Al-Qur'an tidak merupakan satu-satunya sumber doktrin dan hukum Islam. Ketika Nabi Muhammad masih hidup dan sesudah beliau meninggal, ada sumber tambahan yaitu tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan Nabi.
Informasi
tentang tindakan dan ucapan Nabi tergantung kepada tradisi mulut;
orang-orang yang mengambil initiatif untuk mengumpulkannya dalam
suatu teks mengadakan penyelidikan yang rumit jika tradisi lisan
tersebut akan dijadikan tulisan tentang kejadian-kejadian.
Dalam
mengumpulkan informasi tersebut mereka sangat gigih mencari
kebenaran; hal ini dapat dibuktikan dengan fakta bahwa dalam tiap
riwayat mengenai kehidupan Nabi Muhammad atau kata-katanya, terkumpul
nama-nama orang-orang yang mempunyai reputasi baik yang
melaporkan riwayat tersebut, dan urutan nama-nama itu menanjak sampai
kepada keluarga Nabi atau sahabat-sahabat yang menjadi sumber
pertama daripada informasi itu.
Dengan
cara tersebut, muncullah kumpulan-kumpulan tindakan dan
ucapan-ucapan Nabi, yaitu yang biasanya dinamakan "Hadits" arti
kata itu adalah "kata-kata" tetapi yang dimaksudkan ialah
ucapan-ucapan dan tindakan.30
Kumpulan-kumpulan
Hadits itu disiarkan beberapa puluh tahun setelah wafatnya Nabi
Muhammad; yang muncul pada abad pertarna Hijriyah sangat
terbatas. Kumpulan-kumpulan yang lebih penting baru muncul dua abad
sesudah Nabi Muhammad wafat. Dengan begitu maka kumpulan Hadits
yang memberi informasi yang paling lengkap bukan kumpulan yang
paling dekat kepada zaman Nabi Muhammad.
Kumpulan Bukhary dan Muslim yang diselenggarakan lebih dari 200 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad memberikan dokumentasi yang terluas dan paling dapat dipercayai. Kumpulan Bukhari dianggap yang paling autentik setelah Qur-an. Haudas dan Marcais telah menterjemahkannya ke dalam bahasa Perancis antara tahun 1903 dan 1904, dengan judul: Les Traditions Islamiques. Pada akhir-akhir ini telah diterbitkan juga dengan teks Arab dan terjemahan Inggris oleh Dr. Mohammad Muhsin Khan, dari Universitas Islam di Medina. Dengan begitu Hadits dapat dibaca oleh orang yang tak mengerti bahasa Arab. Tetapi kita perlu bersikap sangat hati-hati terhadap beberapa terjemahan yang dilakukan oleh orang-orang Barat termasuk orang-orang Perancis, karena kita telah dapatkan kekeliruan yang tidak merupakan terjemahan akan tetapi merupakan interpretasi; malahan kadang-kadang mereka itu merubah arti Hadits sehingga memberi pengertian yang tidak dimaksudkan.
Kumpulan Bukhary dan Muslim yang diselenggarakan lebih dari 200 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad memberikan dokumentasi yang terluas dan paling dapat dipercayai. Kumpulan Bukhari dianggap yang paling autentik setelah Qur-an. Haudas dan Marcais telah menterjemahkannya ke dalam bahasa Perancis antara tahun 1903 dan 1904, dengan judul: Les Traditions Islamiques. Pada akhir-akhir ini telah diterbitkan juga dengan teks Arab dan terjemahan Inggris oleh Dr. Mohammad Muhsin Khan, dari Universitas Islam di Medina. Dengan begitu Hadits dapat dibaca oleh orang yang tak mengerti bahasa Arab. Tetapi kita perlu bersikap sangat hati-hati terhadap beberapa terjemahan yang dilakukan oleh orang-orang Barat termasuk orang-orang Perancis, karena kita telah dapatkan kekeliruan yang tidak merupakan terjemahan akan tetapi merupakan interpretasi; malahan kadang-kadang mereka itu merubah arti Hadits sehingga memberi pengertian yang tidak dimaksudkan.
Dari
segi asal mulanya, orang dapat membandingkan
kumpulan-kumpulan Hadits itu dengan Injil. Kedua macam buku itu
mempunyai sifat yang sama, yaitu; pertama: telah ditulis oleh
pengarang-pengarang yang tidak merupakan saksi mata kejadian yang
mereka laporkan; dan kedua: telah ditulis setelah lama
kejadian-kejadian tersebut terjadi. Sebagaimana halnya dengan Injil,
Hadits-hadits itu tidak semuanya dapat diterima sebagai autentik.
Hanya jumlah kecil dipandang autentik oleh ahli-ahli Hadits, dan
dalam satu kumpulan kita dapat menemukan Hadits-hadits autentik di
samping Hadits yang diragukan bahkan Hadits yang harus ditolak.
Berbeda
dengan Injil-Injil empat, yang tidak pernah disangkal oleh umat
Kristen, kumpulan-kumpulan Hadits-hadits walaupun yang dianggap
paling autentik, pada suatu waktu dalam sejarah Islam, telah
merupakan sasaran kritik tajam dari para ahli pikir Islam.
Tetapi Qur'an, tetap menjadi buku yang pokok dan tak dapat
dipersoalkan lagi tentang kebenarannya.
Saya
menganggap penting untuk menyelidiki dalam kumpulan Hadits-hadits
tersebut, bagaimana di luar wahyu Ilahi, Muhammad diriwayatkan
telah membicarakan soal-soal yang pengetahuan modern baru dapat
membuka rahasianya pada beberapa abad sesudahnya Saya sangat
membatasi diri, dan hanya penyelidikan Hadits yang biasanya dianggap
paling autentik, yaitu kumpulan Hadits Bukhari; sebabnya ialah
karena saya selalu berpikir bahwa karena Hadits-hadits itu banyak
yang disusun oleh para pengumpulnya menurut tradisi oral, maka mereka
dapat meriwayatkan fakta-fakta yang sama akan tetapi dengan cara
berbeda berhubungan dengan kesalahan orang-orang yang meriwayatkannya.
Hal tersebut berbeda dengan Hadits yang diriwayatkan oleh
rawi-rawi yang besar jumlahnya sehingga dapat mencapai martabat Hadits
autentik.
Maurice Bucaille |
Saya
menyelidiki pernyataan-pernyataan Hadits dalam hal-hal yang pernah
kita bicarakan tentang Qur-an dan Sains modern. Hasil penyelidikan saya
sangat jelas. Ada perbedaan yang sangat besar antara
pernyataan-pernyataan Qur-an yang cocok jika dihadapkan dengan Sains
modern dan pernyataan Hadits dalam bidang sama yang sangat mudah
dikritik.
Hadits
yang merupakan tafsiran mengenai beberapa ayat Qur'an kadang-kadang
memberi penjelasan yang tak dapat diterima sekarang.Ada satu
Hadits Bukhary yang menafsirkan surat 36 ayat 38 (Surat Yassin) yang
telah kita bicarakan dalam fasal Astronomi, dengan tafsiran
sebagai berikut: "Ketika matahari terbenam, ia sujud di bawah Arasy
Tuhan. Matahari minta izin untuk mengulangi perjalanannya, dan sujud
sekali lagi. Akhirnya ia kembali ke tempat dari mana ia datang dan
bangun kembali dari Timur." Teks
aslinya adalah kabur dan sukar diterjemahkan. (Kitab permulaan
penciptaan, fasal 54, bab 4 no. 421). Bagaimanapun juga, Hadits
tersebut mengandung khayalan tentang perjalanan matahari dan hubungannya
dengan bumi. Sains telah menunjukkan bahwa yang benar adalah
sebaliknya isi Hadits tersebut. Jadi Hadits tersebut tidak autentik.
Dalam
fasal yang sama (Kitab permulaan penciptaan) fasal 54 bab 6 no. 430,
terdapat keterangan tentang tahap-tahap pertama daripada
perkembangan embriyo. Keterangan tentang waktu yang diperlukan oleh
tahap-tahap itu terasa aneh; satu tahap untuk mengumpulkan unsur-unsur
yang menyusun manusia, lamanya 40 hari, satu tahap di mana embryo itu
merupakan "sesuatu yang melekat" lamanya 40 hari, dan satu tahap di
mana embryo menjadi seperti daging yang dikunyah lamanya juga 40
hari. Kemudian setelah campur tangan malaekat untuk menentukan hari
kemudian embryo itu, suatu ruh ditiupkan dalam embryo tersebut.
Gambaran perkembangan embriyo seperti
tersebut di atas tidak sesuai dengan Sains modern.
Kecuali
dalam surat 16 (Nahl) ayat 69 yang menyebutkan bahwa madu itu
mengandung obat (tanpa menyebutkan untuk penyakit apa), Qur-an tidak
memberi tuntunan tentang pengobatan. Tetapi Hadits memberikan
tempat yang luas untuk soal obat-obatan.
Dalam
kumpulan Hadits Bukhary ada suatu bab khusus untuk obat-obatan
(bab 76). Dalam terjemahan Houdas dan Marcais hal tersebut terdapat
dalam jilid 4, halaman 62 s/d 91, dan dalam bukunya Dr. Muhammad
Muhsin Khan dengan terjemahan Inggris terdapat dalam jilid 7
halaman 395 s/d 452. Halaman-halaman tersebut memberi
gambaran tentang pendapat-pendapat orang pada waktu Hadits
tersebut dikumpulkan mengenai soal-soal yang berhubungan dengan
obat-obatan. Orang dapat menambahkan kepada hadits-hadits dalam bab
tersebut, hadits-hadits lain yang terdapat dalam bagian-bagian lain
daripada kumpulan Hadits Bukhary.
Dalam
hadits-hadits yang saya sebutkan terakhir tadi, terdapat
pemikiran-pemikiran tentang sihir, mata jahat, pengusiran setan
dan lain-lain, walaupun Qur-an telah membatasi hal-hal tersebut.
Terdapat suatu hadits yang mengatakan bahwa buah kurma dapat
menjaga manusia dari pengaruh sihir, dan dapat menyembuhkan
gigitan binatang berbisa.
Kita
tidak perlu heran karena dalam zaman teknik dan farmakologi
belum maju, kita menemukan anjuran untuk praktek-praktek yang
sederhana atau obat-obatan alamiah seperti cantuk (Hijamah) atau
cara lain untuk mengeluarkan darah kotor, mengobati luka dengan api,
mencukur untuk mengobati penyakit kulit, meminum susu onta, biji
tertentu atau tumbuh-tumbuhan tertentu, abu semacam tumbuh-tumbuhan
(untuk menghentikan darah keluar). Dalam keadaan yang berbahaya,
orang perlu menggunakan segala cara yang dapat dilakukan, dan yang
memang berguna. Tetapi saya rasa kurang baik untuk menganjurkan minum
kencing onta.
Kita juga kurang setuju dengan penjelasan-penjelasan mengenai patologi. Di bawah ini beberapa contoh:
Asalnya
penyakit panas badan: empat orang saksi menguatkan pernyataan bahwa:
panas badan itu datangnya dari api neraka (Kitab pengobatan fasal 28).
Adanya
obat bagi tiap-tiap penyakit, "Tuhan tidak menurunkan penyakit kecuali
ia juga menurunkan obatnya (Kitab pengobatan fasal 1). Contoh
konsepsi ini adalah Hadits lalat (Kitab pengobatan, fasal 28 dan Kitab
permulaan penciptaan, bab 54, fasal 15, 16). Jika ada lalat jatuh
dalam satu wadah, lalat itu harus ditenggelamkan seluruhnya, karena
satu sayapnya mengandung racun, dan yang satu lagi mengandung
penawar, lalat mula-mula membawa racun kemudian membawa obat.
Keguguran
itu disebabkan karena si hamil melihat ular tertentu (ular itu
juga menyebabkan kebutaan). Ini disebutkan dalam Kitab
permulaan penciptaan, fasal 13 dan 14.
Mengeluarkan
darah di luar waktu haid. Kitab Haid fasal 6 memuat Hadits tentang
sebab mengeluarkan darah di luar waktu haid (bab 16, 21 dan 28). Hal ini
mengenai dua orang wanita. Dalam satu kasus, tanpa perincian,
mengenai symptom tersebut, dinyatakan bahwa mengeluarkan darah itu
sebabnya karena suatu saluran darah ('irq); dalam kasus lainnya,
yaitu tentang seorang wanita yang mengeluarkan darah di luar haid
selama tujuh tahun. Di sini sebab yang sama dinyatakan
kembali.
Orang dapat membuat hipotesa tentang sebab yang sesungguhnya
tentang symptom tersebut, tetapi mengingat zaman Hadits Nabi
Muhammad tersebut, kita tak dapat menggambarkan bagaimana
diagnosa tersebut didasarkan kepada suatu argumen. Bagiamanapun juga hal
ini mungkin juga benar.
Tak
adanya penyakit menular, kumpulan Hadits Bukhary menyebutkan
dalam beberapa bagian dalam buku itu (fasal 19, 25, 30 31, 53 dan 54
kitab pengobatan, bab 76), kasus-kasus khusus seperti lepra, pest,
kolera, penyakit kulit onta, dan juga penyakit menular secara umum.
Pemikiran tentang hal-hal tersebut
mengandung pernyataan yang kontradiksi. Tetapi, terdapat juga suara
anjuran supaya orang jangan pergi ke tempat di mana wabah pest
berjangkit, dan supaya orang menjauhi orang yang terserang penyakit
lepra.31
Dengan
begitu, kita dapat mengambil kesimpulan tentang adanya hadits
yang tak dapat diterima. Tetapi di samping kesangsian tentang
kebenaran hadits tersebut, dengan disebutkannya di sini kita
mendapat faedah yaitu bahwa dengan memperbandingkannya dengan
pernyataan ilmiah yang terdapat dalam Qur-an, kita mengerti bahwa
hadits-hadits tersebut mengandung pernyataan yang tidak tepat.
Konstatasi ini mempunyai arti yang besar.
Kita
harus ingat bahwa ketika Nabi Muhammad meninggal, ajaran-ajaran
yang diterima oleh para sahabat dari beliau dapat dibagi menjadi dua
kelompok:
Pertama, banyak pengikut
Nabi yang hafal Qur-an seperti beliau dan selalu mengulangi
pembacaannya; di samping itu terdapat tulisan-tulisan wahyu Qur-an
yang dibuat waktu Nabi Muhammad masih hidup, dan malahan sebelum hijrah.
Kedua,
anggauta-anggauta dari sahabat-sahabatnya yang terdekat, dan
beberapa pengikutnya yang menyaksikan tindakan dan kata-katanya, mereka
itu memelihara apa yang mereka saksikan atau dengarkan, dan
menjadikannya sebagai sandaran di samping Qur-an, untuk menetapkan
doktrin dan hukum yang sedang tumbuh.
Dalam
tahun-tahun sesudah meninggalnya Nabi Muhammad, teks-teks,
tentang dua macam ajaran yang ia tinggalkan bermunculan. Kumpulan
Hadits yang pertama muncul 40 tahun setelah Nabi meninggal, akan
tetapi sebelum teks itu muncul, Qur-an sudah dikumpulkan lebih dahulu
pada zaman Abubakar dan Umar. Utsman membuat teks definitif pada
waktu ia memerintah; yakni antara tahun 12 dan 24 sesudah Nabi
meninggal.
Yang
perlu digaris bawahi adalah perbedaan antara kedua macam teks
dan segi sastra dan dari segi isi. Sesungguhnya tak mungkin diadakan
perbandingan dari segi style Qur'an dan susunan tata Hadits. Dan lagi
jika kita mernbandingkan isi daripada dua teks tersebut dengan
menghadapkannya kepada hasil-hasil Sains modern, kita akan heran
karena perbedaan yang sangat besar. Saya harap saya telah
berhasil menunjukkan perbedaan antara:
Di
satu pihak, pernyataan Qur-an yang sering kelihatan remeh;
tetapi jika diselidiki secara ilmiah dengan hasil-hasil
Sains modern akan ternyata bahwa pernyataan-pernyataan itu
menunjukkan hal-hal yang kemudian dibenarkan oleh Sains.
Di
lain pihak, beberapa pernyataan hadits yang kelihatannya sesuai
dengan cara berfikir pada waktu itu; tetapi mengandung
pernyataan-pernyataan yang sekarang tidak dapat diterima secara
ilmiah. Pernyataan-pemyataan tersebut terselip dalam doktrin dan
hukum Islam yang semua orang menganggap autentik dan tak berani
mempersoalkannya.
Akhirnya,
kita harus mengetahui bahwa sikap Nabi Muhammad terhadap Qur'an
sangat berbeda dengan sikap beliau terhadap ucapan-ucapan beliau
pribadi. Qur'an tidak merupakan fatwa-fatwa beliau. Qur'an adalah
wahyu Ilahi. Nabi menyusun bagian-bagian Qur'an dalam waktu kurang
lebih dua puluh tahun dengan sangat hati-hati seperti yang sudah kita
lihat. Qur;an merupakan hal yang harus ditulis selama Nabi Muhammad
masih hidup. dan harus dihafalkan untuk dijadikan bacaan sembahyang.
Adapun Hadits yang disajikan sebagai hal yang menunjukkan tindakan
dan ucapan Nabi, hadits itu diserahkan kepada pengikutnya untuk
menjadi contoh dalam tindakan mereka dan untuk ditulis sebagaimana
mereka fahami. Ia tidak memberi pengarahan dalam hal ini.
Oleh
karena hanya jumlah tertentu daripada hadits dapat dianggap
secara pasti sebagai pemikiran Nabi Muhammad, maka kebanyakan hadits
hanya menunjukkan hal-hal yang dianggap benar oleh orang-orang pada
zaman dahulu, khususnya tentang hal-hal ilmiah yang telah disebutkan
dalam ketabiban. Dengan membandingkan teks hadits dengan teks
Qur'an, kita dapat membedakan antara Qur-an dan hadits yang tidak
benar dan tidak autentik. Perbandingan ini menjelaskan perbedaan besar
antara
tulisan-tulisan pada waktu itu yang penuh dengan
kekeliruan-kekeliruan ilmiah, dengan Qur-an, wahyu yang sudah
dibukukan dan yang bebas dari kesalahan-kesalahan ilmiah.
Ketika
penterjemah bertemu dengan pengarang dalam konferensi pemikiran Islam
di Aljazair pada bulan September 1978, pengarang berpesan agar
paragraf dibawah ini ditambahkan dalam Bab Qur'an, Hadits dan Sains
modern. Dalam cetakan keenam, (bahasa Perancis) paragraf tersebut
memang telah dimuat.
Kebenaran
Hadits dari segi keagamaan sama sekali tidak menjadi persoalan.
Tetapi jika Hadits itu membicarakan soal-soal profane (bukan
agama), maka tak ada perbedaan antara Nabi Muhammad dan manusia
lainnya. Sebuah Hadits meriwayatkan pernyataan Nabi Muhammad sebagai
berikut: "Jika aku berikan perintah kepadamu mengenai agama, ikutilah,
dan jika aku menyampaikan sesuatu hal yang berasal dari
pendapatku sendiri, ingatlah bahwa aku adalah seorang manusia."
Al Saraksi dalam bukunya "al Usul" menafsirkan, sebagai berikut:
"Jika aku memberi tahu tentang hal agama, kerjakanlah menurut
keteranganku dan jika aku memberitahu tentang soal-soal keduniaan,
maka sesungguhnya kamu lebih tahu tentang urusan keduniaanmu."
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Sumber: http://media.isnet.org/index.html