Tertinggi Soal-soal Islam di Cairo mengoreksi cara para ahli tafsir kuno dan menerangkan bahwa setetes sperma mengandung banyak unsur-unsur. Ahli-ahli tafsir Muntakhab tidak memberikan perincian tetapi saya rasa keterangannya sangat tepat.

Apakah unsur-unsur sperma yang bermacam-macam itu? Cairan sperma dibikin oleh pengeluaran-pengeluaran bermacam-macam yang berasal dari kelenjar-kelenjar seperti berikut :

a) Testicule, pengeluaran kelenjar kelamin lelaki yang mengandung spermatozoide yakni sel panjang yang berekor dan berenang dalam cairan serolite

b) Kantong-kantong benih (vesicules seminates); organ ini merupakan tempat menyimpan spermatozoide, tempatnya dekat prostrate, organ ini juga mengeluarkan cairan tetapi cairan itu tidak membuahi.

c) Prostrate, mengeluarkan cairan yang memberi sifat krem serta bau khusus kepada sperma.

d) Kelenjar yang tertempel kepada jalan air kencing. Kelenjar Cooper atau Mery mengeluarkan cairan yang melekat, dan kelenjar Lettre mengeluarkan semacam lendir.

Itulah unsur-unsur campuran yang tersebut dalam Qur-an.

Tetapi ada lagi suatu hal yang penting. Jika Qur-an berbicara tentang cairan yang membuahi dan yang terdiri dari bermacam-macam unsur, ia memberi tahu kepada kita bahwa terjadinya manusia adalah karena sesuatu yang dapat dikeluarkan dari cairan tersebut. Ini adalah arti surat 32 ayat 8.

Artinya: "Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)."

Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai sari (Quint essence) berarti suatu bahan yang dikeluarkan atau keluar dari bahan lain dan merupakan bagian yang terbaik daripada bahan itu. Bagaimanapun cara menterjemahkannya, maksudnya adalah satu bagian daripada suatu keseluruhan.

Yang menyebabkan pembuahan telor atau memungkinkan reproduksi adalah sebuah sel panjang yang besarnya 1/10.000 (sepersepuluh ribu) milimeter. Satu daripada beberapa juta sel yang dikeluarkan oleh manusia dalam keadaan normal dapat masuk dalam telor wanita (ovule). Sejumlah yang sangat besar tetap dijalan dan tidak sampai ke trayek yang menuntun dari kelamin wanita sampai ke telor (ovule) di dalam rendahan rahim (uterus dan trompe). Dengan begitu maka hanya bagian sangat kecil daripada cairan yang menunjukkan aktivitas sangat komplit.

Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian antara teks Qur-an dengan pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang.

(bersambung 2/2)


BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Sumber:http://media.isnet.org/index.html

BUMI:TINJAUAN SAINS DAN AL-QUR'AN



 

Susunan bumi adalah kompleks. Pada saat ini secara umum kita dapat mengatakan bahwa bumi itu mempunyai lapisan-dalam. Temperatur lapisan itu sangat tinggi khususnya di bagian tengah di mana batu-batu masih cair. Adapun lapisan atas atau kulit bumi merupakan lapisan yang keras dan dingin. Lapisan atas itu sangat tipis, hanya setebal antara beberapa kilometer dan beberapa puluh kilometer; sedang poros bumi itu lebih dari 6.000 kilometer. Dengan begitu maka kulit bumi rata-rata tidaksampai 1/100 poros bumi. Dalam batas 1/100 inilah fenomena-fenomena geologi terjadi.


Yang paling dasar daripada perubahan-perubahan geologi adalah lipatan yang asalnya adalah rangkaian gunung-gunung.Terbentuknya lipatan-lipatan itu dalam geologi dinamakan"orogenese." Proses ini penting sekali karena setelah nampak relief (pemunculan) yang akan membentuk gunung terjadi pula gerakan ke arah dalam yang proporsional dengan kulit bumi yang menjamin tempat duduknya gunung itu dalam lapisan di bawahnya.

Sejarah tentang pembagian muka bumi menjadi tanah dan lautan adalah hasil penyelidikan yang masih baru dan masih belum sempurna. Sangat boleh jadi bahwa timbulnya lautan (hidrosfir) terjadi l/2 milliard tahun yang lalu. Mula-mula semua benua merupakan satu kesatuan pada "Zaman Pertama" dan kemudian terserak-serak. Di lain pihak ada benua-benua atau bagian benua yang muncul sebagai akibat terjadinya gunung dalam daerah laut (seperti benua Atlantik Utara dan sebagian dari Europa -- menurut pandangan Sains modern).



Yang mempunyai pengaruh besar dalam sejarah pembentukan bumi adalah munculnya rangkaian gunung-gunung. Para ahli mengelompokkan semua evolusi bumi, dari periode pertama sampai periode keempat dengan mengambil pedoman dari tahap orogenik (gunung-gunung). Tahap-tahap ini sendiri dikelompokkan dalam siklus-siklus orogenik, karena tiap-tiap munculnya relief gunung akan mempengaruhi keseimbangan antara lautan dan benua. Munculnya gunung-gunung telah menghilangkan beberapa bagian bumi yang tinggi dan menumbuhkan bagian-bagian yang baru. Juga kemunculan gunung itu telah merubah pembagian udara laut dan udara kontinental semenjak beratus-ratus juta tahun. Udara kontinental hanya mengambil tempat 3/10 dari seluruh muka bumi. Dengan cara tersebut di atas kita dapat menyimpulkan secara sangat tidak sempurna perubahan- perubahan yang terjadi dalam beberapa ratus juta tahun yang lalu.

Adapun yang mengenai relief bumi, Qur-an hanya menyinggung terbentuknya gunung-gunung. Sesungguhnya dari segi yang kita bicarakan di sini, hanya sedikit yang dapat kita katakan; yaitu ayat-ayat yang menunjukkan perhatian Tuhan kepada manusia dalam hubungannya dengan terbentuknya bumi seperti dalam:

Surat 71 ayat 19, 21: Artinya: "Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan supaya kamu menempuh jalan-jalan yang luas di bumi itu." Surat 51 ayat 48 : Artinya: "Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan adalah Kami."

(Permadani) yang digelar (dihamparkan) adalah kulit bumi yang keras yang di atasnya kita dapat hidup. Adapun lapisan-lapisan di bawah adalah sangat panas, cair dan tak sesuai dengan kehidupan. Ayat-ayat Qur-an yang mengenai gunung-gunung serta isyarat-isyarat tentang stabilitasnya karena akibat fenomena lipatan adalah sangat penting.

Surat 88 ayat 19, 20: Artinya: "Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan." Konteks ayat ini mengajak orang-orang yang tidak beragama untuk melihat fenomena-fenomena alamiah.
Ayat-ayat berikut ini menjelaskan lebih lanjut: Surat 78 ayat 6, 7: Artinya: "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak."

Orang-orang yang beragama itu memakai (autad, kata jamak dari watad) untuk menetapkan tenda di atas tanah.

Para ahli geologi modern menggambarkan lipatan tanah yang mengambil tempat duduk di atas relief dan yang dimensinya berbeda-beda sampai beberapa kilometer bahkan beberapa puluh kilometer. Dari fenomena lipatan inilah kulit bumi dapat menjadi stabil.

Karena hal-hal tersebut di atas kita tidak heran jika membaca Qur-an dan mendapatkan pemikiran-pemikiran tentang gunung-gunung seperti berikut:

Surat 79 ayat 32: Artinya: "Dan gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh."
Surat 31 ayat 10: Artinya: "Dia meletakkan gunung-gunung di (permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu."

Kata-kata tersebut diulangi lagi dalam surat 16 ayat 15. Idea yang sama diterangkan dengan cara yang agak berlainan dalam surat 21 ayat 31: Artinya: "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung
yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka. "

Ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa cara gunung-gunung itu diletakkan adalah sangat menjamin stabilitas permukaan bumi dan hal ini sangat sesuai dengan penemuan-penemuan geologi.



BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Sumber:http://media.isnet.org/islam/Bucaille/BQS/Q6Perioda.html

LANGIT YANG MENGEMBANG




Dengan mengingat ide modern tentang penciptaan kosmos, kita telah menunjukkan evolusi yang terjadi, semenjak dan kelompok asap pertama (nebula) sampai kepada terbentuknya galaksi dan bintang-bintang, dan untuk sistem matahari, sampai timbulnya planet-planet, yaitu dari semenjak matahari pada tingkatan perkembangannya sekarang. Hasil-hasil penyelidikan ilmiah memungkinkan kita untuk berfikir bahwa dalam sistem matahari dan dalam kosmos pada umumnya, evolusi itu masih berlangsung terus.
Galaksi Bima Sakti
Jika kita mengetahui semua itu, kita tentu akan mendekatkan diri kepada keterangan-keterangan yang terdapat dalam Qur-an yang dalam rangka menyebutkan manifestasi kekuasaan Tuhan.

Berkali-kali Qur-an menyebutkan Tuhan telah menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan .

Kita dapatkan kata-kata tersebut dalam surat 13 ayat 2, surat 31 ayat 29, surat 35 ayat 13, surat 39 ayat 15.

Tetapi, ide tentang waktu yang ditentukan dihubungkan dengan ide, tentang tempat yang dituju dalam surat 36 ayat 38.

Artinya: "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya, demikianlah ketetapan yang maha Perkasa lagi maha mengetahui."

Tempat peredaran yang ditentukan, adalah terjemahan dari kata bahasa Arab mustaqarr. Tak ada sangsi lagi bahwa mustaqarr mengandung arti tempat tertentu.

Bagaimanakah menghadapkan keterangan-keterangan Qur-an tersebut dengan hasil-hasil penyelidikan Sains modern?

Qur-an memberikan kepada matahari keadaan yang berkembang (evolutif) dan tempat tujuan. Kepada bulan, Qur-an juga memberikan keadaan yang sama. Untuk memahami keterangan-keterangan Qur-an, kita harus menengok kepada pendapat Sains modern yang mengenai evolusi bintang pada umumnya dan evolusi matahari secara khusus, serta yang mengenai formasi samawiyah yang mengikuti gerak matahari dalam angkasa, dengan mengingat bahwa bulan termasuk dalam formasi tersebut.

Matahari adalah suatu bintang yang umurnya diperkirakan oleh ahli astronomi 4.5 milliar tahun. Sebagai halnya dengan bintang-bintang yang lain matahari mengalami perkembangan. Pada waktu ini pada tahap permulaan, matahari kita kenal sebagai bintang yang merubah hidrogen menjadi atom helium. Keadaan sekarang ini akan berlangsung selama 5.5 milliar tahun menurut perhitungan para ahli yang memprakirakan bagi tiap bintang seperti matahari satu tahap yang lamanya 10 milliar tahun. Setelah tahap pertama, seperti yang telah diamati para ahli-ahli tentang bintang-bintang yang serupa, akan menyusul tahap kedua yang cirinya adalah selesainya perubahan hidrogen menjadi helium. Akibat dari hal tersebut, ialah bahwa lapisan matahari yang di luar akan terbakar, sedang lapisan dalam akan menjadi dingin. Pada tahap akhir, cahaya matahari akan sangat berkurang dan kepadatannya akan bertambah. Hal ini dapat dilihat dalam bintang-bintang dari tipe yang dinamakan: cebol-cebol putih (white dwarfs).
Dari hal-hal tersebut di atas, yang perlu kita perhatikan bukannya tahun-tahun yang hanya digunakan di sini untuk memberikan perkiraan, faktor waktu, akan tetapi adalah idea tentang evolusi atau perkembangan. Hasil pengetahuan modern dapat meramalkan bahwa dalam beberapa milliar tahun, kondisi sistem matahari tidak lagi seperti sekarang, sebagaimana dengan bintang-bintang lain yang sudah diamati tahap-tahapnya sampai tahap terakhir, kita dapat melihat selesainya matahari.

Ayat yang kedua (surat 36, ayat 38) menyebutkan matahari mengarah ke tempatnya yang khusus.

Tempat khusus itu telah dibenarkan oleh astronomi modern dan dinamakan Apex matahari; sesungguhnya sistem matahari berkembang dalam angkasa menuju kepada titik dalam konstelasi Hercule, di dekat bintang Zega yang hubungannya sudah diketahui benar; gerak sistem matahari mempunyai kecepatan 19 kilometer per detik.

Perincian-perincian astronomi ini perlu disebutkan di sini berhubung dengan dua ayat tersebut di atas, yang dapat kita katakan sesuai sepenuhnya dengan hasil-hasil Sains modern.

EKSPANSI KOSMOS

Ekspansi kosmos adalah satu fenomena yang sangat besar yang diungkapkan oleh Sains modern. Ini adalah satu hal yang sudah dibuktikan; segala diskusi tentang hal ini hanya mengenai pola bagaimana ekspansi itu teljadi.
Alam Semesta Mengembang Seperti Terompet
Dengan bertitik tolak dari teori relativitas umum, ekspansi kosmos mendapat dukungan fisik dalam pemeriksaan tentang bayangan (spectrum) galaksi; pergeseran sistematik ke arah bayangan merah dapat diartikan sebagai fakta bahwa galaksi itu saling menjauhkan diri satu daripada yang lain. Dengan begitu maka ekstensi kosmos itu akan selalu membesar, dan pembesaran ini akan lebih penting jika orang berada lebih jauh daripada kita. Kecepatan pergeseran yang terus menerus daripada benda-benda samawi merupakan pecahan dari kecepatan cahaya; tetapi lebih berharga.

Dapatkah ayat Qur-an selanjutnya (surat 51 ayat 47) yang melukiskan perkataan Tuhan, dihadapkan dengan Sains modern

Artinya: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami, dan Kami meluaskannya."

Bukankah langit, terjemahan kata "samaa" itu tidak lain daripada alam di luar bumi? Yang kita terjemahkan: "Dan Kami meluaskannya" adalah kata fa'il daripada kata kerja ausa'a yang artinya membesarkan, meluaskan, melebarkan.

Beberapa penterjemah Qur-an, tidak dapat mengetahui arti kata tersebut dan mengartikannya secara keliru, seperti yang dilakukan oleh R. Blachere: "dan Kami penuh dengan kebesaran." Pengarang-pengarang lain meraba arti itu akan tetapi tak berani mengatakan dengan terang. Hamidullah dalam terjemahan Qur-annya berbicara tentang membesarnya langit dan angkasa, akan tetapi dengan membubuhi tanda tanya (?). Tetapi ada beberapa orang yang mempunyai bahan-bahan ilmiah yang sudah disahkan, memberikan arti sebagai yang kita sebutkan di atas. Hal ini terjadi dengan tafsir Muntakhab yang diterbitkan oleh Majlis Tinggi Urusan Islam di Cairo. Buku tersebut menyebutkan soal membesarnya alam ini dengan tidak ragu-ragu.



BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta