Senin, 11 Juni 2012

The Moon Cleft Asunder

By: Dr. / Zaghloul El-Naggar

Anas ibn Malik  (A.S.) narrated that the people of Makkah asked the Prophet (PBUH) to show them a miracle, so he showed them the splitting of the moon, into two distinct parts, that they even saw the mountain of Hira' between them.

Explanation of the Hadith

This incident was narrated by a number of the companions of the Prophet (PBUH), among them were: 'Abdullah ibn 'Umar, 'Abdullah ibn Abbas and others. The Indian and Chinese calendars have recorded the incident of the splitting of the moon.

A few years ago while I was giving a lecture at the Faculty of Medicine at Cardiff University, in Wales, a Muslim asked me a question about the verses at the beginning of Surat al-Qamar (the moon), about the splitting of the moon, and whether it is considered as one of the scientific signs which are mentioned in the Qur'an and whether there is any scientific evidence discovered to explain this incident.

My answer was that this incident is considered one of the most tangible miracles, which took place to support the Prophet (PBUH) when he was challenged by the polytheists and disbelievers of Quraish, showing them this miracle to prove that he is a Messenger of Allah. Anyway, miracles take place as unusual incidents that break all regular laws of nature. Therefore, conventional science is unable to explain how miracles take place, and if they were not mentioned in the Qur'an and in the Sunnah of the Prophet (PBUH), we would not have been obliged to believe in them. Therefore, we believe that the incident of the splitting of the moon took place exactly as the words of Allah Glorified be Who says:
The Hour has drawn near , and the moon has been cleft asunder . And if they see a sign, they turn away, and say: (This is continuous magic). They belied (this Qur'an), and followed their own lusts. And every matter will be settled [according to the kind of deeds (for the doer of good deeds, his deeds will take him to Paradise, and similarly evil deeds will take their doers to Hell)]. And indeed there has come to them news (in this Qur'an) wherein there is (enough warning) to check (them from evil), Perfect wisdom (this Qur'an), but (the preaching of) warners benefit them not. ﴿

(Surat Al-Qamar (The Moon): 1-5)

When I finished my speech, a British man from the audience named Dawud Musa Pidcock, leader of the British Muslim Party, asked to add something to my answer. He said: “It is these verses, at the beginning of surat al-Qamar that made me embrace Islam in the late seventies.” This occurred while he was doing extensive research in comparative religion, and one of the Muslims gave him a copy of translation of the meanings of the Qur'an. When he opened this copy for the first time, he came across Surat al-Qamar, and he read the verses at the beginning of the surah, and could not believe that the moon had split into two distinct parts and they were rejoined, so he closed the copy of the translation and kept it aside.

In 1978 Mr. Pidcock was destined by Allah's Will to watch a program about space journeys, in which the well-known British announcer Jamed Burke, received three of the American space scientists. During the debate, the announcer kept criticizing the immoderate spending by NASA (millions of Dollars) on space projects, while there are millions of people on earth suffering from starvation, diseases and ignorance. The answer of the space experts came to assert that it was these journeys that made it feasible to develop important technology applied in medical diagnosis and treatment, industry, agriculture, and many other fields. During this debate, they referred to the first time that a human being landed on the surface of the moon, and how this trip cost more than $100 million dollars. The scientists went on to say that this journey proved a scientific fact, that if they had spent several times as much as they did to convince people with it, no body would have believed them. This fact was that the moon had been split a long time ago and rejoined, and there is a lot of concrete evidence on the surface of the moon to prove this.
Mr. Pidcock went on to say : “ When I heard this , I jumped off my chair , and said this is a miracle which took place fourteen hundred years ago to support Muhammad , and the Qur'an narrates it in such a detailed way . After this long period and during the age of science and technology, Allah employs people (non-Muslims) who spent all this money for nothing but to prove that this miracle had actually happened. Then, I said to myself, this must be the true religion, and I went back to the translation of the meanings of the Qur'an, reading it eagerly. It was these verses at the opening of surat al-Qamar that lie behind my reversion to Islam.”

This happens at a time when some Muslims claim that the splitting of the moon has not yet taken place, and that it is one of the signs of the Hereafter as the opening of the surah says: The Hour has drawn near. ﴿ They are oblivious to the fact that the Prophet (PBUH) said in a hadith narrated by Imam Muslim , on the authority of Sahl ibn Sa'd  that Sahl said : "I heard the Messenger of Allah (PBUH) say :

“I and the Last Hour are (close to each other) like this (and he pointed by joining his forefinger, (one) next to the thumb and the middle finger (together).”

Those who deny the incident of the splitting of the moon, use incorrect evidence to support their opinion as they use the verse in surat al-Isra:
(And nothing stops Us from sending the evidences (proofs , signs) but that the people of old denied them).
(Surat Al-Isrâ' (The Journey by Night): 59)

This verse is not used in the right context since many perceptible signs and miracles took place during the noble life of the Prophet (PBUH).

Peace and blessings of Allah be upon the seal of Prophets (PBUH) , for whom Allah made the moon split into two parts, twice, as an honor for him and to raise his rank and support his message (among his people), and left for us a concrete evidence to prove that this splitting did actually take place .

Jumat, 08 Juni 2012

Analisis Gempa Sukabumi 4 Juni 2012: Awan Putih Panjang Tanda Teknologi HAARP digunakan untuk Menimbulkan Gempa


Jam Kamera

Oleh: Shohiboel Amin
Mantan Wartawan dan Pengelola blog: islam-dan-sains.blogspot.com
Submit your website to 20 Search Engines - FREE with ineedhits!
SEO Services

Pada hari Senin 4 Juni 2012 pukul 18:18:13 WIB, kota Jakarta, Tangerang, Sukabumi, bahkan hingga Bandung digoyang gempa dengan kekuatan 6,1 skala richter. Adapun pusat gempa terjadi di Samudera  Indonesia  pada  121  km  Barat  Daya Kabupaten Sukabumi,  Jawa Barat, tepatnya  pada posisi 7.99 LS - 106.19 BT. Gempa ini berkedalaman 24 km dan tidak berpotensi tsunami. Hal ini seperti yang diberitakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia seperti di bawah ini yang dapat diakses melalui situs resmi bmkg.












 * * *
Perlu diketahui bahwa sesungguhnya data di atas berdasarkan link di bawah ini:


http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/Gempabumi_Terkini.bmkg. Akan  tetapi, setelah beberapa hari link tersebut diakses, maka yang terlihat bukan data seperti di atas. Jadi data dan gambar sudah berubah disebabkan BMKG terus memperbarui data "Gempa Bumi Terkini". 

Jika ingin mencari data Gempa Bumi Sukabumi pada hari Senin tanggal 4 Juni 2012, maka perlu mengakses pada http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/Gempa_Dirasakan.bmkg. Sayangnya, data yang terlihat tidak seperti gambar di atas, namun seperti di bawah ini:


Data kejadian Gempa Bumi Sukabumi terlihat pada angka 9 seperti gambar di atas. Pun kemungkinan besar, gambar di atas akan berubah lagi pada waktu mendatang. Hal ini dikarenakan BMKG meng-update data gempa secara berkelanjutan.
 * * *
Perlu diketahui bahwa sehari sebelum gempa Sukabumi tersebut, fenomena alam yaitu awan berbentuk  tegak  lurus  terlihat  di  kota  Padang,  Sumatera  Barat.  Fenomena  ini terjadi pada hari Minggu, 3 Juni 2012 pada pukul 13.05 WIB dan berlangsung sekitar 20 menit. Bahkan, awan tersebut dipotret pada pukul 13.22 WIB dan diunggah di jejaring sosial dunia maya twitter dengan akun @rendangminang. Hal ini seperti yang diberitakan vivanews.com seperti di bawah ini, yang dapat diakses pada link ini.
* * * 

Selain fenomena awan putih tegak lurus di Padang Sumatera Barat tersebut, dikabarkan pula akan terjadinya Gerhana Bulan sebagian yang istimewa pada Senin 4 Juni 2012. Gerhana Bulan sebagian itu akan berlangsung selama 4 jam 30 menit. Puncak gerhana akan terjadi pada pukul 18.03 WIB. Hal ini seperti yang diberitakan kompas.com yang dapat diakses di sini. Inilah berita tersebut:

 * * *
Ternyata, pada saat terjadinya Gerhana Bulan, masyarakat dikejutkan dengan adanya gempa bumi yang berkekuatan 6,1 skala richter dan disebut Gempa Sukabumi 4 Juni 2012. Hal  ini seperti dilaporkan www.republika.co.id yang dapat dilihat di situs republika iniBerita itu seperti tersaji di bawah ini:
* * *

Gempa tersebut juga dirasakan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), dan kota-kota lain di Jawa Barat, seperti yang dilansir berikut ini oleh kompas.com yang dapat diakses di sini.

* * *
Apa akibat yang ditimbulkan oleh Gempa Sukabumi yang berkekuatan 6,1 skala richter itu? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat 253 bangunan rusak.  Dari data BPBD, jumlah kecamatan yang melaporkan adanya bangunan yang rusak juga terus bertambah dan saat ini sudah 11 dari 47 kecamatan. Selain itu, jumlah warga yang mengungsi menjadi dua keluarga. Kerusakan bangunan paling banyak ditemukan di Kecamatan Cidolog yang mencapai 144 unit dengan rincian tujuh unit rumah rusak berat, 63 rusak sedang dan 73 rusak ringan ditambah satu unit Mesjid Agung rusak ringan. Data ini hanya sementara dan masih bisa berubah. Hal ini seperti diberitakan www.mediaindonesia.com yang dapat diakses pada link ini.
Simak liputan berita tersebut, seperti yang tercantum di bawah ini:

* * *


Setelah pemaparan data-data di atas, selanjutnya analisis terhadap data tersebut dilakukan. Analisis pertama adalah tentang adanya fenomena awan putih panjang tegak lurus yang berada di Padang Sumatera Barat. Awan putih itu muncul pada hari Minggu tanggal 3 Juni 2012 pada pukul 13.05 WIB dan berlangsung sekitar 20 menit. Berarti awan itu terjadi 29 jam lebih 13 menit sebelum Gempa Sukabumi yang terjadi pada hari Senin tanggal 4 Juni 2012 pukul 18:18:13 WIB.

Perhatikan bentuk awan putih tegak lurus berikut ini:
Awan tegak lurus di kota Padang (Akun twitter @rendangminang)
      muncul sebelum Gempa Sukabumi Senin 4 Juni 2012

Fenomena awan putih tegak lurus seperti di atas bukanlah pertama kali muncul. Pada tanggal 12 Juli 2006 sebagian masyarakat di Yogyakarta melihat awan putih memanjang di langit di atas kota. Lima hari kemudian Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, diguncang gempa dan tsunami. Banyak korban manusia akibat bencana itu. Kemudian, pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2011 sekitar pukul 07.00 WITA di atas Kota Tomohon Sulawesi Utara juga terlihat awan putih tersebut. Satu hari kemudian, yaitu pada hari Jumat siang tanggal 11 Maret 2011, Jepang dilanda gempa dahsyat berkekuatan 8,9 skala richter. Selain itu, Tiga hari sebelum gempa besar mengguncang wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Klaten (Jawa Tengah) 27 Mei 2006, masyarakat sekitarnya melihat gejala alam yang aneh berupa awan yang berbentuk aneh. Data tersebut dapat diakses pada situs ini.

    Awan putih memanjang terlihat di atas Kota Tomohon pada
     hari Kamis tanggal 10 Maret 2011 sekitar pukul 07.00 WITA
      sebelum gempa Jepang pada Jumat, 11 Maret 2011
Pertanyaan yang muncul dari data awan putih memanjang di atas adalah, apakah kemunculan awan tersebut hanya fenomena alam biasa atau didesain manusia untuk tujuan tertentu? Untuk menjawab pertanyaan itu, maka lebih baik diperhatikan lagi judul tulisan: Gila! HAARP Senjata Canggih, Mengatur Pikiran, Gempa dan Iklim Dunia! Termasuk Gempa dan Tsunami di Indonesia! pada Laman di blog ini. Tulisan itu menyebutkan bahwa HAARP dapat melakukan hal seperti di bawah ini, yaitu:

1.Mengubah keadaan atmosfir, membuat efek iklim dan cuaca suatu wilayah menjadi: kekekeringan, hujan, banjir, bersalju, angin kencang, tornado bahkan badai dan topan.
2.Pembuat Gempa Bumi, membuat efek suatu wilayah menjadi diguncang gempa bumi. Efek gempa bisa membuat Tsunami.
3.Mempengaruhi pemikiran dan perilaku manusia di suatu daerah, wilayah, bangsa ataupun negara. Mereka akan menjadi brutal, kasar, pembunuh dan psycopat alias gila.

Mari kita kaji penjelasan lebih mendetail dari poin 1 dan 2, sebagai berikut:

1. Mengubah Keadaan Atmosfir.
Dengan pancaran HAARP menggunakan frekuensi tinggi (High Frequency) akan berfungsi untuk mengubah cuaca dengan mengkondensasikan atau mengembunkan udara, salah-satunya adalah untuk membuat awan.
Arah tembakan HAARP kearah atas (ilustrasi)
Melalui antena, frekuensi tinggi itu “ditembakkan” ke atas, ke arah lapisan stratosfir dan ionosfir yang berada di atmosfir bagian atas. 

Cara ini membuat lapisan atmosfir menjadi lebih hangat dan dapat menghasilkan butiran-butiran air yang nantinya akan menjadi awan-awan hujan. 

Banyak tidaknya awan yang tercipta tergantung dari lama-tidaknya HAARP diaktifkan dan juga berapa besar kuat watt  ditembakkan ke lapisan atas atmosfir. 

Selama ada angin, maka akan tercipta awan lurus panjang dan kadang berbentuk ular. Begitu panjangnya awan berisi butiran air ini hingga mengelilingi Bumi. Saintis menyebutnya seperti “sungai di angkasa”.

Awan-awan ini mampu membuat curah hujan biasa, hujan lebat hingga topan dan badai. Namun awan juga dapat diciptakan hanya agar terhalangnya sinar matahari yang menuju bumi dan menyebabkan bumi lebih dingin atau malah lebih hangat dari biasanya.
 * * *
Yang perlu dicermati adalah terciptanya awan lurus panjang atau 'sungai di angkasa' dan kadang berbentuk ular. Awan lurus panjang seperti ini juga timbul sebelum  gempa di Sukabumi Senin 4 Juni 2012 dan Jepang pada Jumat 11 mar Maret 2011. Dari data tentang awan putih tegak lurus di atas dan teknologi HAARP yang dapat membuat awan lurus, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemunculan awan putih tegak lurus dengan penggunaan teknologi HAARP.

Selanjutnya, paparan berikut ini akan menyajikan rincian poin ke-2 dari kemampuan HAARP, yaitu:

2. Gelombang Radio  (Radio Wave) Dapat Menciptakan Gempa 
HAARP juga disinyalir dapat menciptakan gempa dengan menembakkan gelombang radio ke arah yang sama, yaitu angkasa. Ketika HAARP diaktifkan, gelombang radio berjuta/milyar watt diarahkan ke lapisan atas atmosfir agar menjadi awan. Frekuensi demi frekuensi dicoba dari mulai yang rendah (Low Frequency/LF) atau frekuensi sangat rendah (Very Low Frequency/VLF) dan juga frekuensi tinggi mulai dari High Frequency (HF), Very High Frequency (VHF), hingga Ultra High Frequency (UHF), dan lainnya.
HAARP saat diaktifkan, gelombang radio berjuta/milyar watt 
diarahkan ke lapisan atas atmosfir agar menjadi awan

Cara menciptakan gempa bumi adalah sama, gelombang radio ditembakkan ke atmosfir, lalu memantul kembali ke bumi. Gelombang radio tersebut kemudian dapat masuk ke tanah hingga ke kerak Bumi. Bahkan kekuatan gelombang HAARP bisa menembus mantel Bumi lebih jauh dari dalamnya samudera.

Penembakan gelombang radio itu menyebabkan kepadatan dan materi lapisan tanah di wilayah tersebut akan terguncang. Apalagi jika di wilayah itu memang terletak di patahan yang tak stabil. Apa yang terjadi berikutnya? Terjadi gempa! Maka beberapa gempa di laut juga dapat memicu Tsunami!

Untuk membuktikan kebenaran bahwa HAARP dapat membuat gempa bumi, seorang ilmuwan membuat simulasi sederhana, yaitu dengan sebuah maket miniatur kota yang komplit dengan rumah-rumah, bebatuan, pohon hutan, bukit dan lainnya.

Untuk membuktikan bahwa frekuensi sangat rendah dapat memicu gempa, dia menggunakan pengeras suara rendah untuk bass, yaitu sub-woofer yang diletakkan agak jauh dari maket kota miniatur tersebut. Setelah sub-woofer dinyalakan, tiada suara yang terdengar oleh manusia. Hanya membran sekeliling/dipinggir dari sub-woofer tersebut yang bergerak maju-mundur dengan hebat. Apa yang terjadi kemudian? Maket miniatur tersebut menjadi berantakan. 

Setelah menelaah penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah benang merah bahwa timbulnya awan putih lurus dan panjang mempunyai korelasi signifikan dengan terjadinya gempa. Oleh karena itu, sebuah kesimpulan dapat ditarik bahwa Gempa Sukabumi pada hari Senin tanggal 4 Juni 2012 pukul 18:18:13 WIB dengan kekuatan 6,1 skala richter adalah disebabkan penggunaan teknologi HAARP.

Apakah kesimpulan di atas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah? Jawaban yang memuaskan dari sisi ilmiah masih belum tersedia. Akan tetapi, ada titik cerah yang dikemukakan Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Prof. Dr. Sarmoko Saroso MSc. Dia menyatakan bahwa kondisi ionosfer menjadi salah satu faktor yang bisa menandakan akan terjadinya gempa. Sebab, kerapatan elektron di lapisan ionosfer atau TEC (total electron content) mempunyai korelasi dengan aktivitas matahari dan gangguan medan magnet bumi. Variasi TEC ionosfer juga mempunyai keterkaitan dengan kejadian gempa yang disebabkan oleh fenomena seismo-ionosfer, yaitu kopling antara litosfer, atmosfer, dan ionosfer, yang akan menimbulkan anomali di ionosfer sebelum kejadian gempa. 

Menurut Sarmoko, pengamatan fenomena seismo-ionosfer itu memungkinkan untuk digunakan sebagai pertanda (prekursor) kejadian gempa bumi untuk keperluan mitigasi bencana. Kerapatan elektron sebelum terjadinya gempa ternyata ada penurunan pada 2 sampai 7 hari sebelum gempa. "Untuk prediksi gempa itu masih sainstifik prediction, ini hanya salah satu pertanda saja," kata Sarmoko, ilmuwan yang lahir di Temanggung, Jawa Tengah. "Memang  orang  seismologi  kebanyakan tidak percaya dengan fenomena seperti  itu,  tapi  kita punya  komunitas  sehingga  kita  akan  coba membuktikan  kebenarannya." (Penjelasan di atas dapat diakses di sains.kompas.com).

Selanjutnya ditampilkan cuplikan dari tulisan ilmiah berjudul: 'Ionosfir untuk Komunikasi Radio, Navigasi, dan Informasi Mitigasi Gempa' yang merupakan Orasi Ilmiah Pengukuhan Profesor Riset LAPAN, DR. Sarmoko Saroso, MS.c, dapat diakses pada http://jurnal.lapan.go.id/index.php/orasi/article/viewFile/1595/1433.


Lantas, apakah ada hubungan antara Gerhana Bulan Supermoon dengan Gempa Sukabumi? Apakah ini kebetulan semata? Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin menjelaskan, pada saat gerhana bulan, posisi matahari, bulan, dan bumi berada pada satu garis. Ini membuat gaya pasang surut maksimal. Wilayah yang mengalami gerhana, seperti Pantai Selatan pada saat itu airnya surut.

"Pada saat air laut surut, bisa saja beban pada lempeng memicu pelepasan energi sehingga lempeng bergerak menyusup," ujar Thomas. Apabila mengaitkan dengan gempa yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat, purnama dinilai menjadi pemicu pelepasan energi. Ini bisa diketahui keeratan-kaitannya apabila lempeng Indoaustralia menyusup ke lempeng Eurasia di bawah posisi Pulau Jawa. Menurut Thomas, konfirmasi kaitan gempa dan purnama ini lebih ke mekanisme penyusupan lempeng. "Perlu menunggu konfirmasi BMKG," cetus Thomas. Dia menjelaskan telah ada studi yang mempelajari kondisi yang mengaitkan kedua peristiwa seperti ini. "Pasang surut maksimal itu bisa disebut pemicu, bukan penyebab," ujar Thomas. (Untuk data asli silahkan lihat teknologi.vivanews.com).
Dengan mengetahui hubungan antara Gerhana Bulan Supermoon dan Gempa Bumi Sukabumi yaitu bahwa Gerhana Bulan itu hanya sebagai pemicu bukan penyebab, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan teknologi HAARP-lah yang menjadi penyebab Gempa Sukabumi. Sedangkan Gerhana Bulan Supermoon sebagai penambah daya dorong terjadinya gempa tersebut.

Selain analisis di atas, akan dijelaskan tentang keberadaan buku yang memaparkan kaitan antara teknologi HAARP dengan kejadian gempa bumi. Buku tersebut berjudul: Weather Warfare: The Military's Plan to Draft Mother Nature (Perang Cuaca: Rencana Militer untuk Merekayasa Bencana Alam) karya Jerry E. Smith. Ia adalah seorang penulis, editor dan aktivis selama lebih dari tiga dekade. Karyanya meliputi sejumlah artikel non-fiksi dan resensi serta lebih dari selusin buku yang dibuat untuk orang lain.

Weather Warfare: The Military's Plan to Draft Mother Nature
























          Penerbit: Adventures Unlimited Press            
   Jumlah halaman: 402 halaman 
1 Desember 2006
 Bahasa: Inggris 
ISBN-10: 1931882606 
ISBN-13: 978-1931882606
 Dimensi Produk: 9 x 6 x 0.9 inci
 Berat: 0,5 kg
         


Apa isi buku di atas? Buku tersebut membeberkan data tentang bagaimana rekayasa bencana alam yang dilakukan manusia. Banjir, kekeringan, tsunami, badai dan letusan gunung berapi merupakan senjata masa depan atau bahkan masa kini. Modifikasi cuaca dalam bentuk penyemaian awan untuk meningkatkan jumlah salju di Sierras atau penekanan hujan es di atas Kansas kini menjadi urusan sehari-hari. Uji coba nuklir di Nevada telah memicu gempa bumi. Sebuah perusahaan Rusia telah menawarkan untuk menjual topan (badai) karena adanya permintaan sejak tahun 1990. Ilmuwan telah mencari cara untuk memindahkan badai selama lebih dari lima puluh tahun. Dalam jumlah waktu yang sama, dari zaman Wright Brothers hingga ke Neil Armstrong, ratusan teknologi modifikasi lingkungan dan cuaca telah dipatenkan di Amerika Serikat  dan ratusan lainnya sedang dikembangkan oleh sipil, laboratorium akademis, militer dan kuasi-militer di seluruh dunia saat ini!

Satu data yang menonjol adalah pernyataan dari Menteri Pertahanan AS William Cohen pada April 1997, yaitu:  "Yang lainnya sedang terlibat dalam jenis eko-terorisme di mana mereka dapat mengubah iklim, mengatur gempa bumi, mengontrol gunung berapi dari jarak jauh melalui penggunaan gelombang elektromagnetik. Ini nyata, dan itulah alasan mengapa kita harus mengintensifkan upaya kita." Cohen membuat pernyataan ini pada konferensi tentang Terorisme, Senjata Pemusnah Massal dan Strategi Amerika Serikat ketika menjabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat, sehingga ini dapat dikatakan sebagai pernyataan resmi Amerika Serikat. Bila menteri pertahanan Amerika Serikat menyatakan hal seperti itu, maka telah terjadi sesuatu yang patut diperhatikan.

Selain itu, buku ini menelanjangi fakta suram siapa yang melakukannya dan mengapa. Perkembangan mutakhir teknologi HAARP, termasuk kemungkinan adanya relasi dengan kecelakaan Pesawat Ruang Angkasa  Columbia. Apakah HAARP berperan dalam Badai Katrina? Smith menempatkan teknologi ini ke dalam konteks dengan mengalisis konflik geopolitik yang mendorong perkembangannya dari globalisasi dan kebangkitan Neo-Con Neo-Fasisme hingga terorisme dan "Puncak Minyak." 


Weather Warfare: The Military's Plan to Draft Mother Nature bukanlah sebuah "Teori Konspirasi". Buku ini hampir tidak menyajikan teori dan hal yang bersifat spekulasi sangat sedikit dijumpai. Semua kesimpulan yang dicapai adalah hal yang logis berdasarkan fakta-fakta. Ini bukan "jurnalisme tabloid." Ini adalah pelaporan lurus-ilmiah di tingkat awam. Buku ini menyajikan bukti kuat dari sumber-sumber militer dan ilmiah bahwa modifikasi lingkungan (ModLing) disengaja (environmental modification/EnMod) adalah penyebab utama fenomena pemanasan global. Akan tetapi, banyak yang berpura-pura tidak tahu-menahu akan hal itu.

Inti buku ini adalah memberikan bukti bahwa EnMod, yang kebanyakan orang meyakininya sebagai fiksi ilmiah, sebenarnya adalah fakta ilmiah di mana kita tidak memiliki infrastruktur politik maupun hukum yang berkaitan dengan teknologi ini. Yang patut dibahas panjang lebar adalah kegagalan the 1978 United Nations EnMod Convention (Konvensi PBB tentang Modifikasi Lingkungan 1978), yang melarang penggunaan modifikasi lingkungan sebagai senjata perang. Masalah yang belum terselesaikan dari ModLing  yang dilakukan secara sengaja dan berkelanjutan oleh militer, teroris dan warga sipil merupakan faktor kunci yang mencurangi bukti pemanasan global/perdebatan perubahan iklim. Politik abad 21, dan mungkin kelangsungan hidup kita sebagai spesies, akan berperan penting bagaimana perdebatan ini dimainkan.


Meskipun judul buku ini tentang militer, tapi sebenarnya tidak hanya berbicara "militer". Judul buku itu sebenarnya kurang tepat, tapi hanya bertujuan untuk mendapatkan perhatian pembaca potensial. Buku ini berbicara lebih banyak dari sekedar cuaca atau militer. Buku ini membicarakan seluruh lingkungan: tanah, udara dan laut; membicarakan tentang banyak pemain: akademik, komersial dan militer; dengan banyak tujuan: keuangan, militeristik dan politik. (Data di atas dapat diakses pada www.amazon.com).


Di bawah ini akan dipaparkan sebagian dari teknologi HAARP yang mendapatkan hak paten dari Pemerintah Amerika Serikat. Data ini dapat diakses melalui www.amazon.com).






Jelas sudah bahwa HAARP benar-benar dapat menciptakan gempa bumi, bahkan lebih dahsyat dari sekedar gempa!!!

Simaklah pernyataan Al-Qur'an tentang kerusakan yang diperbuat oleh manusia yang sudah dideklarasikan lebih dari 1.400 tahun yang lalu:


  
 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Surat Ar-Ruum: 41).
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran serta mendapat pertolongan Allah Aza Wa Jalla untuk tidak membuat kerusakan, namun melakukan perbuatan yang baik dengan memperbaiki lingkungan. Wallahu A'lam Bi Showab.