Rabu, 20 November 2013

Mobil Masa Depan, tanpa Mesin, tanpa Transmisi

Mobil Masa Depan, tanpa Mesin, tanpa Transmisi
Mobil konsep untuk masa depan yang dibuat oleh Michael Vetter sebagai pemilik pabrik mobil di Florida, Amerika yang dinamai dengan mobil Extra Terrestrial Vehicle (ETV) yang memakai platform Chevrolet Cobalt. dailymail.co.uk


TEMPO.COOhio - Penelitian bidang teknologi otomotif selalu mencari cara agar mobil lebih efektif, ramah lingkungan, dan lebih baik. Tak hanya dari sisi konsumsi energi, suku cadang, roda, hingga kolaborasi dengan gadget lain.

Junmin Wang, asisten profesor Mechanical Engineering dan juga Director of the Vehicle Systems and Control Laboratory at Ohio State, memadukan teknologi bidang lain dengan otomotif. Dia berhasil menemukan mobil masa depan: tanpa mesin dan tanpa transmisi gigi. Setiap pelek memiliki baterai sebagai motor sendiri, sehingga tak perlu mesin. Hanya ada tiga komponen kemudi, setir, pedal gas, dan rem.

Mobil ini juga memiliki cip komputer yang mengatur algoritma rumit untuk menyinkronkan kerja roda dan memastikan mobil berjalan lancar. Cip ini menerima sinyal dari sopir, melalui setir dan pedal. Lalu menghitung kecepatan yang diinginkan, atau gerak kendaraan, didasarkan pada model matematika.

Cip ini juga bertugas menganalisis data mobil hingga 100 kali tiap detik. Cip ini bisa memberi tahu setiap roda untuk mengerahkan tenaga sesuai kebutuhan. "Cip bisa mengatur, mana roda yang harus direm, mana yang harus dipacu," kata Wang, Senin, 18 November 2013. "Mobil ini yang berjalan pada hitungan matematis, sehingga lebih baik daripada mobil konvensional." Dengan ketiadaan mesin, maka bobot mobil ini bisa lebih ringan. Setengah dari bobot mobil umumnya sekitar 800 kilogram.

Ini bukan mobil pertama yang menggunakan motor independen di setiap roda. Lima tahun lalu, produsen ban Michelin mengembangkan sistem yang disebut active wheel, yang berhasil menghilangkan mesin dan knalpot. Sistem Wang menjanjikan kendaraan yang lebih efisien.


Senin, 18 November 2013

Ratu Elizabeth II Tunjuk Muslim Inggris Jadi Sherif Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ratu Inggris Elizabeth II menunjuk Charles John Pelham sebagai Sherif Tinggi Lincolnshire. Ia menjadi orang Inggris Muslim pertama yang menerima jabatan tersebut.

Pelham (50 tahun) atau dikenal juga dengan Abdul Mateen, adalah bangsawan Inggris pewaris gelar Earl of Yarborough ke-8. Ia merupakan lulusan pascasarjana The Eton College dan Presiden Brocklesby Park Cricket Club. 

Pria kelahiran 1963 itu menggunakan nama Abdul Mateen setelah memeluk Islam. Saat kematian ayahnya pada 1991, ia mewarisi harta senilai 68 juta pound sterling. Di antaranya mencakup Brocklesby Park di Lincolnshire, 27.500 hektar lahan pertanian, dan sebuah koleksi seni pribadi terbaik Inggris.

Dikutip dari onislam.net, Senin (18/11), sebuah studi pada 2004 yang dilakukan Sunday Times menemukan, 14 ribu warga kulit putih Inggris—yang kebanyakan berasal dari kalangan elit—telah memeluk Islam.

“Studi tersebut mendapati bahwa sejumlah pemilik tanah (landowner), selebritis, hingga keturunan tokoh-tokoh senior di Inggris telah menjadi Muslim.” 

Mantan Politikus Anti-Islam Perjuangkan Hak Muslim


Mantan politikus Anti-Islam, Arnoud Van Doorn

REPUBLIKA.CO.ID, Mantan Politikus anti-Islam Belanda, Arnoud Van Doorn berencana mendirikan partai politik Islam pertama di Eropa. Partai ini akan fokus memperjuangkan hak Muslim di seluruh Eropa.

"Partai ini akan terdiri dari kalangan Muslim dan non-Muslim yang bersimpati terhadap Islam dan Muslim," kata dia seperti dilansir Saudi Gazzete, belum lama ini.

Van Doorn mengatakan niatan ini merupakan janjinya sebagai penembusan dosanya di masa lalu. "Saya berharap Allah menerima tobat saya dan memaafkan saya," kata dia.

Selain mendirikan partai, produsen film fitna ini akan memproduksi film berjudul Muhammad. Film ini dimaksudkan guna meluruskan apa yang salah dari film fitna. "Kami juga menyiapkan film pendek guna menceritakan kisah Rasulullah dalam lima bahasa dan didistribusikan ke seluruh Eropa," kata dia.

Tak hanya itu, Van Doorn juga akan memproduksi sebuah film tentang sejarah Madinah berjudul "Madinah : Sejarah Islam". Ia juga akan menulis sebuah buku tentang pengalamannya berhaji. "Saya tidak pernah lupa, bagaimana seorang petugas keamanan membawa jamaah haji tua dipunggungnya, dan mengantarnya ke lokasi lontar jumrah," kata dia.

Van Doorn tak berhenti menyesali perbuatannya sebelum menjadi Muslim.  Ia pun telah menjelaskan kepada ibu, istri dan ketiga anaknya tentang agama yang dipeluknya saat ini. "Seluruh hidupku sebelum Islam begitu kosong tanpa makna," kata dia.

Belum lama ini, tercetus pertemuan bersama enam partai sayap kanan Eropa di Wina, Austria. Munculnya pertemuan ini menandakan keseriusan kelompok sayap kanan yang berulang kali gigit jari gagal mempengaruhi masyarakat Eropa menolak keberadaan komunitas Muslim. Dalih larangan jilbab, burka hingga menolak kehadiran menara masjid tak jua berhasl menekan komunitas Muslim.

'Sarang Penyamun'


                        
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj

REPUBLIKA.CO.ID,  KH Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU)

“Sarang penyamun,” begitu kata-kata yang sontak terucap dari kenalan saya seorang pedagang kecil saat mulai berbincang-bincang dengan saya soal ribut-ribut korupsi oknum Ditjen Bea dan Cukai. Biasalah, kata-kata sumpah serapah akan gampang terlontar bila bicara soal korupsi apalagi yang terjadi di sebuah institusi negara yang melibatkan pejabat. Ungkapan marah kenalan saya itu setidaknya representasi sikap amuk masyarakat dalam menyikapi terbongkarnya berbagai kasus korupsi.

Marah lagi marah lagi, begitu terus menyulut emosi masyarakat. Ada cerita kasus suap yang menimpa mantan pejabat teras di SKK Migas. Lalu terbongkar lagi //rasuah// yang menjerat petinggi Mahkamah Konstitusi. Disusul lagi terungkapnya model 'dinasti' yang melibatkan petinggi daerah.

Belum reda berita panas korupsi, Polri mencokok oknum pejabat Ditjen Bea dan Cukai yang //berkongkalikong// dengan pengusaha mengeruk duit lewat jalan korupsi. Rakyat jadi sebal, mengapa mereka yang sudah termanjakan gaji dan fasilitas ini masih saja mau korupsi. “Dasar moral bejat!” begitu ungkapan santri saya yang selalu baca koran.

Harap maklum betapa marahnya masyarakat gara-gara meruahnya kasus korupsi. Rakyat kecil susah cari uang, sementara yang duduk bersinggasana di atas justru menimang uang dan itu dilakukan dengan cara yang culas. Jangankan fasilitas atau tunjangan, untuk cari pekerjaan dengan gaji yang tak seberapa pun susah.

Begitupun, yang sudah kerja jadi karyawan, sering tekor untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Maka sungguh ironis, manakala koruptor ditangkap, yang terpampang adalah berjejer mobil mewah, rumah gedongan, dan selanjutnya terkuak wanita-wanita yang menjadi 'saweran' si koruptor.

Menjadi adiktif
Bolehlah mengacu pada pemilahan secara sosiologis menurut Syed Husein Alatas (1997), perilaku koruptif di negeri kita terwujud baik dalam bentuk korupsi transaktif, ekstroaktif dan nepotistik. Ini baru beberapa modus, walaupun masih banyak modus dilakukan demi memuluskan perbuatan korupsi. Dan fakta lazimnya, korupsi dilakukan secara berjamaah.

Namanya juga jamaah, pasti ada imam dan makmum. Seorang pegawai bisa ikut-ikutan korupsi boleh jadi karena terbukanya peluang dan ada 'restu' dari atasan. Awalnya mungkin takut, tapi karena yang melakukan itu dari sejawatnya, baik yang selevel maupun level di atasnya, maka jadilah keberanian itu menggumpal.

Sekali dua kali terasa enak, tanpa ada pengawasan. Lama kelamaan hilang ingatan dan menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Begitulah banyak cerita yang menyangkut sisik-melik korupsi yang melanda di lingkungan instansi negara. Ini sudah bukan rahasia umum lagi dan sering jadi bahan obrolan hingga di warung kopi. Tentu ini tidak bermaksud menggeneralisasi terlampau menyederhanakan.

Nahasnya, kasus-kasus korupsi bagaikan hilang satu tumbuh seribu. Tak ada jera dalam melakukan korupsi, karena dorongan 'kalap' untuk hidup kaya raya. Jadilah korupsi bersifat adiktif. Ibarat pecandu narkoba, kalau sudah tingkat parah, akan sakaw bila tidak menikmati barang haram tersebut.

Bagaimana memberantas korupsi? Jangan seperti larangan merokok. Biarpun sudah diperingatkan bahayanya rokok, tapi toh para perokok terus meningkat. Sebabnya, larangan merokok tidak dibarengi dengan menanggulangi industri rokok. Ada dilema antara masukan pajak dan kecemasan menurunnya kesehatan masyarakat. Ada ungkapan pula, menangkap koruptor mudah, tapi menghukumnya yang sulit karena sering vonis hukumnya ringan atau bahkan vonis bebas.

Kasus sogok di bea cukai kian menampilkan wajah negeri yang babak belur oleh korupsi. Dulu ada istilah 'dirjen bayangan' di bea cukai. Zaman Orde Baru saat menteri kehakiman dijabat Ali Said, pernah memenjarakan belasan mafia bea cukai di Nusakambangan. Di orde reformasi sekarang, tinggal menunggu sampai mana keberanian menghajar koruptor.

Cerita seorang rekan pengusaha, istilah dia, menjadi 'sapi perah' dan 'malaikat pencabut nyawa' ketika menyebut Ditjen Bea dan Cukai. Karena korupsi di bea cukai, negara rugi besar, karena berdampak melimpahnya barang selundupan. Makanya, kita patut curiga, mengapa selama ini banyak produk luar negeri yang membanjiri negeri kita, sampai-sampai produk lokal tiarap.

Potong generasi
Hukum Islam memandang bahwa korupsi tidak hanya terkait dengan persoalan maliyah (harta benda), tetapi berkarakter khusus. Korupsi tidak hanya melibatkan seseorang yang berkuasa, namun meliputi kejahatan yang langsung dilakukan oleh seseorang melalui kekuasaan yang diembannya. Kalau suap, pemegang kekuasaan menerima harta benda dari orang yang tidak berkuasa untuk tujuan tertentu. Korupsi lebih serius, karena meliputi kasus di mana pemegang kekuasaan langsung mencuri harta publik melalui otoritas yang dimilikinya.

Perbuatan korupsi sama dengan fasad, yakni perbuatan yang merusak tatanan kehidupan dan pelakunya dikatakan melakukan dosa besar (jinayah kubro). Dalam bahasa fikih, korupsi disemati pula sebagai jarimah kubro dan dapat dimasukkan sebagai perbuatan syirik, sebuah dosa yang tak terampuni.

Fikih juga melabeli perbuatan korupsi sebagai sariqoh kubro (pencurian besar-besaran) dan pelakunya harus dihukum seberat-beratnya. Dalam hukum Islam dikiaskan (qiyas awlawi), jika pencuri biasa saja dipotong tangannya, maka hukuman bagi koruptor harus lebih besar dari potong tangan.

Mengubah persepsi nalar manusia menjadi penting dalam ikhtiar memberantas korupsi. Korupsi tidak hanya soal perilaku, tetapi juga soal pemahaman berpikir. Manusia dalam perilakunya dipengaruhi oleh situasi-situasi yang melingkupinya yang bisa menjadi 'pengikat' kepercayaannya untuk menaatinya. Dan cara ini mesti dibidikkan melalui 'potong generasi', untuk membangun generasi baru yang bersih.

Nah, cerita korupsi di bea dan cukai makin mencelikkan mata kita betapa korupsi berjalan makin liar. Seganas-ganasnya binatang masih bisa dijinakkan, tetapi seganas nafsu manusia ternyata tak mudah didekati walau dengan ancaman. Tinggallah kini, keberanian!

Minggu, 03 November 2013

Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun, Haramkah Membacanya??



Terbaca di beberapa blog dan forum baru-baru ini, memandangkan hampirnya kita memasuki tahun baru Hijrah, berkemundang sekali lagi seruan bahawa bacaan Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun merupakan satu bid'ah yang jelas haram di sisi Islam. Benarkan apa yang dihebohkan ini? Kalau benar mengapa saban tahun setiap jabatan agama negeri tidak pernah menghalang sambutan ini? Adakah tok mufti dan semua ustaz yang berada di setiap jabatan agama ni bersekongkol dalam kesesatan? Sama-sama kita kaji..

Biasanya apabila kita tidak mengetahui asas bagi satu masalah, maka kita akan mudah membuat keputusan yang salah. Asas dan sebab bagi satu masalah merupakan kunci bagi kita untuk mendapatkan jawapan bagi masalah tersebut. Di sini kita perlu mengkaji dua masalah. Mengapa dibaca doa akhir dan awal tahun. Seterusnya mengapa pula satu golongan lagi cuba untuk mengharamkan perbuatan ini.

Asas pendapat pertama kita lihat dari sudut amalan para ulamak berkurun lamanya bukan sahaja di nusantara malahan di banyak lagi tempat di dunia, yang mengamalkan berdoa di akhir dan awal tahun. Apakah asas mereka? Jawapannya yang ringkas, bukankah kita semua mengetahui bahawa beredarnya bulan dan tahun ini merupakan tanda kekuasaan Allah? Maka tidak layakkah kita sebagai hamba yang lemah memuji Allah apabila kita memerhatikan kebesaranNya? Seterusnya, bukankah molek kalau kita akhiri akhir tahun kita dengan memohon ampun atas kesalahan kita sepanjang tahun lalu, dan seterusnya memulakan awal tahun baru, dengan berdoa kepada Allah agar tahun yang mendatang dipenuhi rahmah dan maghfirahNya? Doa itu senjata mukmin. Maka gunakanlah senjata ada sebaik mungkin.

Asas pendapat kedua. Bid'ah dholalah (atau kata mereka bid'ah secara mutlak) adalah mengadakan sesuatu yg baru yang tiada asasnya langsung dalam agama. Itu kata kita. Ada di kalangan mereka yang menyalah erti bahawa bid'ah adalah sesuatu urusan agama yang tidak dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. Namun sangkaan ini amat tersasar dari kebenaran berdasarkan terlalu banyak dalil menunjukkan keharusan perkara dalam agama yang tidak dilakukan oleh Rasulullah seperti menghimpunkan Al-Quran dan azan solat jumaat sebanyak dua kali yang dilakukan oleh Saiyidina Usman. Maka diistilahkan pula oleh Imam Syafie dan para mujtahidin yang lain perkara ini sebagai bid'ah hasanah. Malah diklasifikasikan pula oleh Imam Nawawi bid'ah kepada 5 hukum taklifi yang ada. Mereka kata klasifikasi ini klasifikasi dari sudut bahasa, namun jika kita kaji bid'ah dari segi bahasa bukanlah yang dimaksudkan oleh Imam Syafie dan yg lain, tetapi bid'ah dalam agama.

Apapun yang diistilahkan kita sepakat mengatakan bahawa perkara yang dibaharukan yang tiada asasnya langsung dalam agama hukumnya haram dan bid'ah yang dholalah. Nah, sekarang mereka membuat pula satu kaedah. Jika satu ibadat itu dilakukan pada satu waktu tertentu atau hari tertentu atau bilangan tertentu tanpa ada hadis yang warid dari Rasulullah s.a.w. maka ianya dikira sebagai bid'ah (baca bid'ah dholalah) dan haram. 2 asas inilah yang dipegang menjadikan bacaan doa akhir dan awal tahun sebagai haram.

Maka apa pula komentar bagi kedua-dua hujjah kedua-dua golongan ini ya?

Perbincangan bagi hujjah pendapat yang pertama. Dikatakan bahawa memuji Allah apabila memerhatikan kebesaran-Nya. Benar. Namun cara kita menunjukkan pujian dan bersyukur itu perlukan petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya s.a.w. Bukannya mengikut fikiran kita semata-mata. Adakah berdoa tersebut cukup untuk menghapuskan segala dosa yang berlaku di sepanjang tahun. Kalau begitu mudahla, Buat dosa banyak-banyak. Akhir tahun doa jelah. Lagipun kalau doa ni pun da bid'ah dan berdosa, sebenarnya bukan hapuskan dosa tapi tambahkan dosa lagi.

Jawapan kepada perbincangan ini. Cara kita menunjukkan pujian dan bersyukur adalah diharuskan selagi mana tidak melanggar syara'. Sebanyak mana pun kita bersyukur takkan cukup dengan nikmat yang Allah beri. Lagipun kita bukan bersyukur mengikut fikiran kita semata-mata, tetapi berdasarkan kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya jugak kan. Bukankah berdoa ini satu cara yang ditunjukkan dan diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bukannya kita sambut dgn konsert atau pertunjukkan bunga api.

Berkenaan doa boleh menghapuskan dosa atau tidak tersebut, urusan tersebut diserahkan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang memerintah kita supaya berdoa dan Dialah yang memakbulkan doa dan mengampunkan dosa. Ini merupakan usaha kita yg diperintah oleh-Nya. Hujjah buat dosa banyak2 kemudian berdoa adalah hujah yang dangkal, kerana tiada siapa yang mengetahui selama mana hayatnya. Juga ia seolah-olah mempermain-mainkan mereka yang berdoa setiap hari agar diampunkan oleh Allah. Mengapa tidak tunggu tua sahaja baru berdoa. waktu muda buat dosalah banyak2. Hujah yang amat cetek dan tidak perlu dihiraukan, tetapi perlu dijawab kerana banyak antara mereka yang cetek ilmu, tapi mengaku berilmu. Semua kita sepakat bahawa melakukan perkara yang dilarang oleh syarak secara pasti dan mesti adalah haram. Jadi mengapa perlu dipersoalkan perkara begini. Tetapi kita sebagai manusia yang tidak maksum pasti tidak akan lari dari kesalahan. Jadi kita perlu dari masa ke semasa meminta pengampunan dari Allah s.w.t. Niat melakukan dosa dengan harapan berdoa di waktu lain agar diampunkan adalah niat yang jelas salah dan terlarang.
Perbincangan hujjah pendapat yang kedua. Apakah asas-asas yang diiktiraf dalam menentukan hukum dan adakah doa ini tiada asasnya langsung dalam agama? Para ulamak telah berselisih dalam perkara ini, namun mereka sepakat menentukan bahawa Al-Quran, Assunnah, Ijma' dan Qias secara umumnya adalah asas dalam menentukan hukum. (kecuali beberapa ulamak zahiri dan syiah yang menolak terus qias). Mereka pula hanya menganggap Al-Quran dan Assunnah dan ijtihad para mujtahidin berdasarkan dua sumber ini merupakan asas. Walaubagaimanapun kedua-dua masalah ini tidakla jauh bezanya jika difahami dengan betul. Jadi persoalan sekarang adakah di sana asas bagi doa ini dibaca?

Secara ringkasnya asas bagi berdoa secara umumnya adalah ayat-ayat Alquran dan Assunnah yang terlalu banyak menerangkan perintah berdoa tak kira masa dan tempat. Perintah2 ini tidak boleh kita khususkan kepada doa yang warid dalam alquran dan sunnah semata-mata, kerana ia dikira sebagai mengkhususkan sesuatu yg umum tanpa pengkhususnya. Selain itu warid dari Hadis2 dan asar para solihin keharusan berdoa selain dari yg warid mengikut keperluan kita asalkan tidak bercanggah dengan syarak.

Asas seterusnya dalam berdoa ini adalah berdasarkan maslahah (yang juga sumber perundangan hukum islam). Maslahah yang rajihah (yang boleh diguna pakai) dalam perkara ini ditentukan oleh para ulamak terdahulu bukan menurut pemikiran kita semata. Maslahah ini lebih jelas di zaman kita yang mana ramai di kalangan masyarakat kita sudah jauh dari ajaran Islam dan tidak reti berdoa lagi. Malah di tahun baru ini pun mereka tanpa segan silu membuat kemaksiatan. Bukankah molek jika kita menyeru mereka berdoa di waktu begini?

Jadi apabila ada asas-asas yang disebutkan maka kita tidak boleh menyebut amalan berdoa ini sebagai satu perkara bid'ah yang sesat. Malah boleh kita masukkannya di dalam bid'ah hasanah yang disebutkan oleh Imam Syafie.

Mereka juga menyatakan bahawa sesutu ibadat seperti zikir dan doa itu perlu menyamai Rasulullah dari sudut bilangan, masa, hari dan tempat. Sesuatu yang bercanggah dengan salah satu darinya adalah haram. Kita pula menjawab, di manakah dalil kepada penyataan ini? Ulamak terdahulu tidak pernah membuat kaedah sebegini. kaedah yang ada adalah, ibadat tidak menyalahi dari apa yang Rasulullah tunjukkan. Jangan Rasulullah bersolat subuh 2 rakaat kita bersolat 3 rakaat, kerana nak pahala lebih. Itu yang salah. Adapun berdoa dan berzikir di waktu yang tidak warid Rasulullah berzikir pada waktu tersebut adalah tidak diharamkan. Kerana Rasulullah sendiri sentiasa berzikir dan berdoa. Selain itu perintah berzikir berdoa tidak pernah mengkhususkan masa dan tempat. Tiada salahnya jika kita hanya mengaji Al-Quran selepas maghrib setiap hari dan memerintahkan pula anak-anak kita berbuat sedemikian, walaupun tidak warid dalam hadis Rasulullah ada mengkhusukan begitu. Itu kita sepakat bukan. Jadi mengapa kita mengkhususkan pula sebelum maghrib akhir zulhijjah untuk berdoa dikira sebagai sesuatu perbuatan yang haram?

Hujjah mereka seterusnya adalah kebaikan sesuatu perkara adalah berdasarkan al-Quran dan As-sunnah. Maka kita katakan bahawa kebaikan berdoa ini juga adalah berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah yang menyuruh kita berdoa tanpa mengira waktu dan tidak pernah pula melarang kita berdoa di waktu2 tertentu. Maka kita simpulkan bahawa berdoa awal dan akhir tahun ini merupakan perkara yang baik menurut syara'. Bid'ah mustahabbah kata Imam Nawawi.


Kesimpulan: Doa di awal dan akhir tahun merupakan sesuatu perkara yang baik dan harus dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat, namun ia bukanlah perkara yang wajib. Anda hendak berdoa, berdoalah di setiap waktu dan ketika. Setiap waktu dan ketika itu termasuk juga padanya doa di awal dan akhir tahun. Berdoalah semoga dosa kita di tahun yg lalu diampunkan dan amalan kita diterima. Jua berdoalah moga di tahun baru ini kita dibantu melawan syaitan, nafsu yang menyeru kejahatan serta dibantu melakukan amal ibadat sebanyak mungkin.

Wallahu A'lam

Wasallallahu 'Ala Saiyidina Muhammad Wa'ala Alihi Wasohbihi Ajma'in, Walhamdulillahi Rabbil 'Alamin.

Sumber:



Doa Akhir Tahun Islam dan Doa Awal Tahun Islam (Hijriah)



Assalamualaikum wr.wb
Sahabatku rahimakumullah,
Alhamdulillah, Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Hari ini (Senin, 4 November 2013) kita semua telah berada di ujung tahun 1434 H dan ba’da ashar nanti kita memasuki awal tahun baru 1435 Hijriah, yang disebut dengan tahun baru Islam.

Untuk menyambut tahun baru tersebut, ada baiknya kita berdoa dan bermuhasabah, memohon agar Allah Swt mengampuni doa dan kesalahan kita tahun-tahun sebelumnya dan semoga Allah Swt membimbing kita di Tahun yang baru.
Terlampir do’a yang bagus yg untuk menyambutnya dikirim via inbox oleh sahabat saya seorang Habib. Kalau berkenan silakan diamalkan, kalau tidak berkenan , mohon abaikan saja.

Doa Akhir dan Awal Tahun ini tidak ada dalam hadist manapun, Jadi mohon tidak didebat. Karena doa itu boleh meski tidak dicontohkan oleh Nabi. Adapun doa awal tahun dan akhir tahun di bawah ini di ambil dari kitab Maslak al Akhyar susunan Habib Utsman bin Aqil bin Yahya .

DOA AKHIR TAHUN
(Doa Akhir Tahun ini dibaca antara setelah shalat Ashar sampai sebelum Maghrib di hari terakhir di bulan Dzulhijjah).
Sebaiknya doa ini dibaca bersama-sama di rumah, di masjid, di mushalla, atau di mana saja tempat-tempat yang baik. Seandainya tidak memungkinkan dibaca bersama-sama, tidak ada halangan untuk membacanya seorang diri. Barangsiapa membaca doa akhir tahun ini maka syaitan akan berkata “Hampalah kami disepanjang tahun ini
Doa akhir tahun - (dibaca ba’da ashar di akhir tahun, 3 kali)
“Bismillaahir rahmaanir rahiim. Washalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa maulaanaa Muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa salam. Allahumma maa ‘amiltu fii haadzihis sanatilmimmaa nahaitanii ‘anhu falam atub minhu walam tardlahu walam tansahuu wahalimta ‘alayya ba’da qudratika ‘alaa ‘uquubatii wada’autanii ilattaubati minhu ba’da juratii ‘alaa ma’shiyatika fainnii astaghfiruka faghfirli. Wamaa ‘amiltu fiihaa mimmaa tardlaa-hu wawa’adtanii ‘alaihits tsawaaba fa as alukallaahumma yaa kariimu yaa dzal jalaa-li wal ikraami an tataqabbalaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wasallam” (3x)
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat. Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu. Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah. Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Amin yaa rabbal ‘alamin.
———————————————————-
DOA AWAL TAHUN (dibaca ba’da maghrib di awal tahun, 3 kali)
Bacalah doa ini tiga kali saat kita memasuki tanggal 1 Muharam. Bisa dilakukan selepas maghrib atau pun sesudahnya. Dengan doa ini kita sebagai Mu’min memohon kepada Allah Swt. agar dalam memasuki tahun baru ini kita dapat meningkatkan amal kebajikan dan ketaqwaan.

Do’a Awal Tahun
(lafadz Arabnya ada di attachement JPG)
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam.


Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa ‘alaa fadhlikal-’azhimi wujuudikal-mu’awwali, wa haadza ‘aamun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa’ihi wa junuudihi wal’auna ‘alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu’i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni  ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam
Artinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung. Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan, agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarganya dan sahabatnya. Amin yaa rabbal ‘alamin
Semoga Allah SWT mengijabah doa-doa kita. Amin.


Sumber:
http://filsafat.kompasiana.com/2012/11/14/doa-akhir-tahun-1433-h-dan-doa-awal-tahun-1434-hijriyah-508909.html

http://mymatatajam.blogspot.com/2012/11/ww-doa-akhir-tahun-doa-awal-tahun-hijrah.html

Ilmuwan ‘Menemukan Terompet Sangkakala Malaikat Israfil’

“Sebelum kiamat datang, apa yang sekarang di lakukan oleh malaikat Isrofil?” Mungkin yang ada di benak kita malaikat Isrofil itu seperti sesosok seniman yang asyik mengelap terompet kecilnya sebelum tampil diatas panggung. Sebenarnya seperti apa sih terompetnya atau yang biasa juga dikenal dengan sangkakala malaikat Isrofil itu?

Sekitar enam tahun silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja.

Menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata berbentuk seperti terompet.

Di mana pada bagian ujung belakang terompet (alam semesta) merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable).

Lihat gambar bentuk alam semesta dibawah ini:



Bentuk Alam Semesta
Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda :
“Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintah.

Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?”

Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.”

Saya tanya : “Bagaimana besarnya?”

Jawab Rasulullah : “Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali. Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan). Kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan). Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang-orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk.

Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.

Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bak rama-rama yang hidup di tengah-tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja.

Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam surah An Naml ayat 87 :
“Dan pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapNya dengan merendahkan diri.”

Makhluk langit saja bisa terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan hadits di atas ada sedikit preview tentang seperti apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi kelak.

“Pada saat tergoncangnya bumi, manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya, yang menyusui lupa pada bayinya, anak-anak jadi beruban dan setan-setan berlarian.”

Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, jika terompetnya saja sebesar itu, lalu sebesar apa si peniupnya dan lebih dashsyat lagi, bagaimana dengan Sang Penciptanya? Allahu Akbar!


Ilmuwan NASA ‘Menemukan Terompet Sangkakala Malaikat Israfil’

Peristiwa mengerikan yang akan terjadi pertama kali pada hari kiamat adalah ditiupnya sangkakala (ash-shur) oleh malaikat Israfil atas perintah Allah.
Makna ash-shur secara etimologi (bahasa) adalah al-qarn (tanduk). Sedangkan menurut istilah syariat, yang dimaksud adalah sangkakala yang sangat besar yang malaikat Israfil telah memasukkannya ke dalam mulutnya (siap untuk meniupnya), dan dia sedang menunggu kapan dia diperintahkan untuk meniupnya. (Syarh Lum’atul Itiqad karya Ibnu Utsaimin, hal. 114)
Makna ini disebutkan dalam hadits shahih dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata:
Seorang badui bertanya: “Wahai Rasulullah, apa itu ash-shur?” Rasulullah menjawab: “Tanduk yang akan ditiup.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Abu Dawud. Hadits ini disebutkan dalam Al Jami Ash Shahih 6/113-114, karya Asy Syaikh Muqbil)
Ilmuwan NASA ‘Menemukan’ Terompet Sangkakala Malaikat Israfil
Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) adalah alat yang merupakan bagian dari program atau misi NASA untuk melihat Kosmologi (studi tentang sifat alam semesta) secara keseluruhan. Proyek ini melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta. Sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat-bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar.
Dengan menggunakan WMAP, mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan, karena hasil penelitian tersebut menemukan bahwa alam semesta ini berbentuk seperti terompet.
Pada bagian ujung belakang wilayah ‘terompet’ alam semesta itu merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable).
“Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing.” (Az Zumar: 68)
“Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (Al Kahfi: 99)
“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (An Naml: 87)
“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (Yasin: 51)
Banyak ulama tafsir mengatakan bahwa tiupan terompet sangkakala di ayat-ayat tadi selalu diartikan sebagai peristiwa di hari kiamat. Dr Wahbah az-Zuhaily dalam Tafsir Al Wasith menguraikan bahwa tiupan terompet di hari kiamat itu tiga kali. Pertama, tiupan yang menggentarkan, lalu kedua yang mematikan seketika seluruh makhluk. Tiupan ketiga tanda mulainya hari kiamat, di mana semua dibangkitkan dan dikumpulkan.
Kalau kita cermati, Al Quran menyebutkan bahwa tiupan itu selalu “di dalam” terompet, “Wanufikha fi-shshuuri”. Mengapa terompet? Mengapa di dalam (Fi)?
Tim WMAP mengamati pola titik-titik panas dan dingin radiasi microwave kosmik, yang bisa menggambarkan bentuk alam semesta 380.000 tahun setelah Big Bang. Proyek WMAP dari NASA membuat peta titik-titik tadi secara mendetail, hasilnya ialah pola itu cenderung memudar, yakni tidak ada titik panas dan dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60 derajat. Ini menyimpulkan bahwa ketika mengembang, alam semesta terulur panjang. Sempit di awal dan kemudian makin lebar seperti corong. Mirip bentuk terompet abad pertengahan. Hal ini tentu mematahkan prediksi selama ini yang menyatakan bahwa bentuk alam semesta seperti bola (bulat) yang mengembang ke segala arah.
Tim WMAP yakin bahwa alam semesta bukanlah berbentuk bola, tetapi berbentuk terompet. Alam semesta bukan meluas tak terbatas, tetapi dibatasi oleh ujung terompet. Jadi, alam semesta ada awal dan akhirnya. Hanya Allah yang tidak berawal dan berakhir, “Huwal awwalu wal akhiru”.
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari keadaan gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al Maidah: 15-16)
“Itulah Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Baqarah: 2)
“Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Fusshilat: 41-42)
Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya

Mengenal Asal Usul Para Habib di Nusantara

Menurut Muhammad bin Ahmad al-Syatri dalam kitabnya Adwar al-Tarikh al-Hadrami, bangsa Arab terbagi menjadi tiga golongan : al-Ba’idah yaitu bangsa Arab terdahulu dan kabar berita tentang mereka telah terputus karena sudah terlalu lama, al-’Aribah yaitu orang-orang Arab Yaman keturunan Qahthan, al-Musta’ribah yaitu keturunan Nabi Ismail as (Adnaniyah).<!–[if !supportFootnotes]–>[1]<!–[endif]–> Karena golongan yang pertama sudah tidak ada lagi maka para ahli sejarah hanya mengkaji golongan yang kedua dan ketiga, yaitu bani Qahthan dan bani Ismail. Bani Ismail as adalah keturunan dari Nabi Ismail as anak Nabi Ibrahim as yang mula-mula berdiam di kota Ur yang merupakan kota di Babylonia. Nabi Ibrahim as meninggalkan kota Ur dan berpindah ke Palestina. Setelah Nabi Ibrahim as mempunyai anak dari Siti Hajar yang bernama Ismail as, mereka pindah ke Hijaz tepatnya di Wadi Mekkah.
Nabi Ismail as mempunyai putera sebanyak dua belas orang, masing-masing mempunyai keturunan. Tetapi kemudian keturunan mereka terputus, hanya keturunan Adnan-lah yang berkembang biak, sebab itu bani Ismail ini dinamai juga bani Adnan. Sedangkan Bani Qahthan menurunkan suku Tajib dan Sodaf. Bani Qahthan berasal dari Mesopotamia dan kemudian pindah ke negeri Yaman. Penduduk asli Yaman adalah kaum ‘Ad yang kepada mereka diutus Nabi Hud as. Mereka dibinasakan oleh Allah swt dengan menurunkan angin yang amat keras. Kaum ‘Ad yang dibinasakan ini disebut kaum ‘Ad pertama, sedangkan kaum ‘Ad yang masih mengikuti Nabi Hud as disebut kaum ‘Ad kedua.
Sesudah Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah di Mekkah, jadilah kota Mekkah itu kota yang paling masyhur di tanah Hijaz, dan berdatanganlah orang dari segenap penjuru jazirah Arab ke Mekkah untuk naik haji dan ziarah ke Baitullah. Karena itu lama kelamaan kota Mekkah menjadi pusat perniagaan.
Pertama kali kota Mekkah dipegang oleh bani Adnan, karena itu bani Adnanlah yang memelihara dan menjaga Ka’bah. Sesudah runtuhnya kerajaan Sabaiah, maka berpindahlah satu suku yang bernama Khuza’ah dari Yaman ke Mekkah dan mereka merampas kota Mekkah dari tangan bani Adnan. Dengan demikian berpindahlah penjagaan Baitullah dari bani Adnan kepada bani Khuza’ah.
Di kemudian hari, dari suku Quraisy terdapat seorang pemimpin yang kuat dan cerdas, namanya Qushai. Qushai ini beruntung dapat merebut kunci Ka’bah dari bani Khuza’ah dan kemudian mengusir bani Khuza’ah itu dari Mekkah. Maka jatuhlah kembali kekuasaan di Mekkah ke tangan bani Adnan. Kemudian Qushai diangkat menjadi raja yang di tangannya terhimpun kekuasaan keagamaan dan keduniaan. Sesudah Qushai meninggal kekuasaan tersebut dipegang oleh keturunannya yang bernama Abdi Manaf.
Abdu Manaf mempunyai empat anak: Abdu Syams, Naufal, al-Muththalib dan Hasyim.<!–[if !supportFootnotes]–>[2]<!–[endif]–> Hasyim adalah keluarga yang dipilih oleh Allah yang diantaranya muncul Muhammad bin Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hasyim. Rasulullah saw pernah bersabda :
Sesungguhnya Allah telah memilih Isma’il dari anak keturunan Ibrahim, memilih Kinanah dari anak keturunan Isma’il, memilih Quraisy dari anak keturunan Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturunan Bani Hasyim. “.(H.R. Muslim dan at-Turmudzy).
Dari al-’Abbas bin Abdul Muththalib, dia berkata, Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, lalu Dia menjadikanku dan sebaik-baik golongan mereka dan sebaik-baik dua golongan, kemudian memilih beberapa kabilah, lalu menjadikanku diantara sebaik-baik kabilah, kemudian memilih beberapa keluarga Ialu menjadikanku diantara sebaik-baik keluarga mereka, maka aku adalah sebaik-baik jiwa diantara mereka dan sebaik-baik keluarga diantara mereka”. (Diriwayatkan oleh at-Turmudzy).
Dari keturunan inilah Allah swt telah menerbitkan cahaya cemerlang, menerangi semesta alam, dikarenakan agama Islam yang dibawa keturunan Adnan kepada masyarakat Hadramaut yang berasal dari keturunan Qahthan. Diantara keturunan Adnan yang berada di Hadramaut adalah kaum Alawiyin, sebelumnya mereka menetap di Basrah, Iraq.
Tokoh pertama golongan Alawi di Hadramaut adalah Ahmad bin Isa yang dijuluki al-Muhajir.<!–[if !supportFootnotes]–>[3]<!–[endif]–> Kepindahannya ke Hadramaut disebabkan kekuasaan diktator kekhalifahan Bani Abbas yang secara turun menurun memimpin umat Islam, mengakibatkan rasa ketidakpuasan di kalangan rakyat. Rakyat mengharapkan salah satu keturunan Rasulullah dapat memimpin mereka. Akibat dari kepemimpinan yang diktator, banyak kaum muslim berhijrah, menjauhkan diri dari pusat pemerintahan di Bagdad dan menetap di Hadramaut. Imam Ahmad bin Isa keadaannya sama dengan para sesepuhnya. Beliau seorang ‘alim‘amil (mengamalkan ilmunya), hidup bersih dan wara’ (pantang bergelimang dalam soal keduniaan). Di Iraq beliau hidup terhormat dan disegani, mempunyai kedudukan terpandang dan mempunyai kekayaan cukup banyak. Mereka hijrah ke Hadramaut bukan karena dimusuhi atau dikejar-kejar tetapi mereka lebih mementingkan keselamatan aqidah keluarga dan pengikutnya. Mereka hijrah dari Basrah ke Hadramaut mengikuti kakeknya Rasulullah saw hijrah dari Makkah ke Madinah.
Mengenai hijrahnya Imam Ahmad Al-Muhajir ke Hadramaut, Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam bukunya Risalah al-Muawanah mengatakan : Al-Imam Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin al-Imam Ja’far Shadiq, ketika menyaksikan munculnya bid’ah, pengobralan hawa nafsu dan perbedaan pendapat yang makin menghangat, maka beliau hijrah dari negaranya (Iraq) dari tempat yang satu ke tempat yang lain hingga sampai di Hadramaut, beliau bermukim di sana hingga wafat.
Ketika beliau berangkat hijrah dari Iraq ke Hijaz pada tahun 317 H beliau ditemani oleh istrinya, Syarifah Zainab binti Abdullah bin al-Hasan bin ‘Ali al-‘Uraidhy, bersama putera bungsunya bernama Abdullah, yang kemudian dikenal dengan nama Ubaidillah. Turut serta dalam hijrah itu cucu beliau yang bernama Ismail bin Abdullah yang dijuluki dengan Bashriy. Turut pula dua anak lelaki dari paman beliau dan orang-orang yang bukan dari kerabat dekatnya. Mereka merupakan rombongan yang terdiri dari 70 orang. Imam al-Muhajir membawa sebagian dari harta kekayaannya dan beberapa ekor unta ternaknya. Sedangkan putera-puteranya yang lain ditinggalkan menetap di Iraq.<!–[if !supportFootnotes]–>[4]<!–[endif]–>
Tibalah Imam al-Muhajir di Madinah al-Munawwarah dan tinggal di sana selama satu tahun. Pada tahun itulah kaum Qaramithah memasuki kota Makkah dan menguasainya. Mereka meletakkan pedang di al-Hajij dan memindahkan Hajarul-Aswad dari tempatnya ke tempat lain yang dirahasiakan. Pada tahun berikutnya al-Muhajir berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Dari Makkah beliau menuju Asir lalu ke Yaman. Di Yaman beliau meninggalkan anak pamannya yang bernama Sayyid Muhammad bin Sulaiman, datuk kaum Sayyid al-Ahdal. Kemudian Imam al-Muhajir berangkat menuju Hadramaut dan menetap di Husaisah. Imam al-Muhajir menetap di Hadramaut atas dasar pengarahan dari Allah SWT, sebab kenyataan menunjukkan, setelah beliau hijrah ke negeri itu di sana memancar cahaya terang sesudah beberapa lama gelap gulita. Penduduk Yaman khususnya Hadramaut yang mengaku penduduk asli dari keturunan Qahthan, yang awalnya bodoh dan sesat berubah menjadi mengenal ilmu dan berjalan di atas syariat Islam yang sebenarnya. Imam al-Muhajir dan keturunannya berhasil menundukkan masyarakat Hadramaut yang mempunyai faham Khawarij dengan dalil dan argumentasi.
Maka masuklah Imam al-Muhajir ke Hadramaut. Ia bersikap lemah lembut dalam da’wahnya dan menempuh cara yang halus dan mengeluarkan hartanya. Maka banyak orang-orang Khawarij yang datang kepadanya dan taubat di tangannya setelah mereka berusaha menentang dan mencacinya. Ia juga menolong qabilah al-Masyaikh al-Afif. Dan bergabung juga dengannya qabilah Kindah dan Madij. Mereka meninggalkan madzhab Ibadhiy dan bercampur dengan orang-orang yang datang dari Iraq.<!–[if !supportFootnotes]–>[5]<!–[endif]–>
Kaum Khawarij tidak mengakui atau mengingkari Imam al-Muhajir berasal dari keturunan Nabi Muhammad saw. Untuk memantapkan kepastian nasabnya sebagai keturunan Rasulullah saw, sayyid Ali bin Muhammad bin Alwi berangkat ke Iraq. Di sanalah ia beroleh kesaksian lebih dari seratus orang terpercaya dari mereka yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji. Kesaksian mereka yang mantap ini lebih dimantapkan lagi di Makkah dan beroleh kesaksian dari rombongan haji Hadramaut sendiri. Dalam upacara kesaksian itu hadir beberapa orang kaum Khawarij, lalu mereka ini menyampaikan berita tentang kesaksian itu ke Hadramaut.
Dan diantara ulama ahli nasab dan sejarah yang telah memberikan perhatiannya terhadap kebenaran nasab keturunan al-Imam al-Muhajir dan silsilah mereka yang mulia, ialah : pertama, al-Allamah Abu Nash Sahal bin Abdullah al-Bukhori dalam kitabnya Sirru al-Silsilah al-Alawiyah tahun 341hijriyah. Kedua, al-Nasabah Abu Hasan Najmuddin Ali bin Abi al-Ghonaim Muhammad bin Ali al-Amiri al-Bashri, wafat tahun 443. Di antara kitabnya adalah al-Majdi wa al-Mabsuth wa al-MusajjarKetiga, al-Allamah Muhammad bin Ja’far al-Ubaidili dalam kitabnya Tahdzib al-Ansab, wafat tahun 435 hijriyah. Keempat, al-Allamah al-Yamani Abu al-Abbas al-Syarajji dalam kitabnya Thabaqat al-Khawash Ahl al-Shidqi wa al-Ikhlas. Di dalamnya disebutkan mengenai hijrahnya Saadah keluarga al-Ahdal dan Bani Qudaimi, disebutkan awal pertama mereka tinggal di daerah Wadi Saham, Wadi Surdud, dan Hadramaut.
Dan terdapat pula dari beberapa ulama nasab yang mempunyai catatan-catatan ringkas mengenai nasab keturunan Rasulullah yang mulia ialah al-Imam al-Nasabah al-Murtadho al-Zubaidi dan al-Nasabah Ibnu Anbah pengarang kitab Umdah al-Thalib.Selain mereka banyak pula yang mengadakan penelitian tentang nasab keturunan Rasulullah saw yang mulia, hasilnya mereka mendapatkan kebenaran yang tidak diragukan lagi, sebagaimana hukum syar’i yang telah menjelaskan masalah interaksi sosial dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan keberadaan mereka dalam bentuk dalil-dalil yang kuat yang menjelaskan kemuliaan nasab mereka, serta kepemimpinan mereka di wilayah Arab, Hindi, Turki, Afrika Timur, Asia, semuanya merupakan dalil yang kuat tentang keberadaan mereka.
Di antara peneliti tersebut ialah al-Khazraji, al-Yafi’, al-Awaji, Ibnu Abi al-Hub, al-Sakhowi, Abu Fadhol, Abu Ubbad, Ibnu Isa al-Tarimi, al-Junaid, Ibnu Abi al-Hissan, Ibnu Hajar al-Haitami, Ibnu Samuroh, Ibnu Kabban, Bamahramah, Ibnu Fahd, Ibnu Aqilah, al-Marwani al-Tarimi, dan lainnya sebagaimana dijelaskan oleh Sayid Dhiya’ Shahab dalam bukunya ‘al-Imam al-Muhajir’. Terakhir, nasab keturunan Rasulullah saw dibahas oleh Sayid Abdullah bin Hasan Bilfaqih dalam kitab Tafnid al-Maza’im, Sayid Alwi bin Thahir al-Haddad dalam kitab al-Qaul al-Fashlu dan al-Syamil fi Tarikh Hadramut, Sayid Abdurrahman bin Ubaidillah al-Saqqaf dalam kitab Badhoi’ al-Tabut.<!–[if !supportFootnotes]–>[6]<!–[endif]–>
Dengan demikian mantaplah sudah pengakuan masyarakat luas mengenai keutamaan para kaum ahlul-bait sebagai keturunan Rasulullah saw melalui puteri beliau Siti Fatimah Az-Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib. Rasulullah saw bersabda :
‘Setiap putra ibu akan bergabung nasabnya kepada ashabahnya (pihak ayah), kecuali anak-anak Fathimah, Akulah wali mereka dan akulah ashabah mereka’.<!–[if !supportFootnotes]–>[7]<!–[endif]–>
Al-allamah Yusuf bin Ismail al-Nabhany dalam bukunya Riyadhul Jannah mengatakan :‘Kaum Sayyid Baalawi oleh umat Muhammad saw sepanjang zaman dan di semua negeri telah diakui bulat sebagai ahlul-bait nubuwah yang sah, baik ditilik dari sudut keturunan maupun kekerabatan, dan mereka itu adalah orang-orang yang paling tinggi ilmu pengetahuan agamanya, paling banyak keutamaannya dan paling tinggi budi pekertinya’.<!–[if !supportFootnotes]–>[8]<!–[endif]–>
Ahmad bin Isa wafat di Husaisah pada tahun 345 Hijriah. Beliau mempunyai dua orang putera yaitu Ubaidillah dan Muhammad. Ubaidillah hijrah bersama ayahnya ke Hadramaut dan mendapat tiga orang putera yaitu Alwi, Jadid dan Ismail (Bashriy). Dalam tahun-tahun terakhir abad ke 6 H keturunan Ismail (salah satu keturunannya ialah Syekh Salim Bin Bashriy) dan Jadid (salah satu keturunannya ialah al-Imam Abi Jadid Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Jadid) punah dalam sejarah, sedangkan keturunan Alwi tetap lestari. Mereka menamakan diri dengan nama sesepuhnya Alwi, yang kemudian dikenal dengan kaum Sayyid Alawiyin.
Kita dapat menyaksikan bahwa sekarang anak cucu dan keturunan Imam Ahmad bin Isa menyebar di berbagai pelosok Hadramaut, dan di daerah pesisir lautan Hindia, seperti Asia Tenggara, India dan Afrika Timur. Para da’i dan ulama-ulama mereka mempunyai peranan yang besar di tanah air mereka yang baru. Karena itu para penguasa, sultan, dan penduduk-penduduknya memuliakan mereka karena karya mereka yang baik dan agung.
Para sayyid Alawiyin menyebarkan da’wah Islamiyah di Asia Tenggara melalui dua tahap, pertama hijrah ke India. Kemudian pada tahap kedua dari India ke Asia Tenggara, atau langsung dari Hadramaut ke Asia Tenggara melalui pesisir India. Di antara yang hijrah ke India adalah seorang alim syarif Abdullah bin Husein Bafaqih ke kota ‘Kanur’ dan menikahi anak menteri Abdul Wahab dan menjadi pembantunya sampai wafat. Lalu syarif Muhammad bin Abdullah Alaydrus yang terkenal di kota Ahmadabad dan Surat. Ia hijrah atas permintaan kakeknya syarif Syech bin Abdullah Alaydrus. Begitu pula keluarga Abdul Malik yang diberi gelar ‘Azhamat Khan’. Dari keluarga inilah asal keturunan penyebar Islam di Jawa yang disebut dengan Wali Songo<!–[if !supportFootnotes]–>[9]<!–[endif]–>. Kemudian dari India, mereka melanjutkan perjalanannya ke Indonesia, yaitu daerah pesisir utara Sumatera yang sekarang dikenal dengan propinsi Aceh.
Menurut Prof. Dr. Hamka, sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan-keturunan Hasan dan Husain itu datang ke tanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu, Kepulauan Indonesia dan Filipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam di seluruh Nusantara ini. Penyebar Islam dan pembangun kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanau dan Sulu. Sesudah pupus keturunan laki-laki dari Iskandar Muda Mahkota Alam pernah bangsa Sayid dari keluarga Jamalullail jadi raja di Aceh. Negeri Pontianak pernah diperintah bangsa sayid al-Qadri. Siak oleh keluarga bangsa sayid Bin Syahab. Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa sayid Jamalullail. Yang Dipertuan Agung III Malaysia Sayid Putera adalah raja Perlis. Gubernur Serawak yang sekarang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang ialah dari keluarga Alaydrus. Kedudukan mereka di negeri ini yang turun temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri di mana mereka berdiam. Kebanyakan mereka jadi ulama. Mereka datang dari Hadramaut dari keturunan Isa al-Muhajir dan al-Faqih al-Muqaddam. Mereka datang kemari dari berbagai keluarga. Yang kita banyak kenal ialah keluarga Alatas, Assaqaf, Alkaf, Bafaqih, Alaydrus, Bin Syekh Abubakar, Al-Habsyi, Al-Haddad, Bin Smith, Bin Syahab, Al-Qadri, Jamalullail, Assiry, Al-Aidid, Al-Jufri, Albar, Al-Mussawa, Gathmir, Bin Aqil, Al-Hadi, Basyaiban, Ba’abud, Al-Zahir, Bin Yahya dan lain-lain. Yang menurut keterangan almarhum sayid Muhammad bin Abdurrahman Bin Syahab<!–[if !supportFootnotes]–>[10]<!–[endif]–> telah berkembang jadi 199 keluarga besar. Semuanya adalah dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Ahmad bin Isa al-Muhajir Illallah inilah yang berpindah dari Basrah ke Hadramaut. Lanjutan silsilahnya ialah Ahmad bin Isa al-Muhajir bin Muhammad al-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far al-Shaddiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain al-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib. As-Sibthi artinya cucu, karena Husain adalah anak dari Fathimah binti Rasulullah saw.
Orang-orang Arab Hadramaut mulai datang secara massal ke Nusantara pada tahun-tahun terakhir abad 18, sedangkan kedatangan mereka di pantai Malabar jauh lebih awal. Perhentian mereka yang pertama adalah Aceh. Dari sana mereka lebih memilih pergi ke Palembang dan Pontianak. Orang Arab mulai banyak menetap di Jawa setelah tahun 1820, dan koloni-koloni mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara pada tahun 1870. Pendudukan Singapura oleh Inggris pada tahun 1819 dan kemajuan besar dalam bidang perdagangan membuat kota itu menggantikan kedudukan Aceh sebagai perhentian pertama dan titik pusat imigrasi bangsa Arab. Sejak pembangunan pelayaran dengan kapal uap di antara Singapura dan Arab, Aceh bahkan menjadi tidak penting sama sekali.
Di pulau Jawa terdapat enam koloni besar Arab, yaitu Batavia, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang dan Surabaya. Di Madura hanya ada satu yaitu di Sumenep.. Koloni Arab di Surabaya dianggap sebagai pusat koloni di pulau Jawa bagian Timur. Koloni Arab lain yang cukup besar berada di Pasuruan, Bangil, Probolinggo, Lumajang, Besuki dan Banyuwangi. Koloni Arab di Besuki mencakup pula orang Arab yang menetap di kota Panarukan dan Bondowoso.
Koloni-koloni Arab Hadramaut khususnya Alawiyin yang berada lokasi pesisir tetap menggunakan nama-nama famili mereka, sedangkan Alawiyin yang tidak dapat pindah ke pesisir karena berbagai sebab kemudian berganti nama dengan nama Jawa, mereka itu banyak yang berasal dari keluarga Bayaiban, Ba’bud, Bin Yahya dan lainnya.