KEPADA PEMBACA
Dalam semua buku yang ditulis Harun Yahya, masalah
keimanan disampaikan dengan merujuk pada ayat-ayat Al Quran, dan pembaca
diharapkan mempelajari kalimat-kalimat Allah dan menerapkannya dalam kehidupan.
Semua materi yang berkaitan dengan ayat-ayat Allah dijelaskan sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan keraguan atau tanda tanya dalam pikiran pembaca.
Gaya bahasa yang tulus, apa adanya dan fasih, sengaja dipilih untuk menjamin
agar semua orang, dari segala umur dan kelompok sosial, dapat memahami
buku-buku ini dengan mudah. Dengan uraian efektif dan jelas, buku-buku ini
dapat dibaca sampai selesai dalam waktu singkat. Bahkan, orang-orang yang
sangat keras menentang spiritualitas terpengaruh juga oleh fakta yang disajikan
dalam buku-buku ini dan tidak dapat menyangkal kebenaran isinya.
Buku ini dan tulisan Harun Yahya lainnya dapat dibaca
sendiri atau dipelajari dalam diskusi kelompok. Manfaat mempelajari buku-buku
ini dalam kelompok adalah, setiap pembaca dapat menyampaikan renungan dan
pengalamannya kepada yang lain.
Di samping itu, turut serta memperkenalkan dan membaca
buku-buku ini yang ditulis semata-mata untuk memperoleh ridla Allah Swt. akan
menjadi pengabdian besar bagi agama. Seluruh buku Harun Yahya sangat meyakinkan.
Oleh karena itu, bagi mereka yang ingin menyampaikan ajaran agama kepada orang
lain, salah satu cara paling efektif adalah menganjurkan mereka membaca
buku-buku ini.
Ada alasan kuat mengapa tinjauan buku-buku Harun Yahya
yang lain disertakan pada akhir buku ini. Dengan tinjauan tersebut, pembaca
yang memegang buku ini akan tahu bahwa masih banyak buku lain sekualitas, yang
kami harap dapat pula dinikmatinya. Pembaca akan menemukan sumber materi, kaya
akan isu-isu yang berhubungan dengan keimanan, yang dapat dimanfaatkannya.
Tidak seperti dalam buku-buku lain, dalam buku-buku ini,
Anda tidak akan menemukan pandangan pribadi penulis, penjelasan yang merujuk
pada sumber meragukan, gaya yang mengabaikan rasa hormat dan takzim kepada
masalah-masalah suci, tidak pula uraian pesimistis yang menimbulkan keraguan
dan penyimpangan di dalam hati.
TENTANG PENGARANG
Pengarang, yang menulis
dengan nama pena HARUN YAHYA, lahir di Ankara pada tahun 1956. Setelah
menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di Ankara, ia kemudian mempelajari
seni di Universitas Mimar Sinan, Istambul dan filsafat di Universitas Istambul.
Semenjak 1980-an, pengarang telah menerbitkan banyak buku bertema politik,
keimanan, dan ilmiah. Harun Yahya terkenal sebagai penulis yang menulis
karya-karya penting yang menyingkap keke-liruan para evolusionis,
ketidak-sahihan klaim-klaim mereka dan hubungan gelap antara Darwinisme dengan
ideologi berdarah seperti fasisme dan komunisme.
Nama penanya berasal dari
dua nama Nabi: “Harun” dan “Yahya” untuk memuliakan dua orang nabi yang
berjuang melawan kekufuran. Stempel Nabi pada cover buku-buku penulis bermakna
simbolis yang berhubungan dengan isi bukunya. Stempel ini mewakili Al Quran,
kitabullah terakhir, dan Nabi kita, penutup segala nabi. Di bawah tuntunan Al
Quran dan Sunah, pengarang menegaskan tujuan utamanya untuk menggugurkan setiap
ajaran funda-mental dari idelogi ateis dan memberikan “kata akhir”, sehingga
membisukan sepenuhnya keberatan yang dia-jukan melawan agama.
Semua karya pengarang ini
berpusat pada satu tujuan: menyampaikan pesan-pesan Al Quran kepada masyarakat,
dan dengan demikian mendorong mereka untuk memi-kirkan isu-isu yang berhubungan
dengan keimanan, seperti keberadaan Tuhan, keesaan-Nya, dan hari akhirat, dan
untuk menunjukkan dasar-dasar lemah dan karya-karya sesat dari sistem-sistem
tak bertuhan.
Karya-karya Harun Yahya dibaca di banyak
negara, dari India hingga Amerika, dari Inggris hingga Indonesia. Buku-bukunya
tersedia dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Portugis,
Urdu, Arab, Albania, Rusia, Serbia-Kroasia (Bosnia), Polandia, Melayu, Turki
Uygur, dan Indonesia, dan dinikmati oleh pembaca di seluruh dunia.
Buku-buku karya
pengarang: The Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi), Signs in the Heaven
and the Earth for the Men of Understanding (Menyingkap Rahasia Alam Semesta),
Perished Nations (Negeri-Negeri yang Musnah), The Creation of the Universe
(Penciptaan Alam Raya), The Miracle in the Ant (Keajaiban pada Semut), The
Miracle of the Atom (Keajaiban pada Atom), The Miracle in the Spider (Keajaiban
pada Laba-Laba), The Miracle in the Honeybee, The Miracle in the Cell, The
Miracle of the Immune System (Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban di
Dalamnya), The Miracle in the Eye, The Miracle in the Gnat, The Creation
Miracle in Plants (Keajaiban Penciptaan pada Tumbuhan), The Truth of the Life
of This World (Fakta-Fakta yang Mengungkap Hakikat Hidup di Dunia), Children,
Darwin’s Lied!, The Design in Nature, Darwin's Antagonism Against the Turks,
The Golden Age, Confessions of Evolutionists, The Misconceptions of
Evolutionists, The Qur’an Leads the Way to Science, Self-Sacrifice and
Intelligent Models of Behaviour in Living Beings, Eternity Has Already Started,
The End of Darwinism, Timelessness and the Reality of Fate, Judaism and
Freema-sonry, Freemasonry and Capitalism, Satan's Religion: Freemasonry,
Jehovah's Sons and the Freemasons, The New Masonic Order, The 'Secret Hand' in
Bosnia, The Holocaust Hoax, Behind the Scenes of Terrorism, Israel's Kurdish
Card, A National Strategy for Turkey, Solution: Qur'anic Morals.
Terdapat pula
karya-karyanya dalam bentuk brosur: The Mystery of the Atom, The Collapse of
the Theory of Evolution: The Fact of Creation, The Collapse of Materialism, The
End of Materialism, The Blunders of Evolutionists 1, The Blunders of
Evolutionists 2, The Microbiological Collapse of Evolution, The Fact of
Creation, The Collapse of the Theory of Evolution in 20 Questions, The Biggest
Deception in the History of Biology: Darwinism.
Karya-karya pengarang
yang berhubungan dengan Al Quran: Ever Thought About the Truth?, Devoted to
Allah, Abandoning the Society of Ignorance, Paradise, The Theory of Evolution,
dan sebagainya.
DAFTAR ISI
Kepada Pembaca
Tentang Pengarang
Daftar Isi
Pendahuluan
BUKU SATU
Bab 1 Agama Mendorong Sains
• Percaya kepada Allah Membuat Ilmuwan Bergairah dan
Bersemangat
• “Hasrat untuk Melayani” dalam Diri Ilmuwan yang Percaya
Bab 2 Agama Membimbing Sains pada Jalan yang Benar
• Kerugian Sains yang Disebabkan Obsesi Materialisme dengan
Model “Alam Semesta Tanpa Batas”
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Klaim bahwa “Tidak Ada
Rancangan di Alam”
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Usaha Sia-sia untuk
Membuktikan Teori Evolusi
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Klaim bahwa “Materi
Tak-Hidup Dapat Membentuk Kehidupan”
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Usaha-Usaha untuk
Membuktikan Klaim “Evolusi Spesies”
• Kebuntuan Mutasi
• Kebuntuan Fosil
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh “Mereka yang
Mengingkari Rancangan Sempurna di Alam”
• Efek Negatif terhadap Ilmuwan Evolusionis dan Ateis
Setelah Mengetahui Usaha Mereka Sia-sia
• Kerugian Sains Akibat Penipuan-Penipuan Evolusionis
• Temuan-Temuan Ilmiah Selalu Membuktikan Penciptaan
Meskipun Evolusionis Tidak Menyukainya
• Kesimpulan
Bab 3 Agama dan Sains Selalu Sejalan
• Reaksi Gereja Abad Pertengahan terhadap Para Ilmuwan
• Kritik yang Didasarkan pada Bibel dan Taurat
• Klaim bahwa “Sains Pasti Menjadi Materialis”
• Pendekatan Materialis yang Dogmatis dan Keras Kepala
Bab 4 Keajaiban Ilmiah Al Quran
• Pembentukan Alam Semesta
• Perluasan Alam Semesta
• Orbit
• Atap yang Terpelihara
• Langit yang Mengembalikan
• Lapisan Atmosfer
• Fungsi Gunung
• Identitas pada Sidik Jari
• Pergerakan Gunung
• Keajaiban pada Besi
• Angin yang Mengawinkan
• Kadar Hujan
• Laut-Laut Tidak Saling Bercampur
• Jenis Kelamin Bayi
• Gumpalan Daging yang Melekat pada Rahim
• Otot yang Membungkus Tulang
• Tiga Tahap Perkembangan Bayi dalam Rahim
• Air Susu Ibu
• Kesimpulan
BUKU DUA
Bab 5 Ilmuwan yang Meyakini Keberadaan Tuhan
Bab 6 Kesimpulan
PENDAHULUAN
Allah memerintahkan umat
manusia untuk menyelidiki dan merenungkan penciptaan langit, bumi,
gunung-gunung, bintang-bintang, tetumbuhan, benih, binatang, pergantian siang
dan malam, manusia, hujan dan pelbagai ciptaan lainnya. Dengan mencermati semua
ini, manusia akan semakin menyadari cita seni ciptaan Allah di dunia
sekelilingnya, dan pada akhirnya dapat mengenali Penciptanya, yang telah
menciptakan seluruh alam semesta beserta segala isinya dari ketiadaan.
“Sains” menawarkan cara untuk menemukan cita rasa seni
ciptaan Allah, yaitu dengan mengamati alam semesta beserta seluruh mahluk di
dalammya, dan menyampaikan hasilnya kepada umat manusia. Agama, oleh karena itu, mendorong sains,
menjadikannya alat untuk mempelajari keagungan ciptaan Allah.
Agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tetapi juga
memungkinkan riset ilmiah mencapai pembuktian dan di-lakukan dengan efisien,
karena didukung oleh kebenaran yang diungkapkan melalui agama. Alasannya adalah
bahwa agama merupakan sumber tunggal yang menyediakan jawaban pasti dan akurat,
misalnya untuk pertanyaan bagaimana kehidupan dan alam semesta tercipta. Dengan
demikian, jika dimulai pada landasan yang tepat, riset akan mengungkapkan
kebenaran mengenai asal usul alam semesta dan pengaturan kehidupan, dalam waktu
tersingkat dan dengan upaya dan energi minimum. Seperti dinyatakan oleh Albert
Einstein, yang di-anggap sebagai salah seorang ilmuwan terbesar abad ke-20,
"Sains tanpa agama adalah pincang", dengan perkataan lain, ilmu
pengetahuan jika tidak dipandu oleh agama, tidak dapat maju dengan benar,
tetapi justru membuang banyak waktu dalam mencapai suatu hasil, atau bahkan
lebih buruk lagi, tidak memperoleh pembuktian.
Ilmu pengetahuan — yang gigih dikaji para ilmuwan
materialis yang tidak mampu melihat kebenaran, terutama dalam dua ratus tahun
terakhir — ternyata telah menimbul-kan pemborosan waktu, kesia-siaan banyak
riset, dan peng-hamburan jutaan dolar tanpa menghasilkan apa-apa.
Ada satu fakta yang harus disadari benar: ilmu
penge-tahuan dapat mencapai hasil yang dapat dipercaya hanya jika tujuan
utamanya adalah penyelidikan tanda-tanda pen-ciptaan di alam semesta, dan
bekerja keras semata-mata untuk mencapai tujuan ini. Ilmu pengetahuan dapat
men-capai tujuan akhirnya dalam waktu sesingkat mungkin hanya bila ia ditunjukkan ke arah yang benar,
dengan kata lain jika dipandu dengan benar.
BUKU SATU
BAB 1 AGAMA MENDORONG
SAINS
Islam merupakan agama
akal (reason) sekaligus nurani (conscience). Seseorang menyadari kebenaran yang
dinyatakan agama dengan menggunakan ilmunya, tetapi memperoleh kesimpulan dari
kebenaran yang telah dilihatnya dengan mengikuti nuraninya. Seseorang yang
menggunakan kemampuan akal dan nuraninya dalam mempelajari objek apa pun di
alam semesta ini, sekalipun ia bukanlah seorang ahli dalam hal ini, akan paham
bahwa objek tersebut telah diciptakan oleh Pemilik Kebijakan, Ilmu dan Kekuatan
Agung. Dan, sekalipun ia mungkin menemu-kan sedikit saja dari ribuan faktor
yang memungkinkan ada-nya kehidupan di atas bumi, sudah cukup baginya
untuk memahami bahwa dunia telah
dirancang untuk mendu-kung kehidupan di dalamnya. Oleh karena itu, orang yang
menggunakan akal dan mengikuti nuraninya, akan dengan cepat menangkap
kemustahilan pernyataan bahwa dunia terbentuk secara kebetulan. Singkatnya,
orang yang berpikir dengan menggunakan kemampuan ini, tentu menyadari
tanda-tanda Allah dengan sejelas-jelasnya. Salah satu ayat yang mengacu pada
orang-orang yang memiliki sikap seperti itu, adalah:
“(yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali 'Imran, 3: 191) !
Di dalam Al Quran, Allah memerintahkan manusia untuk
memikirkan dan mengkaji tanda-tanda penciptaan di sekitar mereka. Rasulullah
Muhammad saw., sang utusan Allah, juga memerintahkan manusia untuk mencari
ilmu. Beliau bahkan menekankan bahwa menjadi kewajiban manusialah untuk mencari
ilmu. Perintah itu diungkapkan dalam hadits shahih berikut ini:
Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.1
Carilah ilmu dan sampaikanlah kepada yang lain.2
Barang siapa menyelidiki seluk-beluk alam semesta dengan
segala sesuatu yang hidup dan tak hidup di dalam-nya, dan memikirkan serta
menyelidiki apa yang dilihatnya di sekitarnya, akan mengenali kebijakan, ilmu
dan ke-kuasaan abadi Allah. Beberapa perintah Allah kepada manusia untuk
merenungkan penciptaan ditunjukkan dalam ayat Al Quran berikut ini:
“Maka apakah mereka tidak
melihat akan langit yang berada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya
dan menghiasinya dan langit biru yang tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?
Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh
dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali
(mengingat Allah). Dan Kami turunkan dari langit, air yang banyak manfaatnya,
lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang
diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun.”
(QS. Qaaf, 50: 6-10) !
“Yang telah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. Al Mulk, 67: 3) !
“Maka hendaklah manusia
memerhatikan dari apakah dia di-ciptakan?” (QS. Ath-Thaariq, 86: 5) !
“Maka apakah mereka tidak
memerhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit, bagaimana dia
ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia
diham-parkan?” (QS. Al Ghaasyiyah, 88: 17-20) !
Seperti diterangkan ayat-ayat di atas, Allah
memerintahkan manusia untuk mempelajari dan mengkaji berbagai aspek dunia,
seperti langit, hujan, tumbuhan, binatang, kelahiran, dan bentangan geografis.
Cara untuk menyelidiki semua ini, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
adalah melalui sains. Pengamatan ilmiah memperkenalkan manusia pada misteri
penciptaan, dan akhirnya pada pengetahuan, kebijakan dan kekuasaan tanpa batas
yang dimiliki Allah. Sains adalah suatu cara untuk mengenal Allah dengan tepat,
dan karena itulah sepanjang sejarah, se-jumlah ilmuwan yang memberikan
sumbangan besar bagi kemanusiaan telah beriman kepada Allah.
Percaya kepada Allah Membuat Ilmuwan Bergairah dan Bersemangat
Seperti
telah disebutkan di atas, agama mendorong sains. Mereka yang menggunakan akal
dan mengikuti nurani untuk melakukan peneliti-an ilmiah, akan memperoleh iman
yang kuat karena mereka memahami tanda-tanda Allah secara langsung. Mereka
dihadapkan pada suatu sistem tanpa cacat dan detail sempurna yang di-ciptakan
Allah di tiap tahapan penelitian yang mereka kerja-kan, dan di tiap penemuan
yang mereka buat. Seperti dinya-takan Rasulullah Muhammad saw., mereka bertindak
de-ngan mengetahui bahwa “orang yang pergi untuk mencari pengetahuan adalah
orang yang taat (beriman) pada Allah hingga ia kembali.”3
Sebagai contoh, seorang ilmuwan yang melakukan penelitian
tentang mata, setelah mengetahui betapa kompleksnya sistem mata, menemukan
bahwa mata tidak akan pernah dapat terbentuk melalui proses kebetulan yang
berangsur-angsur. Pengujian lebih lanjut akan membuat dia menyadari bahwa
setiap detail dalam struktur mata adalah suatu ciptaan ajaib. Dia melihat bahwa
mata terdiri dari lusinan komponen yang bekerja bersama dalam keselarasan,
sehingga meningkatkan ke-kagumannya kepada Allah yang menciptakannya.
Sama halnya, seorang ilmuwan yang menyelidiki kosmos akan
segera mendapati dirinya dihadapkan pada ribuan keseimbangan yang luar biasa.
Dia akan semakin haus akan ilmu setelah menemukan bahwa miliaran galaksi dan
miliaran bintang dalam galaksi ini berada dalam keselarasan di dalam keluasan
jagat raya tak berbatas. Melihat ini, orang yang beriman menjadi sangat
terpesona dan terilhami untuk melakukan studi ilmiah menyingkap misteri alam
semesta. Di dalam salah satu artikelnya, Albert Einstein — yang dianggap
sebagai jenius terbesar era yang lalu — , merujuk inspirasi yang diperoleh
ilmuwan dari agama:
… Saya percaya bahwa
perasaan religius yang luas adalah alasan paling kuat dan paling mulia untuk
penelitian ilmiah. Hanya mereka yang menyadari upaya tak terukur dan -di atas
segalanya- ketaatan (yang tanpa semua
itu pekerjaan-pekerjaan perintis dalam sains teoretis tidak mungkin dicapai)
saja yang mampu memahami kekuatan emosi (yang hanya bisa ditimbulkan oleh
pekerjaan seperti itu, sekalipun jauh dari kenyataan hidup sehari-hari.)
Keyakinan yang mendalam akan rasionalitas alam semesta dan kerinduan untuk
dapat memahami (meskipun hanya sebuah pemikiran lemah yang terungkap) di dunia
ini, pastilah yang membuat Kepler dan Newton mampu menghabiskan bertahun-tahun
bekerja dalam kesendirian untuk menguraikan prinsip-prinsip mekanika luar
angkasa!
Mereka yang hanya
mendapatkan pengetahuan penelitian ilmiah dari hasil-hasil praktis, dengan
mudah dapat mengembangkan suatu gagasan salah dari mentalitas orang-orang (yang
karena dikepung oleh suatu dunia skeptis) telah menunjukkan jalan ke arah
pemikiran kelompok yang me-nyebar ke seluruh dunia dan sepanjang abad. Hanya
orang yang telah mengabdikan hidupnya sampai akhir saya yang memiliki kesadaran
jelas tentang apa yang telah mengilhami orang-orang ini dan memberi mereka
kekuatan untuk tetap pada tujuan mereka kendati mengalami kegagalan tak terbilang.
Itu adalah perasaan religius kosmis yang memberi seseorang kekuatan. Tidaklah
berlebihan jika para modernis berkata bahwa di zaman materialistis ini, para
pekerja yang serius hanyalah orang-orang yang amat religius.4
Johannes
Kepler menyatakan bahwa dia terlibat dalam sains untuk menggali karya Sang
Pencipta, sedang Isaac Newton, ilmuwan besar lain, menyatakan bahwa pendorong
utama di belakang minatnya terhadap sains adalah keinginannya untuk mengenal
Tuhan dengan lebih baik.
Itu adalah pernyataan beberapa ilmuwan terkemuka. Para
ilmuwan ini — dan ratusan ilmuwan lain yang akan kita bahas di buku ini —
akhir-nya percaya pada keberadaan Allah dengan menyelidiki alam semesta,
ke-mudian terkesan oleh hukum-hukum dan fenomena yang telah diciptakan Allah
secara menakjubkan, serta berharap menemukan lebih banyak lagi.
Seperti yang kita lihat, keinginan untuk mempelajari
tentang 'bagai-mana Allah menciptakan alam semesta' telah menjadi faktor
pendorong terbesar bagi banyak ilmuwan. Ini sangat penting, karena orang yang
me-nyadari bahwa alam semesta dan segala makhluk hidup adalah hasil
pen-ciptaan, akan menyadari bahwa penciptaan tersebut mempunyai tujuan. Tujuan
ini kemudian mengarahkan manusia pada makna. Keinginan memahami arti
penciptaan, menemukan berbagai tandanya dan menemu-kan berbagai detailnya, akan
mempercepat laju kajian-kajian ilmiah.
Akan tetapi, jika kenyataan penciptaan alam semesta dan
makhluk hidup ditolak, makna ini akan lepas juga. Seorang ilmuwan yang percaya
pada filosofi materialis dan Darwinisme, akan beranggapan bahwa alam semesta
tidak memiliki tujuan, dan bahwa segalanya adalah peristiwa kebetulan.
Akibatnya, penyelidikan alam semesta dan makhluk hidup tak diiringi pencarian
makna. Mengomentari fakta ini, Einstein menyatakan, “Saya tidak dapat menemukan ungkapan yang
lebih baik daripada 'religius' untuk keyakinan terhadap sifat rasional dari
realitas, sepanjang dapat diterima akal sehat manusia. Kapan saja perasaan ini
tidak ada, sains merosot menjadi empirisme membosankan." 5
Dalam kasus di atas, tujuan tunggal para ilmuwan dalam
melakukan penemuan-penemuan hanyalah untuk meraih ketenaran, untuk diingat
sejarah, atau untuk menjadi kaya. Tujuan seperti itu dapat dengan mudah
mengalihkannya dari ketulusan hati dan integritas ilmiah. Sebagai contoh, jika
kesimpulan yang dicapainya melalui penelitian ilmiah tersebut bertentangan
dengan pandangan masyarakat pada umumnya, dia mungkin terpaksa merahasiakannya
agar reputasinya tidak jatuh atau dipermalukan publik, atau agar statusnya
tidak turun.
Penerimaan terhadap teori evolusi dalam dunia sains
adalah suatu contoh tidak adanya ketulusan. Pada dasarnya, banyak ilmuwan —
yang setelah menghadapi fakta ilmiah — menyadari bahwa teori evolusi tidak
mampu menjelaskan asal kehidupan. Namun, mereka tidak berani menyatakannya
secara terbuka karena takut akan mendapat reaksi negatif. Sehubungan dengan
itu, seorang ahli fisika Inggris, H.S. Lipson membuat pengakuan:
Kita tahu jauh lebih
banyak tentang benda hidup dibandingkan Darwin. Kita tahu bagaimana kerja
syaraf dan saya memandangnya sebagai mahakarya teknik elektro. Dan, kita
memiliki ribuan -bahkan jutaan- syaraf dalam tubuh kita. Kata yang muncul dalam benak tentang hal ini
adalah: “Rancangan.” Namun, para ahli biologi kolega saya tidak me-nyukai kata
itu.6
Kata “rancangan” disingkirkan dari literatur ilmiah hanya
karena ia tidak disukai, bersamaan dengan banyaknya ilmuwan yang menyerah pada
dogmatisme seperti itu. Mengomentari hal tersebut, Lipson berkata:
Bahkan, evolusi menjadi
semacam agama ilmiah; hampir semua ilmuwan sudah menerimanya dan banyak yang
siap “membengkokkan” peneliti-an mereka agar sesuai dengannya.7
Situasi yang tidak diinginkan ini merupakan hasil tipuan
“sains anti Tuhan” yang menguasai masyarakat ilmiah mulai pertengahan abad
ke-19. Namun, seperti yang dinyatakan Einstein, “sains tanpa agama adalah
timpang.”8 Kepercayaan palsu ini tidak
hanya mengarahkan masyarakat ilmiah pada tujuan yang salah. Ia juga menyebabkan
para ilmuwan —yang menyadari kesalahan tersebut— tetap tak peduli atau diam
mengenainya.
Kita akan membahas masalah pertama secara terperinci pada
bab-bab berikut.
“Hasrat untuk Melayani” dalam Diri Ilmuwan yang Percaya
Karena
ilmuwan yang percaya akan keesaan dan kemahakuasaan Allah tidak berorientasi
terhadap keuntungan duniawi; seperti status, peringkat, reputasi, atau uang,
maka usaha mereka dalam penelitian ilmiah bersifat tulus. Mereka tahu bahwa
setiap misteri alam semesta yang mereka ungkap akan meningkatkan pemahaman umat
manusia tentang Allah, sekaligus membantu manusia mengungkap kekuatan dan ilmu
Allah yang tak berbatas. Menegaskan keberadaan Allah bagi umat manusia dengan
menunjukkan realitas ciptaan-Nya, merupakan ibadah bagi orang-orang yang
beriman.
Digerakkan perhatian yang tulus seperti itu, para
ilmu-wan beriman melakukan penelitian penting secara luas de-ngan antusiasme
besar. Tujuan mereka adalah untuk mene-mukan hukum-hukum alam semesta,
sistem-sistem ajaib di alam dan mekanisme sempurna serta tingkah laku cerdas
pada makhluk hidup. Mereka mencapai keberhasilan dan membuat kemajuan luar
biasa. Mereka tidak pernah bimbang menghadapi permasalahan, ataupun kehilangan
semangat ketika gagal mendapatkan penghargaan orang lain.
Mereka hanya ingin memperoleh keridhaan Allah untuk
pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka melayani orang lain semata-mata untuk
mencapai ridha Allah. Mereka tidak me-ngenal batas dalam usaha mereka. Mereka
berusaha mem-berikan manfaat dan pelayanan sebaik mungkin bagi orang lain.
Lebih jauh, usaha tulus mereka membuat mereka sangat produktif, dan studi
mereka mengarah pada hasil positif.
Mereka yakin bahwa apabila kita 'memisahkan sains' dari
agama, maka kita pasti sedang dalam kesalahan besar. Pertama, mereka yang tidak
percaya pada Allah, tidak dapat mengalami peningkatan spiritualitas dalam
beragama. Proyek ilmiah yang mereka mulai dengan penuh semangat segera berubah
menjadi monoton dan membosankan. Motivasi mereka, dengan pemikiran seperti itu,
ditujukan semata-mata untuk menuai keuntungan duniawi jangka pendek.
Karena hanya mengejar pemenuhan keinginan duniawi seperti
keka-yaan, peringkat dan reputasi, mereka hanya akan melakukan penelitian yang
-secara langsung- bisa memberikan keuntungan pribadi. Sebagai contoh, seorang
ilmuwan yang terobsesi untuk meningkatkan karier se-mata, hanya akan melakukan
penelitian pada bidang-bidang yang akan mengantarkannya pada promosi. Dia tidak
akan melakukan riset dalam suatu bidang - meskipun dia yakin bahwa hal itu
bermanfaat bagi kema-nusiaan - kecuali jika riset itu memberi keuntungan untuk
dirinya sendiri.
Atau, seandainya dia harus membuat pilihan antara dua
topik peneliti-an, dia akan memilih topik yang akan memberinya materi, gengsi,
atau pe-ringkat, dan dia akan membuang topik yang lain, padahal mungkin lebih
topik itu lebih bermanfaat bagi umat manusia.
Singkatnya, ilmuwan seperti ini jarang memberikan manfaat
bagi umat manusia, serta tidak mau mendahulukan kepentingan orang banyak
kecuali jika ada imbalan. Ketika peluang untuk meraih keuntungan pribadi
memudar, seperti peluang mendapatkan posisi yang menjamin secara materi, atau
mendapatkan gengsi dari orang lain, maka memudar pula hasrat mereka untuk
melayani umat manusia.
Rasulullah saw, juga merujuk bahaya mentalitas ini.
Beliau bersabda:
Janganlah engkau memburu
ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk berdiskusi dengan kaum terpelajar dan
membuktikan keunggulanmu di atas mereka, atau untuk berdebat dengan orang yang
bodoh atau untuk menarik perhatian orang.9
Pada sisi lain, Rasulullah saw memuji orang yang
mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Sebuah hadits menerangkan :
Allah menurunkan rahmat
kepada mereka yang mengajarkan orang lain ilmu yang bermanfaat.10
Sadar
akan rahmat yang akan diterimanya, antusiasme dan motivasi tulus yang dirasakan
seseorang yang percaya pada Allah akan membuka pandangan baru baginya, baik
dalam bidang sains, maupun dalam banyak bidang kehidupan lainnya, seperti seni,
budaya, dan lain-lain. Semangat ini tidak akan pernah memudar, bahkan akan
semakin kuat.
BAB 2 AGAMA MEMBIMBING SAINS PADA JALAN YANG BENAR
Sains adalah penyelidikan
terhadap dunia materi yang kita tinggali melalui pengamatan dan percobaan. Oleh
karena itu, melalui aktivitas penyelidikan, sains akan menghasilkan berbagai
kesimpulan berdasarkan informasi yang dikumpulkan lewat pengamatan dan
percobaan. Akan tetapi, setiap disiplin ilmu juga mempunyai norma-norma
tertentu yang harus diterima begitu saja tanpa verifikasi lebih lanjut. Dalam
literatur ilmiah, norma-norma ini disebut “paradigma.”
Paradigma ini memetakan “arah” semua penyelidikan ilmiah
yang terkait. Sebagaimana diketahui, langkah per-tama penyelidikan ilmiah
adalah perumusan “hipotesis.” Untuk memulai topik penelitian, para ilmuwan
harus mem-bentuk sebuah hipotesis, kemudian mengujinya secara ilmiah. Jika
pengamatan dan eksperimen membenarkan hipotesis tersebut, maka “hipotesis” ini
disebut “prinsip atau hukum.” Jika hipotesis tidak terbukti, maka
hipotesis-hipotesis baru diuji dan proses berlanjut.
Perumusan hipotesis, yang merupakan langkah awal dalam
proses ilmiah, amat bergantung pada sudut pandang sang ilmuwan. Sebagai contoh,
jika para ilmuwan menganut suatu pandangan, mereka bisa mendasarkan pekerjaan
pada hipotesis bahwa “materi mempunyai kecenderungan untuk mengatur diri tanpa
keterlibatan perantara yang sadar.” Kemudian, mereka akan melakukan penelitian
bertahun-tahun untuk memverifikasi hipotesis itu. Namun, karena materi tidak
memiliki kemampuan tersebut, maka semua usaha mereka gagal. Lebih jauh, jika
para ilmuwan ini bersikeras mempertahankan hipotesis mereka, penelitian mungkin
akan berlanjut selama bertahun-tahun, dan bahkan beberapa generasi. Namun, hasil akhirnya
tetap saja suatu pemborosan waktu dan sumber daya yang sangat besar.
Akan tetapi, jika titik asumsi adalah gagasan bahwa
“mustahil bagi materi untuk mengatur dirinya sendiri tanpa perencanaan sadar,”
penelitian ilmiah pasti akan mengikuti suatu jalan yang lebih produktif, cepat,
dan efisien.
Masalah ini, yaitu penetapan hipotesis yang sesuai,
memerlukan sumber yang sepenuhnya berbeda daripada data ilmiah semata-mata.
Identifikasi tepat sumber ini sangat penting. Sebab, seperti yang diterangkan
dalam contoh di atas, kesalahan dalam mengidentifikasi sumber dapat
mengakibatkan kerugian waktu bertahun-tahun, berdekade-dekade bahkan
berabad-abad, bagi dunia sains.
Sumber yang dicari adalah perwujudan kehendak Allah
kepada manusia. Allah adalah Pencipta alam semesta, bumi dan semua makhluk
hidup, oleh karena itu, pengetahuan yang paling akurat dan tak terbantahkan
tentang hal ini berasal dari-Nya. Dalam hal ini, Allah telah mengungkapkan
kepada kita informasi penting tersebut dalam Al Quran. Hal yang paling mendasar
adalah:
1) Allah telah ciptakan alam semesta dari ketiadaan.
Tidak ada satu pun yang terbentuk sebagai hasil kejadian acak, atau dengan
kehendaknya sendiri. Oleh karenanya, tak ada kejadian acak yang tidak teratur
di alam atau alam semesta. Yang ada hanyalah sebuah keteraturan sempurna yang
diciptakan dengan rancangan cerdas.
2) Materi alam semesta, dan terutama bumi yang kita
tinggali, secara khusus telah dirancang untuk mendukung kehidupan manusia. Ada
tujuan tertentu dalam pergerakan bintang, planet dan bulan, dalam hamparan
geografis bumi, dan dalam sifat air atau atmosfer, yang memungkinkan ke-hidupan
manusia berlangsung.
3) Semua bentuk kehidupan ada karena diciptakan Allah.
Allah menciptakan semua makhluk hidup. Lebih dari itu, semua makhluk
berperilaku berdasarkan inspirasi dari Allah, seperti yang dikutip dalam ayat
Al Quran yang mengambil contoh lebah madu. Ayat tersebut dimulai dengan, “Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah….” (QS. An- Nahl, 16: 68)
Ini adalah kebenaran absolut yang disampaikan Allah
kepada manusia dalam Al Quran. Pendekatan sains yang di-dasari fakta ini tak
pelak lagi akan mengarah pada kemajuan luar biasa dan memberikan keuntungan
bagi umat manusia. Banyak contoh hal ini dalam sejarah. Dengan menempatkan
sains pada posisi yang benar, barulah ilmuwan muslim — yang pada saat itu
membentuk peradaban terbesar di dunia — dimungkinkan dapat menyumbangkan
keberhasilan besar pada abad ke-9 dan ke-10. Di Barat, pelopor dalam seluruh
bidang sains dari fisika, ki-mia, astronomi hingga biologi dan paleonto-logi,
adalah para ilmuwan besar yang per-caya kepada Tuhan, dan yang melaku-kan
peneli-tian untuk menye-lidiki apa yang di-ciptakan Allah.
Einstein juga menya-takan bahwa ilmuwan ha-rus bersandar
pada sumber religius ketika mengembang-kan tujuan mereka:
Meskipun agama mungkin
yang menentukan tujuan, namun ia telah belajar dari sains — dalam pengertian
yang paling luas — apa yang akan berperan untuk pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Tetapi sains hanya dapat diciptakan oleh mereka yang secara
menyeluruh diilhami dengan cita-cita ke arah kebenaran dan pemahaman. Ternyata,
sumber perasaan ini muncul dari lingkungan agama… saya tak bisa menyebut-kan
ilmuwan sejati yang tidak memiliki keimanan mendalam.11
Akan
tetapi, sejak pertengahan abad ke-19, masyarakat ilmiah telah memisahkan diri
dari sumber ilahiah, dan berada di bawah pengaruh filosofi materialis.
Materialisme, gagasan yang berasal dari kebudayaan Yunani
Kuno, mempertahankan pendapat bahwa keberadaan materi itu absolut dan
mengingkari Tuhan. Pandangan materialisme lambat laun memengaruhi masyarakat
ilmiah. Dimulai pada pertengahan abad ke-19, sejumlah besar penyelidikan ilmiah
telah diadakan untuk mendukungnya. Untuk tujuan ini, banyak teori dirumuskan,
seperti “model alam semesta tanpa batas”, yang menyatakan bahwa alam semesta
ada sejak waktu tanpa batas; teori evolusi Darwin yang meyakini bahwa kehidupan
terjadi secara kebetulan, atau pandangan Freud yang mempertahankan pendapat
bahwa pemikiran manusia terdiri dari otak saja.
Setelah merenungkan semua itu, kita melihat bahwa klaim
yang di-ajukan materialisme tidak lain adalah suatu pemborosan waktu sains.
Selama beberapa dekade, banyak ilmuwan mengerahkan usaha terbaik mereka untuk
membuktikan satu di antara klaim-klaim tersebut, tetapi hasilnya selalu
membuktikan mereka salah. Temuan-temuan membenar-kan pernyataan Al Quran bahwa
alam semesta telah diciptakan dari ke-tiadaan, bahwa ia khusus dirancang untuk
kehidupan manusia, dan bahwa mustahil kehidupan untuk ada dan berkembang secara
kebetulan.
Sekarang, mari kita pikirkan fakta ini satu per satu.
Kerugian Sains yang Disebabkan Obsesi Materialisme
dengan Model “Alam Semesta Tanpa Batas”
Sampai awal abad ke-20, pendapat konvensional masyarakat
ilmiah, yang saat itu di bawah pengaruh materialis, adalah bahwa alam semesta
mempunyai dimensi tanpa batas, bahwa ia sudah ada sejak waktu tanpa batas, dan
akan terus ada selamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut “model alam
semesta statis”, alam semesta tidak memiliki permulaan maupun akhir, dan hanya
me-rupakan timbunan ma-teri tak terbatas. Ber-lawanan dengan fakta bahwa alam
semesta te-lah diciptakan, pandan-gan ini merupakan da-sar bagi filosofi
mate-rialis.
Banyak ilmuwan yang mendukung ma-terialisme, atau
cende-rung terhadap filosofi seperti itu, menetapkan “alam semesta tanpa batas”
sebagai model dasar bagi penelitian ilmiah mereka. Aki-batnya, semua
peneliti-an tentang astronomi dan fisika bergantung pada hipotesis bahwa materi
ada tanpa batas waktu. Selama beberapa waktu, banyak ilmuwan bekerja susah
payah tanpa hasil. Akhirnya sains terbukti telah meninggalkan gagasan yang
salah itu.
Ilmuwan Belgia,
Georges Lemaître, merupakan orang pertama yang menyadari ketidaktepatan
model “alam se-mesta tanpa batas”, dan mendalilkan alternatif ilmiah untuk itu.
Berdasarkan perhitungan Ilmuwan Rusia, Alexandre Friedmann, Lemaître
mengumumkan bahwa alam semesta
benar-benar mempunyai awal, dan bahwa ia berkembang sejak awal kejadian. Dia
juga menyatakan bahwa sisa-sisa radiasi dari awal kejadian dapat dideteksi.
Di sini, harus dicatat bahwa Georges Lemaître adalah juga
seorang pendeta. Lemaître betul-betul percaya bahwa “alam semesta telah
diciptakan Allah dari ketiadaan.” Oleh karena itu, pendekatannya terhadap sains
sangat berbeda dengan para penganut materialisme.
Tahun-tahun berikutnya, ketepatan asumsi yang diajukan
Lemaître terbukti. Mula-mula, astronom Amerika
bernama Edwin Hubble, dengan teropong bintang raksasanya menemukan bahwa
bintang bergerak menjauh, bukan hanya dari kita namun juga antar-bintang itu
sendiri. Ini berarti bahwa alam semesta mengembang dan tidaklah statis seperti
diasumsikan para materialis.
Sebetulnya, jauh sebelum itu, Albert Einstein telah
memperhitung-kan secara teoretis bahwa alam semesta tidak mungkin statis.
Namun, dia menyimpan teori itu, karena perhitungannya tidak sejalan dengan
“model alam semesta statis” yang sedang secara luas diakui masa itu. Bahkan,
ilmuwan genius terbesar abad itu merasa terintimidasi oleh dogmatisme pandangan
materialis, sehingga memilih untuk tidak mengungkapkan penemuan penting. Di
kemudian hari, Einstein menyatakan pilihannya itu sebagai “kekeliruan terbesar
dalam kariernya”.
Ada kebenaran penting lainnya yang ditunjukkan oleh
perluasan alam semesta: jika alam semesta menjadi lebih besar sejalan dengan
waktu, maka mundur dalam waktu berarti alam semesta menjadi lebih kecil.
Ber-arti, jika kita kembali ke masa lalu cukup jauh, segalanya akan menyusut
dan memusat ke sebuah titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa titik
tunggal ini harus memiliki volume nol. Alam semesta terbentuk sebagai hasil
ledakan dari titik ini, sebuah ledakan yang kemudian dikenal dengan nama “Big Bang.”
Pengacuan pada ledakan titik yang mempunyai volume nol
tidak lain hanyalah suatu istilah teoretis. Istilah volume nol adalah kata lain
dari “ketiadaan.” Keseluruhan alam
semesta telah diciptakan dari “tidak ada
apa-apa.”
Teori Ledakan Dahsyat (Big Bang) dengan jelas menunjukkan
bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Meskipun demikian, bukti ilmiah
lebih lanjut diperlukan agar teori tersebut dapat diterima secara luas. Pada tahun
1948, George Gamov mengemukakan bahwa jika alam semesta terbentuk dari ledakan
Big Bang — seperti diusulkan Lemaître — maka harus ada sejumlah tertentu
radiasi yang tertinggal setelah ledakan tersebut, dan bahwa radiasi ini harus
seragam di seluruh alam semesta.
Konfirmasi ilmiah dari dalil Gamov muncul kemudian. Tahun
1965, dua peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan sisa
radiasi itu yang disebut “radiasi latar belakang kosmik.” Radiasi tersebut
tidak hanya di satu tempat tetapi terbagi rata di seluruh alam semesta. Segera
disadari bahwa radiasi ini merupakan gaung peristiwa “Big Bang,” dan masih
bergema sejak awal le-dakan besar itu. Penzias dan Wilson meraih hadiah Nobel
un-tuk penemuan mereka.
Tahun
1989, Badan Antarik-sa dan Penerbangan Amerika (NASA), meluncurkan satelit
bernama COBE ke ruang angkasa untuk meneliti radiasi latar belakang kosmik.
Dalam beberapa menit, pemindai satelit yang sen-sitif memberikan pembenaran
atas pengukuran Penzias dan Wilson.
Penemuan bukti yang mene-gaskan alam semesta tercipta
dari ketiadaan dalam "Big Bang" meng-guncang ilmuwan materialis.
Mereka menyaksikan runtuhnya penelitian, hipotesis dan teori tanpa dasar mereka
satu demi satu. Ahli filsafat ateis yang terkenal, Antony Flew, memberi komentar
mengenai situasi ini:
Jelas sekali, pengakuan
itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan mulai dengan mengakui bahwa
penganut ateis Stratonis harus merasa malu dengan konsensus kos-mologis
mutakhir ini. Sebab tampaknya para ahli kosmo-logi menyediakan bukti ilmiah
untuk apa yang dianggap St. Thomas tidak terbukti secara filosofis; yaitu,
bahwa alam semesta mempunyai awal mula. Selama alam se-mesta dapat dianggap
tidak hanya tanpa akhir, namun juga tanpa permulaan, akan tetap mudah untuk
mendesak bahwa keberadaannya yang tiba-tiba, dan apa pun yang ditemukan menjadi
ciri-cirinya yang paling mendasar, harus diterima sebagai penjelasan akhir.
Meskipun saya memercayai bahwa teori itu (alam semesta tanpa batas) masih
benar, tentu saja tidak mudah atau nyaman untuk mempertahankan posisi ini di
hadapan kisah “Big Bang.”12
Seperti
dijelaskan pada contoh di atas, jika seseorang secara membuta meyakini
materialisme, dia enggan meng-akui bukti apa pun yang tidak mendukungnya.
Walau harus mengakui fakta, dia tetap
memegang teguh komit-mennya terhadap materialisme.
Pada sisi lain, banyak ilmuwan — yang tidak bertekad
mutlak menyangkal keberadaan Tuhan — saat ini mengakui bahwa Allah Yang
Mahakuasa, menciptakan alam semesta. Sebagai contoh adalah seorang ilmuwan
Amerika, William Lane Craig, yang dikenal untuk penelitiannya mengenai “Big
Bang”:
Tentu saja, mengingat
kebenaran peribahasa ex nihilo nihil fit (dari kekosongan, muncul kekosongan),
Big Bang memerlukan penyebab supranatural. Karena singularitas kosmologis awal
menunjukkan terminus (batas akhir) dari semua trayek ruang dan waktu, tidaklah
mungkin ada penyebab fisik Big Bang. Penyebabnya tentulah melampaui ruang fisik
dan waktu: ia tentulah independen dari alam semesta, dan mahakuat tak terkira.
Dan tentulah penyebabnya adalah zat tunggal, berkemauan bebas... Penyebab alam semesta tentulah pencipta
tunggal, yang pada sekian waktu lalu telah menghadirkan alam semesta dengan
kehendak-Nya sendiri.13
Kesimpulan penting lain yang dapat ditarik dari teori Ledakan
Dahsyat (Big Bang) adalah, seperti yang telah dise-butkan sebelumnya, bahwa
suatu pendekatan ilmiah yang didasarkan pada pengetahuan ilahiah akan berhasil
me-ngungkapkan misteri alam semesta. Ilmuwan yang berpijak pada filosofi
materialis dan mengajukan model “alam
se-mesta tanpa batas”, tak mampu membuktikan teori itu, mes-kipun sudah
mengerahkan seluruh upaya terbaik mereka.
Namun, teori Ledakan Dahsyat yang dikembangkan Georges
Lemaître, dan yang didasarkan pada sumber ilahiah, mendukung ke-majuan ilmiah
dan membantu menyingkap asal-usul sejati alam semesta. Akhirnya, sains
menyajikan bukti ilmiah dari apa yang telah didukung sejak semula oleh sumber
religius.
Kalau kita menengok sejarah sains abad ke-20, kita akan
melihat kejadian serupa pada bidang lain pula.
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Klaim bahwa “Tidak Ada Rancangan di
Alam”
Materialis tidak hanya mengusulkan bahwa alam semesta ada
sejak waktu tak terbatas, tetapi juga mengklaim bahwa tidak ada rancangan atau
tujuan di alam semesta. Mereka berargumentasi bahwa seluruh keseimbangan,
keselarasan, dan keteraturan di alam semesta hanyalah kebetulan. Klaim ini,
yang mendominasi dunia sains sejak paro kedua abad ke-19, menentukan arah
penyelidikan ilmiah.
Sebagai contoh, beberapa ilmuwan tertentu mengajukan
sebuah asumsi yang disebut “teori kekacauan” (chaos theory) untuk menunjukkan
bahwa tidak ada rancangan di alam semesta. Menurut teori ini, keteraturan dapat
secara spontan terbentuk dari kekacauan, dan sejumlah studi ilmiah dilakukan
untuk mendukung klaim itu. Perhitungan ma-tematika, pengkajian ilmu fisika
teoretis, percobaan fisik dan kimia, semua dilakukan untuk menemukan jawaban
bagi pertanyaan, “bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa alam semesta adalah
produk kekacauan?”
Akan tetapi, setiap penemuan baru semakin menolak “teori
kebetulan dan kekacauan”, dan mengungkap bahwa ada rancangan mahabesar di alam
semesta. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 1960 secara konsisten
menunjukkan bahwa semua keseimbangan fisik di alam semesta dirancang dengan
rumit demi kelangsungan hidup di dalammya. Ketika penelitian dilanjutkan,
ditemukan bahwa semua hukum fisika, kimia, dan biologi, dari gaya fundamental
seperti gravitasi dan elektromagnetisme, serta dari detail struktur atom dan
unsur-unsur alam semesta, telah dirancang dengan tepat sehingga manusia dapat
hidup di dalamnya. Ilmuwan merujuk rancangan luar biasa ini sebagai “Prinsip Antropik”. Dengan prinsip ini,
setiap detail alam semesta secara cermat diatur untuk memungkinkan kehidupan
manusia.
Dengan temuan-temuan ini, aturan yang semula ditekankan
kepada masyarakat ilmiah oleh filosofi materialis, yang menggembar-gemborkan
bahwa “alam semesta adalah setumpuk materi tanpa arti dan tujuan yang terjadi
secara kebetulan”, terungkap sebagai pemikiran keliru dan tak ilmiah. Ahli
biologi molekular yang terkemuka, Michael Denton, menyatakan komentar berikut
dalam bukunya, Nature's Destiny: How the
Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe:
Gambaran baru yang muncul
dalam astronomi abad ke-20, menyajikan tantangan dramatis bagi kepercayaan yang
dianggap lazim dalam lingkungan ilmiah selama empat abad terakhir: bahwa
kehidupan adalah fenomena sepele dan semata-mata peristiwa kebetulan dalam
skema kosmik... Bukti yang disajikan oleh kosmologi modern dan ilmu fisika
adalah bukti yang sama yang dicari para teologis alami pada abad ketujuh belas
tetapi gagal menemukannya dalam sains di zaman mereka. 14
“Teologis alami” (natural theologians) yang disebutkan di
atas adalah ilmuwan yang taat beragama dari abad ke-17 dan ke-18 yang berusaha
keras untuk meruntuhkan ateisme dengan alasan ilmiah, yaitu membuktikan
keberadaan Tuhan. Namun, seperti yang dinyatakan pula pada kutipan di atas,
karena pengetahuan ilmiah pada waktu itu ber-derajat rendah, sulit bagi mereka
membuktikan kebenaran yang mereka yakini. Dan materialisme dengan dukungan
sains tingkat primitif yang sama, mengembangkan otoritas dalam dunia ilmiah.
Namun, sains abad ke-20 telah mem-balikkan haluan, dan menyajikan bukti nyata bahwa
alam semesta diciptakan oleh Allah.
Dalam hal ini, masalah nyata yang harus diper-timbangkan
adalah jumlah waktu luar biasa yang disia-siakan dalam penelitian untuk
membuktikan khayalan materialis bahwa, “tidak ada tujuan dan rancangan di alam
semesta”. Semua teori, rumusan, penelitian dalam ilmu fisika teoretis,
persamaan matematika, dan sebagainya, pada akhirnya terbukti merupakan usaha
yang tidak berharga dan sia-sia. Sama seperti ideologi rasisme yang membawa
bencana bagi umat manusia dengan mendorong
pecahnya Perang Dunia II, demikian juga ideologi materialis menyeret
dunia ilmu pengetahuan ke dalam kegelapan.
Namun, andaikan
masyarakat ilmiah dahulu men-dasarkan usahanya bukan pada konsep materialisme,
me-lainkan pada kenyataan bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah, penelitian
ilmiah tentu melaju ke arah yang benar.
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Usaha Sia-sia untuk Membuktikan Teori
Evolusi
Contoh yang paling informatif dari kesalahan orientasi
dalam sains adalah penerimaan Teori Evolusi Darwin. Sejak diperkenalkan dalam
agenda studi ilmiah sekitar 140 tahun lalu, teori ini benar-benar merupakan
kesalahan terbesar yang dilakukan dalam sejarah sains.
Teori evolusi menekankan bahwa kehidupan berasal dari
konfigurasi materi tak-hidup melalui peristiwa ke-betulan. Lebih jauh, teori
tersebut mengklaim bahwa organisme yang telah terbentuk secara kebetulan
berevolusi menjadi makhluk lain, lagi-lagi secara kebetulan. Usaha bersama
mencari pembenaran ilmiah untuk skenario ini menjadi pusat perhatian selama
satu setengah abad terakhir. Namun demikian, ironisnya, hasil yang diperoleh
membuktikan sebaliknya. Bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa evolusi itu tidak
pernah terjadi, bahwa perubahan bentuk yang berangsur-angsur dari satu jenis ke
jenis lain adalah tidak mungkin, dan bahwa
setiap jenis makhluk hidup telah diciptakan dengan unik dan dalam
bentuknya yang sekarang ini.
Namun, sekalipun semua bukti berbicara lain, evolusionis
tetap melakukan studi dan eksperimen tak terhitung banyaknya, menulis buku
berjilid-jilid yang melulu berisi pemikiran keliru dan kesalahan, men-dirikan
institusi, mengadakan konferensi, dan mengudarakan program televisi, untuk
membuktikan evolusi. Eksploitasi ribuan ilmuwan serta uang dan sumber daya yang
tak terukur untuk pernyataan yang tidak dapat dibuktikan, jelas merupakan
kerugian serius bagi umat manusia. Kalau saja sumber daya ini diarahkan dengan
baik, kerugian seperti itu tidak akan jadi terjadi. Alih-alih, langkah besarlah
yang dicapai, dan hasil nyata diperoleh pada bidang studi ilmiah yang lebih
relevan.
Pada sisi lain, sejumlah ilmuwan atau pemikir sudah
menyadari betapa seriusnya kesalahan teori evolusi. Sebagai contoh, ahli
filsafat Inggris, Malcolm Muggeridge, berkomentar sebagi berikut:
Saya sendiri yakin bahwa
teori evolusi, terutama sejauh mana teori tersebut diterapkan, akan menjadi
salah satu lelucon besar dalam buku sejarah di masa datang. Generasi mendatang
akan terheran-heran betapa sebuah hipotesis yang begitu lemah dan meragukan
dapat diterima begitu saja.15
Ilmuwan
Scandinavia, SøRen Løvtrup, menyatakan komentar berikut dalam bukunya
Darwinism: The Refutation of a Myth:
Saya kira tidak ada orang
yang menyangkal betapa ruginya jika seluruh cabang ilmu pengetahuan menjadi
kecanduan teori palsu. Tetapi inilah yang telah terjadi dalam biologi. Sudah
lama orang-orang mendiskusikan masalah evolusi dengan kosakata khas Darwinian
'adaptasi', 'tekanan seleksi', 'seleksi alam', dan lain-lain sampai-sampai
mereka percaya bahwa istilah-istilah itu benar-benar menjelaskan peristiwa
alam. Sesungguhnya tidak… Saya percaya bahwa suatu hari Mitos Darwin akan
digolongkan sebagai penipuan terbesar di dalam sejarah ilmu pengetahuan.16
Bahkan sejumlah ilmuwan evolusioner telah menyadari bahwa
teori yang mereka dukung tidak sesuai dengan fakta, dan merasa tak nyaman
karenanya. “Menghidupkan terus teori (evolusi) masa kini sebagai dogma tidak
akan mendorong kemajuan ke arah penjelasan yang lebih memuaskan tentang
fenomena alam yang diamati”17, ujar ilmuwan evo-lusionis Paul R. Ehrlich dalam
suatu wawancara dengan Science.
Meski-pun secara tidak langsung, dia mengakui bahwa ketaatan buta pada teori
evolusi membahayakan sains.
Sekarang, mari kita lihat usaha sia-sia yang dilakukan
untuk men-dukung klaim teori evolusi yang tidak ilmiah, yang tidak memberi
sains apa-apa kecuali kerugian besar dalam waktu dan sumber daya.
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Klaim bahwa “Materi Tak-Hidup Dapat
Membentuk Kehidupan”
Apa asal mula kehidupan? Apa yang membedakan burung atau
jerapah dari batu, air, bumi, yang merupakan benda mati?
Jawaban dari pertanyaan ini telah membuat penasaran orang
sejak zaman dahulu. Ada dua pendapat utama. Gagasan pertama adalah, ada garis
pemisah sangat halus tetapi mudah ditembus antara benda hidup dan benda mati,
dan bahwa kehidupan dapat secara spontan muncul dari benda mati. Dalam
literatur ilmiah, pandangan ini disebut “abiogenesis”.
Gagasan kedua menyatakan bahwa ada pembatas yang tak bisa
ditembus antara benda hidup dan benda mati. Menurut pandangan ini, organisme
hidup mustahil dapat berkembang dari benda mati, dan suatu bentuk kehidupan
dapat muncul hanya dari bentuk kehidupan lain. Pandangan ini yang diringkas
menjadi “kehidupan hanya berasal dari kehidupan” disebut “biogenesis”.
Yang menarik adalah, gagasan “abiogenesis” dihubungkan
dengan filosofi materialis, sedangkan gagasan “biogenesis” berasal dari sumber
religius. Filosofi materialis selalu berargumentasi bahwa benda mati dapat
menjadi organisme hidup. Ahli filsafat Yunani percaya, bentuk kehidupan yang
sederhana berasal dari benda mati.
Sebaliknya, sumber religius menyatakan bahwa satu-satunya
kuasa yang dapat memberikan kehidupan pada benda mati hanyalah daya cipta
Allah. Dalam ayat Al Quran dinyatakan:
“Sesungguhnya Allah
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki
sifat-sifat) demikan ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (QS. Al
An'aam, 6: 95) !
“Kepunyaan-Nyalah
kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa
atas segala sesuatu.” (QS. Al Hadiid, 57: 2) !
Pada Abad Pertengahan, ketika pengetahuan manusia tentang
alam masih sangat terbatas, pandangan “abio-genesis” berlaku karena suatu
kesalahan pengamatan. Me-reka yang melihat belatung berkembang di atas daging
yang terbuka, berpikir bahwa kejadian ini “spontan”. Mereka juga mengira bahwa
tikus-tikus keluar secara spontan dari gandum di lumbung. Kepercayaan ini, yang
juga disebut “generasi spontan”, secara luas diterima sampai abad ke-17.
Namun, eksperimen yang dilakukan oleh dua ilmuwan penting
mengubur gagasan “generasi spontan”. Orang per-tama dari mereka adalah
Francisco Redi. Dengan ekspe-rimen yang dilakukannya pada tahun 1668, Redi
menunjuk-kan bahwa belatung yang tampak di atas daging tidak ter-bentuk secara
spontan, tetapi berasal dari lalat yang bertelur di atas daging. Dengan
penemuan ini, pendukung paham “abiogenesis” mundur dan menyatakan bahwa yang
diha-silkan dari benda mati bukanlah organisme berukuran besar seperti belatung
atau kodok, melainkan mikroba yang tak kasat mata. Debat tentang hal ini
berlangsung terus selama dua abad berikutnya. Ahli biologi Prancis, Louis
Pasteur, akhirnya menunjukkan me-lalui suatu rangkaian eksperimen, bahwa
mikroba tidak dapat berkembang dari benda mati pula. Pasteur meringkas
kesimpulannya dalam kata-kata berikut:
Dapatkah materi mengatur
dirinya sendiri? Dengan kata lain, dapat-kah organisme hadir ke dunia tanpa
orang tua, tanpa nenek moyang? Itu pertanyaan yang harus dipecahkan…. Tidak ada
keadaan yang diketahui saat ini di mana seseorang dapat menyatakan bahwa
makhluk mikroskopis muncul tanpa sel.18
Redi dan Pasteur memiliki satu kesamaan. Kedua ilmuwan
itu percaya akan keberadaan Tuhan, dan bahwa hidup itu diciptakan oleh-Nya.
Kepercayaan mereka berperan penting dalam kesadaran mereka akan kejanggalan
gagasan abiogenesis. Meskipun sejumlah ilmuwan yang berada di bawah pengaruh
materialisme (evolusionis seperti Darwin, Haeckel, dll.) menganut pandangan
abiogenesis, namun ilmuwan-ilmuwan lain yang mendekati sains dengan wawasan
yang benar, menyadari fakta “biogenesis”.
Namun, ilmuwan evolusionis terus menentang kenya-taan
yang sudah jelas ini. Ketaatan buta mereka pada filosofi materialis menarik
mereka ke dalam pergulatan sia-sia yang berlangsung seabad. Dua ilmuwan
materialis, Alexander Oparin dan J. B. Haldane, memperkenalkan gagasan “evolusi
kimia”. Menurut Oparin dan Haldane, abiogenesis tidak terjadi dalam waktu
singkat, tetapi dalam periode yang lama. Karena bertentangan dengan hukum-hukum
ilmiah tertentu, terutama Hukum Kedua Termodinamika, klaim ini membawa dunia
sains ke dalam kemacetan dan kerugian waktu.
Sepanjang abad, sejumlah ilmuwan melakukan eksperimen
yang berbasis hipotesis evolusi kimia, atau berupaya keras untuk mendukung
klaim tersebut dengan teori baru. Pelbagai laboratorium raksasa, institusi
besar, dan divisi universitas dikerahkan untuk itu. Namun, semua usaha ini
berakhir dalam kegagalan. Prof. Klaus Dose, evolusionis terkenal yang menjabat
Direktur Institut Biokimia di Universitas Johannes-Gutenberg mengakui, semua
usaha untuk membuktikan klaim bahwa benda mati memproduksi benda hidup tidak
berhasil.
Lebih dari 30 tahun
percobaan mengenai asal usul kehidupan dalam bidang evolusi kimia dan
molekular, telah menghasilkan persepsi lebih baik tentang besarnya permasalahan
tentang asal kehidupan di bumi alih-alih solusinya. Sekarang ini semua diskusi
tentang teori prinsip dan eksperimen dalam bidang itu berakhir pada jalan buntu
atau pengakuan ketidaktahuan.19
Seandainya dunia sains tidak terobsesi dengan gagasan
“abiogenesis” dan pemikiran keliru materialis, semua usaha yang dilakukan atas
nama “evolusi kimia” itu dapat disalurkan ke bidang yang lebih produktif. Seandainya masyarakat ilmiah memulai dengan
kesadaran bahwa kehidupan diciptakan oleh Allah, dan hanya Allah yang berkuasa
untuk memberikan kehidupan, maka semua
waktu, uang dan sumber daya manusia yang terbuang itu dapat dihindarkan. Dan
dengan demikian, sains dapat berkonsentrasi pada penelitian dan penemuan baru
yang berguna bagi umat manusia, daripada berusaha membuktikan mitos Yunani
Kuno.
Kini, masyarakat ilmiah telah menunjukkan bahwa benda
mati tidak dapat mengatur diri melalui peristiwa acak, dan kemudian bergabung
dengan benda mati lainnya untuk membentuk sel kompleks dan sempurna. Sudah
jelas pula bahwa jutaan bentuk kehidupan yang kita lihat di sekitar kita tidak
mungkin terbentuk dari sel-sel yang bergabung secara kebetulan, seperti yang
diklaim evolusionis. Tentu saja mawar, merak, harimau, semut, dan semua makhluk
hidup lainnya, mustahil muncul oleh kehendak sel-sel tak sadar yang tersusun
dari kombinasi atom tak sadar.
Seorang ilmuwan yang
melakukan studi mendalam tentang hal ini tidak mungkin merupakan hasil
keputusan umum yang diambil oleh atom-atom tak sadar. Mustahil bagi atom-atom
tak sadar untuk mengem-bangkan seorang manusia berkesadaran penuh.
Dalam hal ini, ratusan
tahun lalu telah dinyata-kan dalam Al-Quran bahwa kehidupan telah dicipta-kan
oleh Allah dari “tidak ada apa-apa”, bahwa Allah-lah satu-satunya yang
menghidupkan, dan tidak ada selain Allah yang berkuasa “memberikan kehidupan”.
Jika sains menemukan implikasi dari fakta yang disampaikan Allah kepada umat
manusia, ia tidak mungkin “membuang-buang waktu” dalam penelitian yang tidak
menentu selama itu.
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Usaha-Usaha untuk Membuktikan Klaim “Evolusi Spesies”
Ada jutaan spesies yang hidup di bumi, dan spesies-spesies
ini berbeda satu dengan lainnya dalam satu atau banyak hal. Sebagai contoh,
lihatlah kuda, burung, ular, kupu-kupu, ikan, kucing, kelelawar, cacing, semut,
gajah, nyamuk, lebah, lumba-lumba, bintang laut, ubur-ubur, unta... Semua
bentuk kehidupan ini sangat berbeda satu sama lain dalam karakteristik fisik,
habitat, teknik berburu, taktik pertahanan, kebiasaan makan, reproduksi, dan
seterusnya.
Jadi, bagaimana makhluk-makhluk ini muncul?
Seseorang yang merenungkan pertanyaan ini dengan
memanfaatkan kemampuan nalarnya, akan melihat bahwa semua makhluk hidup
diran-cang, dan itu berarti diciptakan. Setiap rancangan membuktikan
kebera-daan perancang cerdas yang memproduksinya. Makhluk hidup, seperti semua
contoh rancangan lainnya di alam, membuktikan keberadaan Allah.
Kebenaran ini telah diungkapkan kepada kita melalui
agama. Dalam Al Quran, kita diberitahu bagaimana makhluk menjadi hidup: Semua
makhluk hidup telah diciptakan oleh Allah. Allah, dengan daya cipta-Nya yang
unik serta pengetahuan tanpa batas, melengkapi makhluk ciptaan-Nya dengan
karakteristik beraneka ragam. Dan dengan cara ini Dia menunjukkan kekuasaan,
kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya yang tanpa batas kepada manusia. Sebagian
ayat yang mengacu pada penciptaan makhluk hidup menyatakan:
“Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya
ialah men- ciptakan langit dan bumi dan
makhluk-makhluk yang melata yang Dia
sebarkan pada keduanya. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” (QS. Asy- Syuura, 42: 29) !
“Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang
sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-
Nuur, 24: 45) !
“Dia menciptakan langit
tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di
permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air
hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah oleh-mu kepada-Ku apa yang
telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah. Sebenarnya
orang-orang yang zhalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Luqman,
31: 10-11) !
“Sesungguhnya pada langit
dan bumi benar-benar ter-dapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang
yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan hewan-hewan yang melata yang
bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum
yang meyakini.” (QS. Al Jaatsiyah, 45: 3-4) !
Setelah menyadari kenyataan penciptaan, ilmuwan
me-netapkan berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, anatomi, dan paleontologi.
Ilmuwan terkenal, seperti Carl Linnaeus, yang menggolongkan dunia makhluk hidup
di bawah kelas-kelas tertentu dan dikenal sebagai “Bapak Taksonomi”; Georges
Cuvier, penemu ilmu fosil dan anatomi komparatif; Gregor Mendel, penemu ilmu
genetika yang merumuskan hukum-hukum penurunan karakteristik fisik; atau Louis
Agassiz, yang dianggap sebagai ahli biologi terbesar Amerika di abad ke-19,
semua mempraktikkan sains dengan kesadaran bahwa semua spesies makhluk hidup
diciptakan Allah.
Kemudian, dengan pengenalan teori evolusi Charles Darwin,
dunia sains tenggelam dalam usaha untuk mem-buktikan bahwa “spesies berevolusi
dari spesies lainnya”. Usaha ini menyebabkan para ilmuwan menyibukkan diri
mereka dalam sejumlah penyelidikan tanpa hasil. Dalam penggalian fosil yang
dilakukan di seluruh dunia, ilmuwan mencari fosil makhluk antara yang hidup
pada waktu yang tidak ada dalam sejarah. Lebih jauh, skenario khayalan telah
dibuat untuk menjelaskan bagaimana spesies tertentu ber-evolusi menjadi spesies
lain. Jurnal-jurnal sains menerbitkan skenario ini, dan pada akhirnya, skenario
ini diajarkan kepada siswa-siswa di sekolah.
Kutipan sebagian skenario ini dapat membantu menunjukkan
bagaimana para evolusionis merusak sains dengan fantasi liar mereka. Sebagai
contoh, sebuah artikel evolusionis menceritakan transisi reptil menjadi
mamalia, sebagai berikut:
Sebagian reptil di daerah
dingin mulai mengembangkan metode untuk mempertahankan keha-ngatan tubuh
mereka. Panas tubuh mereka meningkat dalam cuaca dingin, dan hilangnya panas
tubuh akan ber-kurang ketika sisik mereka mengecil dan meruncing, dan
berevolusi menjadi bulu. Berkeringat juga suatu adaptasi untuk mengatur
temperatur tubuh, suatu cara untuk mendi-nginkan tubuh bila perlu dengan cara
menguapkan air. Tetapi secara kebetulan anak reptil mulai menjilat keringat
induknya untuk makanan. Kelenjar keringat tertentu mulai mengeluarkan cairan
yang semakin kaya nutrisi, dan pada akhirnya menjadi air susu. Dengan begitu
anak-anak mama-lia awal dapat memulai kehidupannya dengan lebih baik.20
Untuk mendukung hipotesis evolusioner ini, ribuan ilmuwan
membuang-buang waktu mereka untuk mencari bukti-bukti ilmiah yang penting bagi
kejadian mustahil, seperti perubahan keringat menjadi air susu, dan perubahan
sisik menjadi bulu binatang. Pada kenyataannya, tidak satu pun perubahan ini
mungkin terjadi. Terutama, mustahil air susu ibu yang mengandung segala zat
yang diperlukan bayi berevolusi dari “keringat”, seperti dinya-takan di atas.
Air susu ibu (ASI) adalah suatu zat yang diatur menurut kebu-tuhan bayi, dan
kandungannya dise-suaikan dengan tahapan perkembangan bayi. Semua yang
dibutuhkan bayi ada pada ASI. Sebagai contoh, pada hari bayi memerlukan kalium,
pada hari itu juga, ASI kaya akan kalium. Demikian pula untuk zat-zat lainnya
yang dibutuhkan bayi sepanjang perkembangannya. Sungguh mustahil sumber nutrisi
seperti ini terbentuk secara kebetulan.
Dengan pembuktian serupa, kom-ponen lain dari pernyataan
di atas, kisah tentang “evolusi sisik reptil menjadi bulu mamalia”, jelas
bertentangan de-ngan fakta ilmiah. Sisik dan bulu mem-punyai struktur yang
sepenuhnya ber-beda:
1. Bulu bersifat folikular; artinya ia tumbuh dari sebuah
kantung. Sisik, di lain pihak, adalah struktur rata dan tipis dalam kulit. Di
samping itu, sisik ber-kembang, tumbuh dan berganti dengan cara berbeda
dibandingkan bulu. Jelas keduanya tidak mempunyai persamaan.
2. Tidak ada bukti ilmiah yang me-nyatakan bahwa bulu
berevolusi dari sisik. Kaum evolusionis tidak punya bukti fosil untuk
membuktikan klaim ini, sama seperti mereka tidak dapat mengusulkan mekanisme
logis untuk menjelaskan transformasi ini.
Perubahan reptil menjadi
mamalia bukan satu-satunya “dongeng” yang tidak ilmiah. Setiap evolusionis
mempunyai “kisah” sendiri. Misalnya, cukup banyak skenario khayalan telah
diajukan tentang bagaimana dino-saurus berubah menjadi burung. Salah satu
skenario ini menyatakan bahwa sebagian dinosaurus mulai terbang ketika mereka
memburu lalat. Pendapat lain menyatakan bahwa dinosaurus tumbuh sayap ketika
mereka melompat dari pohon ke pohon. Akhirnya, sains terbiasa “membukti-kan”
skenario hasil imajinasi para evolusionis ini. Sejauh ini, sejumlah besar
ilmuwan sudah melakukan pene-litian tentang bagaimana dinosaurus mulai terbang
ketika mereka berlari atau melompat dari pohon ke pohon. Dan mereka
mengha-biskan waktu bertahun-tahun untuk menun-jukkan bagaimana sisik berubah
menjadi bulu burung. Ahli burung evolusionis terkenal, Alan Feduccia, adalah
salah satu ilmuwan ini. Sepanjang hidupnya, dia meneliti topik ini. Setelah
menghabiskan 25 tahun untuk mencari mata rantai antara dinosaurus dan burung,
Feduccia memberikan pengakuan berikut:
Saya telah mempelajari
tengkorak burung selama 25 tahun, dan saya tidak melihat persamaannya sedikit
pun. Saya benar-benar tidak melihatnya... Asal-muasal burung yang berasal dari
theropoda, menurut saya, akan sangat mempermalukan paleontologi abad ke-20.21
Skenario evolusionis tidak berhenti sampai di sini.
Sebagaimana yang diakui ahli fosil evolusionis, Dr. Colin Patterson, “Cerita
yang beredar luar biasa banyak, sebagian lebih imajinatif daripada yang
lainnya, mengenai bagaimana sebetulnya sejarah [kehidupan] itu.”22 Evolusionis juga membuat klaim yang fantastis
bahwa mamalia laut, seperti paus dan lumba-lumba, berevolusi dari beruang yang
suka berenang. Lebih jauh lagi, sebagai dasar bagi skenario ini, mereka membuat
teori tentang makhluk setengah beruang/setengah paus, dan bahkan mengarang
cerita tentang “paus berjalan”.
Evolusionis bebas untuk
bermimpi dan percaya pada skenario apa pun yang mereka inginkan. Masalahnya
adalah, mereka membuang-buang waktu dan sumber daya dunia sains dengan harapan
dapat membuktikan skenario ini. Sebagaimana dikatakan ilmuwan evolusionis
terkenal lainnya, Pierre Paul Grassé, mengenai skenario evolusioner ini, “Tidak
ada hukum yang melarang orang melamun, tetapi sains tidak boleh terlena di
dalamnya."23
Sains akan terus mengejar mitos selama ilmuwan
mendasarkan studi mereka pada hipotesis yang salah seperti Teori Darwin.
Pengakuan terhadap kenyataan penciptaan, pada sisi lain, akan mengakhiri semua
usaha sia-sia, yang menghambat kemajuan sains ini. Seperti disebutkan di awal,
Setiap makhluk hidup telah diciptakan secara unik oleh Allah. Karakteristik
fisik mereka, kebiasaan makan, teknik berburu, taktik pertahanan, cara mereka
membesarkan keturunan dll., semua menggambarkan keselarasan sempurna. Tidak ada
gunanya menyelidiki kemungkinan keselarasan ini terjadi secara kebetulan.
Kesempurnaan ini tidak mungkin ada secara acak; hanya kuasa dan kendali Allah,
Maha Pencipta, yang memungkinkannya terjadi. Karena itu, akan jauh lebih
bermanfaat untuk menyelidiki kenyataan yang dapat dibuktikan dan semua
perinciannya, daripada membuat skenario yang sepenuhnya imajiner. Yang terpenting
lagi, penelitian dengan tujuan seperti itu akan membantu kita lebih mengenal
Allah Yang Mahabesar, Pencipta manusia dan alam semesta dari ketiadaan.
Kebuntuan Mutasi
Teori evolusi kembali menyia-nyiakan waktu sains dan
menyesatkannya dengan pencarian “mutasi yang meng-untungkan”. Mutasi adalah
perubahan yang terjadi di dalam kode genetik organisme melalui efek radiasi
atau zat kimia. Meskipun evolusionis menyatakan bahwa makhluk hidup berevolusi
melalui mutasi, mutasi hampir selalu ber-bahaya, dan efeknya selalu menyebabkan
kerusakan pada organisme. Kebocoran radiasi di Chernobyl adalah suatu indikasi
efek mutasi yang berbahaya. Setelah bencana ini terjadi, banyak orang menderita
penyakit seperti leukemia dan masalah serius seperti kelahiran abnormal.
Sekalipun sudah jelas mutasi berefek negatif,
neo-Darwinisme tetap mengajukan dua konsep sebagai “mekanisme evolusi”, dan
salah satunya adalah mutasi. Akibatnya, timbul tekad ilmuwan untuk membuktikan
bahwa mutasi dapat men-ciptakan efek menguntungkan pada makhluk hidup sesuai
dengan teori evolusi. Namun, sebagaimana diterangkan di atas, mutasi selalu
berbahaya, dan belum pernah diamati mempu-nyai efek evolusioner.
Evolusionis dengan gigih merancang model mutasi tiruan,
dan bekerja berpuluh-puluh tahun untuk menemukan mutasi yang menguntungkan.
Sebagai contoh, lalat buah dimutasikan beberapa kali, dengan harapan
lalat-lalat tersebut akan memunculkan “mutasi yang memperbaiki kode genetik”.
Hasilnya adalah kega-galan mutlak. Evolusionis Michael Pitman mengomentari
eksperimen mutasi besar-besaran yang tidak menghasilkan apa-apa ini:
Morgan, Goldschmidt,
Muller, dan ahli genetika lain telah memaparkan beberapa generasi lalat buah
pada kondisi ekstrem seperti panas, dingin, terang, gelap, dan perlakuan dengan
zat kimia dan radiasi. Segala macam jenis mutasi, baik yang hampir tak berarti
maupun yang positif merugikan, telah dihasilkan. Evolusi buatan manusia? Tidak
juga: sebagian kecil monster buatan ahli-ahli genetika tersebut bisa saja
bertahan hidup di luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Dalam praktiknya,
mutan-mutan tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke bentuk asal.24
Evolusionis terkenal, Gordon Taylor, juga menyatakan
bahwa 50 tahun hilang untuk eksperimen mutasi.
Pada ribuan eksperimen
pengembangbiakan lalat yang dilakukan di seluruh dunia selama lebih dari 50
tahun, tidak ada spesies baru yang muncul…bahkan satu enzim baru pun tidak.25
Argumentasi evolusioner dalam bidang ilmiah lain ti-dak
berbeda. Evolusionis mendukung Darwinisme dengan mengabaikan semua bukti
ilmiah, dan kemudian me- nyatakan kebandelan mereka sebagai “ketekunan ilmiah”.
Namun apa yang mereka lakukan bukan ketekunan ilmiah, melainkan penolakan
terhadap sains.
Kebuntuan Fosil
Contoh lain kerugian waktu yang ditimbulkan oleh teori
evolusi terhadap sains adalah kebuntuan paleontologi. Tidak ada keraguan bahwa
studi paleontologi sangat penting agar kita memahami sejarah kehidupan di bumi.
Namun konsep teori evolusi yang keliru telah memberikan efek negatif pada penelitian
fosil dan menyesatkan ilmu-wan. Terutama, ahli paleontologi yang menyelidiki
“asal usul manusia” terperangkap dalam kebingungan, bahwa semua penelitian yang dilakukan untuk
menemukan "sete-ngah manusia/setengah kera", sepenuhnya merupakan
pemborosan waktu.
Harus disebutkan bahwa penggalian fosil itu dilakukan
dalam kondisi sangat sulit dan memerlukan anggaran besar. Penggalian yang
dilakukan selama satu setengah abad ter- akhir, di gurun-gurun Afrika, oleh
satu regu peneliti, yang harus berkemah selama berbulan-bulan di bawah sinar
matahari terik, dan dengan anggaran lebih dari miliaran dolar, belum memberikan
hasil nyata. Peneliti fosil terkenal, Richard Leakey dan penulis sains
terkenal, Roger Lewin, membuat pengakuan berikut mengenai kebuntuan studi ini:
Jika seseorang bersu-sah
payah mengum-pulkan semua sisa fosil nenek moyang kita (dan keluarga biologis
mereka), yang hidup antara lima hingga satu juta tahun lalu, dia akan
memerlukan sepasang meja saja untuk menebarkan semua fosil yang pernah
ditemukan selama ini. Dan kalau itu kurang menyedihkan, sebuah kotak sepatu
lebih dari cukup untuk menyimpan temuan-temuan fosil hominid dari lima belas
dan enam juta tahun lalu!26
Semua ini adalah penyia-nyiaan waktu, pengetahuan, tenaga
kerja, uang dan sumber daya, yang dikerahkan dengan kedok “sains”. Di seluruh dunia, ribuan
universitas, organisasi dan institusi ilmiah, jutaan ilmuwan, instruktur dan
mahasiswa, laboratorium, teknisi, peralatan teknis dan sumber daya yang tak
terhitung, telah dikerahkan untuk melayani pernyataan palsu. Hasil akhirnya
benar-benar nihil, bahkan, temuan-temuan baru terus menyingkapkan kekeliruan
hipotesis evolusioner. Ilmuwan evolusionis, S.J. Jones, dalam sebuah artikel
yang diterbitkan majalah Nature, menjelaskan dilema yang dihadapi
paleoantropologi, studi penelitian fosil untuk mencari asal usul manusia:
Ahli paleoantropologi
tampaknya menutupi kekurangan fosil dengan kelebihan amarah, dan bidang ini
sekarang menjadi satu-satunya sains yang masih memungkinkan ilmuwan menjadi
terkenal hanya dengan berpendapat. Sebagaimana dikatakan orang yang sinis,
dalam paleontologi manusia, konsensus bergantung pada siapa yang berteriak
paling keras.27
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh “Mereka yang Mengingkari Rancangan
Sempurna di Alam”
Mengingkari fakta penciptaan, atau dengan kata lain
“desain” di alam, sama saja dengan menghambat penelitian ilmiah. Ilmuwan yang
menyadari keberadaan desain di alam akan memanfaatkan studinya untuk
menyelidiki desain ini dan tujuannya. Sebaliknya, evolusionis tidak akan
mempunyai niat itu, karena dia menganggap alam sebagai kum-pulan materi tanpa
tujuan.
Ahli fisika dan filosof
Amerika, William Dembski, adalah ilmuwan lain yang berpendapat bahwa ada sebuah
“desain” di alam. Dembski menyatakan bahwa sudut pandang evolusioner, yang
menyangkal keberadaan tujuan di alam, menghambat kemajuan sains. Dia mengutip
istilah evolusionis “DNA sampah” sebagai contoh. (Menurut hipotesis seorang
ilmuwan evolusionis, “DNA sampah” adalah komponen DNA yang tidak mempunyai
informasi genetik apa pun dan karenanya tidak mempunyai fungsi genetik yang
jelas). Dembski menyatakan:
…Desain bukan penghenti
sains. Bahkan, desain dapat memupuk per-tanyaan, sementara pendekatan
evolusioner tradisional menghambat-nya. Pertimbangkan istilah “DNA sampah”.
Istilah ini secara implisit menyatakan pandangan bahwa karena genome organisme
bergabung secara acak dalam proses evolusi yang panjang dan tidak terarah,
genome merupakan onggokan yang hanya sebagian kecil darinya penting bagi
organisme. Jadi, dengan pandangan evolusioner, kita akan mendapatkan banyak DNA
tidak berguna. Namun, jika organisme dirancang, kita mengharapkan sebanyak
mungkin DNA menunjukkan fungsinya. Dan benarlah, temuan terbaru menunjukkan
bahwa menyebut DNA sebagai “sampah” hanyalah untuk menutupi ketidaktahuan kita
saat ini tentang fungsi. Sebagai contoh, dalam terbitan terbaru Journal of
Theoretical Biology, John Bodnar menguraikan bagaimana “DNA non-coding dalam
genome eukaryotik menerjemahkan bahasa yang memprogram pertum-buhan dan
perkembangan organisme.” Desain mendorong ilmuwan untuk mencari fungsi,
sementara evolusi menghentikan mereka....
Memasukkan desain dalam
sains akan memperkaya kegiatan ilmiah. Semua sarana yang sudah terbukti benar
dalam sains tidak akan sia-sia. Bahkan desain menambah sarana baru dalam
khazanah penjelasan ilmuwan. Lebih dari itu, desain memunculkan serangkaian
perta-nyaan penelitian yang baru. Setelah kita tahu bahwa sesuatu dirancang,
kita ingin tahu bagaimana ia diproduksi, sampai sejauh mana desain itu optimal,
dan apa tujuannya.28
Jelaslah, kesadaran akan fakta bahwa makhluk hidup
diciptakan oleh Allah membuka jalan baru bagi sains, di samping memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang alam.
Namun, ilmuwan materialis yang menyang-kal daya cipta
Tuhan, mengklaim bahwa semua bentuk kehidupan di alam dihasilkan oleh peristiwa
acak. Dalam pandangan mereka, keberadaan “desain yang menyimpang” atau “produk yang tidak perlu” sungguh alami di
alam semesta yang terbentuk secara kebetulan. Selama bertahun-tahun, pendapat
keliru ini telah menyebabkan penafsiran yang salah terhadap banyak data ilmiah,
dan menghambat penemuan fakta. Sebagai contoh, seorang ilmu-wan materialis yang
mengamati bulu burung yang ditemukannya di alam, dan melihat struktur bulu yang
tidak simetris, memutuskan bahwa bulu ini mempunyai bentuk menyim-pang karena
terbentuk secara kebetulan. Oleh karena itu, dia tidak merasa perlu mempelajari
struktur bulu yang tidak simetris itu. Namun bagi ilmuwan yang percaya bahwa
Tuhan men-ciptakan setiap bentuk kehidupan dengan suatu tujuan tertentu, dan
dengan desain sempurna, pola tidak simetris pada bulu burung adalah ciri
penting yang patut diamati. Ilmuwan yang memulai dengan asumsi seperti itu akan
segera melihat bahwa asimetri pada bulu burung sangat penting untuk terbang,
dan bahwa burung dengan bentuk bulu simetris tidak bisa terbang.
Contoh seperti itu sangat umum dalam dunia sains. Ilmuwan
yang mempelajari lebah madu mempunyai pengalaman serupa. Ilmuwan tertentu,
setelah menghitung sudut-sudut yang dibentuk oleh lebah madu untuk
menggabungkan sel sarangnya, menemukan bahwa dua sudut yang terbentuk itu
mempunyai selisih 0,020 dari sudut optimum (Pengukuran menunjukkan bahwa
sudut-sudut yang dibentuk lebah adalah 109,28 dan 70,32 derajat). Dengan
perhitungan yang sangat ruwet, telah ditentukan oleh ahli matematika Konig,
bahwa sudut optimum untuk tujuan itu harus 109,26 dan 70,34). Ilmuwan yang
meneliti bidang tersebut membuat kesimpulan bahwa lebah madu membuat kesalahan
dengan orde pecahan kecil ini. Ahli matematika dari Skotlandia Colin Maclaurin
(1698-1746), yang tidak puas dengan penjelasan ini, melakukan penelitian baru
mengenai hal itu. Dia menunjukkan bahwa, karena ada kesalahan cetak pada daftar
logaritma, hasil sebelumnya menyimpang dari angka yang tepat sebanyak 0,02
derajat.29 Jadi, terungkap bahwa lebahlah yang telah menghitung sudut optimum
dengan tepat, dan bukan ilmuwan!
Orang yang menyadari bahwa Tuhan menciptakan semua
makhluk hidup dalam bentuk sempurna, tidak pernah mengasumsikan ada
penyimpangan dalam desain objek di alam. Dia tahu bahwa setiap detail
diciptakan Tuhan untuk suatu tujuan tertentu.
Kekeliruan lain yang dipertahankan oleh ilmuwan yang
tidak percaya akan kesempurnaan ciptaan Allah, lagi-lagi berhubungan dengan
lebah madu. New Scientist edisi 12 Oktober 1996 memuat tulisan Ben Crystall,
yang menyatakan bahwa kepakan sayap lebah madu berlebihan, akibatnya
penerbangan mereka tidak efisien. Menurut artikel ini, kepakan sayap lebah madu
terkadang cepat dan terkadang pelan, namun kecepatan terbang mereka tidak
berubah, dan karenanya mereka memboroskan energi ketika terlalu banyak
mengepakkan sayap. Menurut penulis, ini adalah kegagalan desain.
Sebuah tim yang dipimpin oleh Jon Harrison, dari
Universitas Arizona, telah menerbitkan temuan penelitian dalam majalah Science
(1996, vol 274, h. 88) yang menyatakan bahwa ada alasan bagus untuk perbedaan
frekuensi kepakan sayap lebah madu. Ketika temperatur lingkungan berubah,
temperatur badan lebah, laju kepakan sayapnya, dan tingkat metabolismenya
diukur. Ketika temperatur naik dari 200C menjadi 400C, frekuensi kepakan sayap
lebah berkurang. Penelitian mengungkap-kan bahwa kepakan sayap lebah madu lebih
pelan dalam cuaca panas, dan sebaliknya lebih cepat dalam cuaca dingin. Namun
tidak ada perubahan pada kecepatan terbang mereka. Lebah madu menjaga sarang
dan tubuh mereka tetap hangat dengan energi yang mereka hasilkan dari kepakan
sayap yang lebih sering dalam udara dingin. Akhirnya, diungkapkan bahwa sayap
lebah madu mempunyai fungsi rangkap: untuk terbang dan menghasilkan panas.
Karena tidak percaya bahwa Tuhan menciptakan makhluk
hidup secara khusus dan sempurna dalam bentuknya saat ini, ilmuwan evolusionis
mengemukakan pemikiran yang menyesatkan lagi, yaitu tentang “organ peninggalan
(vestigial organ)”. Dari anggapan bahwa semua makhluk hidup secara kebetulan
berevolusi dari nenek moyangnya, evolusionis kemudian percaya bahwa ada
sejumlah “organ tubuh tak-fungsional” dalam tubuh manusia yang diwarisi dari
leluhur. Organ tersebut tidak berkembang (vestigial) sejalan dengan waktu
karena tidak digunakan. Tanpa kepercayaan akan sifat kreatif Tuhan, ilmuwan
menimbulkan kebingungan besar yang berbahaya dalam studi ilmiah tentang
organ-organ yang mereka asumsikan tidak berfungsi ini. Ketika sains berkembang,
dipahami bahwa organ yang dianggap tidak berfungsi ini sesungguhnya vital bagi
tubuh manusia. Jumlah organ peninggalan dalam daftar panjang evolusionis
berangsur-angsur berkurang. Dan ini menjadi indikasi betapa cacatnya anggapan
yang telah menghambat sains itu. S.R. Scadding, seorang evolusionis,
membenarkan fakta ini dalam artikelnya yang berjudul “Can Vestigial Organs
Constitute Evidence for Evolution?” (“Dapatkah Organ Peninggalan Menjadi Bukti Evolusi?”),
yang diterbitkan majalah Evolutionary Theory:
Karena tidak mungkin
mengidentifikasi secara pasti struktur-struktur yang tidak berguna, dan karena
struktur argumen yang digunakan tidak absah secara ilmiah, saya menyimpulkan
bahwa “organ-organ peninggalan” tidak memberikan bukti khusus bagi teori
evolusi.30
Daftar organ vestigial yang dibuat ahli anatomi Jerman,
R. Wiedersheim, pada tahun 1895 terdiri dari sekitar 100 organ, termasuk usus
buntu dan tulang ekor. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, jumlah organ dalam
daftar Widersheim lambat laun berkurang, dan ditemukan bahwa organ-organ ini
ternyata berfungsi penting dalam tubuh. Misalnya, ditemukan bahwa usus buntu
yang semula dianggap sebagai organ vestigial ternyata merupakan organ limfoid
(penghasil limfa/getah bening) yang memerangi infeksi dalam tubuh. Juga
ditemukan bahwa Amandel, yang juga termasuk dalam daftar organ vestigial,
berperan penting dalam melindungi kerongkongan dari infeksi, khususnya sampai
usia dewasa. Tulang ekor pada bagian bawah tulang belakang ternyata menyokong
tulang-tulang di sekitar panggul dan merupakan titik temu dari beberapa otot
kecil. Tahun-tahun berikutnya diketahui bahwa kelenjar timus memicu sistem
kekebalan tubuh dengan mengaktifkan sel-sel T, bahwa kelenjar pineal
bertanggung jawab atas pengeluaran beberapa hormon penting, dan masih banyak
lagi ditemukan fungsi organ-organ yang dianggap tak berguna. Lipatan cekung
pada mata yang dirujuk Darwin sebagai organ vestigial ternyata berperan
membersihkan dan melumasi bola mata.
Semua contoh ini menunjuk pada satu fakta: agar
penelitian ilmiah efektif dan efisien, penelitian harus dimulai dengan
hipotesis yang benar. Allah menciptakan segalanya untuk tujuan tertentu, dengan
desain tanpa cacat dan tak ada bandingannya. Oleh karena itu, tujuan akhir
ilmuwan yang menyelidiki alam haruslah menemukan detail kesempurnaan dalam
semua hal, dan menggali tujuan tersembunyi dari setiap fenomena yang
ditemukannya.
Efek Negatif terhadap Ilmuwan Evolusionis dan Ateis Setelah Mengetahui Usaha
Mereka Sia-sia
Kenyataannya, melakukan penelitian dan studi mendalam
terhadap hipotesis yang keliru dan tidak terbukti, secara emosional juga
melelahkan bagi ilmuwan evolusionis. Ketika mereka akhirnya memahami bahwa
penelitian yang mereka lakukan seumur hidup ternyata sia-sia dan tidak berguna,
mereka merasa sangat tidak berdaya. Melakukan penelitian ilmiah memerlukan
disiplin ketat dan pengorbanan diri. Pasti sungguh mengecewakan bagi ilmuwan
seperti itu, melakukan eksperimen dan pengamatan panjang di laboratorium, untuk
sebuah hipotesis yang mereka tahu tidak akan menghasilkan apa pun, dan akhirnya
hanya menemukan bukti bahwa yang benar adalah kebalikan dari hipotesis mereka.
Di dalam bukunya, Darwin's Black Box, yang membahas
ketidak-absahan Darwinisme secara ilmiah, ahli biokimia Amerika terkemuka,
Michael Behe, menguraikan keadaan psikologis ilmuwan evolusionis yang
dihadapkan pada kenyataan “desain” dalam sel hidup:
Selama empat dekade
terakhir, biokimia modern telah berhasil menyingkap rahasia sel. Kemajuan ini
diperoleh dengan susah payah. Menuntut puluhan ribu orang men-dedikasikan
bagian terbaik hidup mereka untuk pekerjaan laboratorium yang membosankan….
Usaha kumulatif meneliti sel, meneliti kehi-dupan di tingkat molekuler ini,
menghasilkan sebuah teriakan tajam, jelas dan nyaring, “Desain!” Hasilnya begitu jelas dan signifi-kan,
sehingga seharusnya dikategorikan sebagai salah satu prestasi terbesar dalam
sejarah ilmu pengetahuan.… Kemena-ngan sains ini seharusnya membang-kitkan
teriakan “Eureka!” dari sepuluh ribu tenggorokan.
Namun, tak ada botol
dibuka, tak ada tepuk tangan. Alih-alih, kerumitan yang luar biasa dari sebuah
sel ini disambut dengan kebi-suan yang mengherankan. Ketika hasil ini
dipublikasikan, kaki-kaki mulai goyah, dan napas pun menjadi berat. Diam-diam
orang merasa sedikit lebih lega; banyak yang secara terbuka mengakui hasil
nyata ini, namun kemudian menunduk, menggelengkan kepala mereka, dan
membiarkannya berlalu begitu saja. Mengapa komunitas ilmuwan tidak antusias
menyambut penemuan yang mengejutkan ini? Mengapa observasi desain ini
diselimuti dengan tabir intelektual? Yang menjadi dilema adalah, ketika satu
sisi seekor gajah diberi label “intelligent design”, sisi yang lain harus
diberi label “Tuhan”.31
Sebagian evolusionis dalam masyarakat ilmiah sudah
mengaku mengalami ketidakberdayaan seperti itu. Sebagai contoh, ahli
paleontologi evolusionis, Dr. Colin Patterson, dari British Museum of Natural
History, yang juga penulis buku berjudul Evolution, membuat komentar terkenal
dalam pidato yang disampaikannya pada pembukaan Museum of Natural History di
New York:
Dapatkah Anda menyebutkan
apa saja yang Anda ketahui tentang evolusi, satu hal saja yang benar? Saya
mengajukan pertanyaan itu kepada staf
geologi di Field Museum of Natural History, dan satu-satunya jawaban yang saya
dapatkan adalah kebisuan… Kemudian saya terbangun dan menyadari bahwa selama
hidup saya, saya telah diperdayai untuk menganggap evolusionisme sebagai
kebenaran.32
Selanjutnya dalam pidato
yang sama, Patterson juga menyatakan:
Salah satu alasan saya
mulai menyetujui pandangan anti-evolusi ini, atau mari kita sebut saja
pandangan non-evolusi, adalah tahun lalu saya tiba-tiba menyadari bahwa selama
dua puluh tahun saya mengira bahwa saya sedang melakukan penelitian evolusi.
Satu pagi saya terbangun dan sesuatu telah terjadi pada malam harinya dan
membuat saya tersadar bahwa saya menekuni bidang ini selama dua puluh tahun
namun tidak ada satu hal pun yang saya ketahui. Sungguh merupakan suatu pukul-an
mengetahui seseorang bisa diperdayai sebegitu lama.33
Evolusionis, Dr.
N. Heribert-Nilsson, Direktur Botanical Institute di Universitas Lund, Swedia,
mengaku telah menyia-nyiakan lebih dari 40 tahun tanpa hasil dengan
pernyataannya: “Usaha saya untuk menunjukkan evolusi melalui eksperimen yang
dilakukan selama lebih dari 40 tahun sepenuhnya gagal.”34
Contoh-contoh perorangan ini menunjukkan apa yang telah
diderita sains karena mengejar teori palsu. Selama berpuluh-puluh tahun,
pengetahuan, waktu, tenaga, pekerjaan, laboratorium, asisten dan sumber daya
keuangan ribuan ilmuwan telah terbuang percuma dalam usaha palsu untuk
mendukung mitos evolusi.
Yang menarik, tidak hanya evolusionis dari zaman kita,
tetapi juga Charles Darwin, sang penemu teori ini, yang sering cemas tentang
“menghabiskan waktunya untuk kesia-siaan”, dan bahwa “dia akan kecewa pada akhirnya”. Darwin
berulang-ulang membicarakan kekha-watirannya ini dalam surat kepada
teman-temannya atau dalam artikelnya. Di antaranya, dia mengaku bahwa tidak ada
bukti di alam untuk mendukung teorinya:
Seluruh alam menentang
dan tidak bekerja sebagaimana yang saya inginkan.35
Ketiadaan rasa percaya diri Darwin juga tercermin pada
kata-katanya berikut:
Bagaimanapun, saya ragu
apakah pekerjaan (menyusun The Origin of Species) ini patut mengha-biskan
begitu banyak waktu.36
Jelas, teori yang salah, jika didukung hanya karena
alasan ideologis, juga menimbulkan ke-resahan dan ketidakberdayaan dalam diri
pendu-kungnya. Itulah konsekuensi tak terelakkan bagi mereka yang membawa sains
ke arah yang salah.
Kerugian Sains Akibat Penipuan- Penipuan Evolusionis
Ketika
evolusionis tidak mampu mene-mukan bukti untuk mendukung teori mereka,
terkadang mereka menipu umat manusia dengan menyimpangkan temuan-temuan ilmiah
mereka dan menciptakan lelucon. Salah satu lelucon yang terkenal adalah skandal
“Manusia Piltdown”. Karena tidak mampu menemukan fosil makhluk setengah kera/
setengah manusia, yang menurut mereka pernah hidup, evolusionis akhirnya
memutuskan untuk menciptakan sendiri makhluk itu. Dengan memasang rahang
orangutan pada tengkorak manusia, dan membuatnya tampak purba dengan zat kimia
tertentu, selama beberapa tahun mereka memamerkan tengkorak itu di
museum-museum terkenal dunia, sebagai “nenek moyang manusia”. F. Clark Howell,
seorang evolusionis sendiri, menggambarkan kerugian sains yang disebabkan oleh
penipuan ini sebagai berikut:
Piltdown yang ditemukan
pada tahun 1953 tak lebih dari rahang kera yang disatukan dengan tengkorak
manusia. Itu sebuah penipuan yang disengaja. Mereka tidak mengenali rahang itu
milik kera atau tengkorak itu milik manusia. Alih-alih, mereka menyatakan
setiap bagian sebagai makhluk antara dari kera dan manusia. Mereka menentukan
usianya 500.000 tahun, dan memberinya nama (Eoanthropus Dawsoni atau 'Manusia
Dini'), dan menulis sekitar 500 buku mengenai mahluk itu. 'Penemuan' ini
mengelabui para ahli paleontologi selama 45 tahun.37
Kata-kata ilmuwan ini sungguh luar biasa. Sepotong
“bukti” palsu “menge-labui” masyarakat ilmiah selama 40 tahun. Fakta bahwa 500
buku telah ditulis tentang sebuah tengkorak tipuan adalah indikasi mencolok
dari usaha yang dikerahkan untuk kesia-siaan.
Pelaku penipuan evolusioner lainnya, Ernst Haeckel, tidak
hanya mengakui perbuatannya, tetapi juga menunjukkan pemalsuan yang dilakukan
oleh rekan-rekan kerjanya demi mengabadikan pelbagai ideologi mereka:
Setelah setuju membuat
pengakuan tentang “pemal-suan” ini, saya seharusnya merasa terhukum dan hancur
kalau saja saya tidak terhibur melihat saya didampingi ratusan rekan terhukum
dalam kerangkeng tawanan. Banyak di antara mereka adalah peneliti terpercaya
dan ahli biologi terhormat. Sebagian besar diagram dalam buku-buku pelajaran,
risalah-risalah dan jurnal-jurnal biologi terbaik, akan menerima tuduhan
“pemalsuan” dalam kadar yang sama, karena semuanya tidak pasti dan sedikit
banyak telah ditambah, dikurangi dan direkayasa.38
Usaha untuk menyelaraskan observasi, eksperimen dan
penelitian dengan evolusi, usaha menutupi kebenaran, atau penyimpangan
presentasi mereka, tentu saja menjadi hambatan serius bagi kemajuan ilmiah.
Meskipun tidak secara langsung, penulis evolusionis, W.R. Thompson, mengakui
fakta itu dengan kata-kata berikut:
Situasi ini, ketika para
ilmuwan berusaha mempertahan-kan doktrin yang mereka tidak mampu buktikan
secara ilmiah, apalagi mendemonstrasikannya dengan keketatan ilmiah, sambil
berusaha mempertahankan reputasi di masyarakat dengan menekan kritik dan
menyingkirkan kesulitan, adalah tidak normal dan tidak diinginkan dalam sains.39
Hal yang paling menarik
adalah bahwa semua studi dan eksperimen evolusionis yang dibuat untuk
membuktikan evolusi, pada akhirnya menghasilkan bukti yang mendukung
penciptaan.
Temuan-Temuan Ilmiah Selalu Membuktikan Penciptaan
Meskipun Evolusionis Tidak Menyukainya
Sebagaimana
disebutkan di awal bab ini, ketika sains dituntun oleh ideologi yang salah,
maka waktu, uang, dan tenaga kerja dikerahkan dengan sia-sia. Sejak abad ke-18,
sains berada di bawah pengaruh materialis, dan hampir semua penelitian
dimaksudkan untuk menyediakan bukti ilmiah bagi filosofi materialis. Karena
itu, semua bukti ilmiah yang tidak sesuai dengan filosofi materialis akan
ditutup-tutupi atau diputarbalikkan.
Yang lebih menarik adalah, setiap studi dan eksperimen
yang dilakukan evolusionis untuk membenarkan evolusi menghasilkan bukti lebih
lanjut yang mendukung penciptaan. Sains sebenarnya relatif sederhana dan
bebas-kesulitan bagi orang-orang yang percaya akan keberadaan Tuhan.
Menyelidiki suatu fenomena yang diketahui ada, sekaligus mencari buktinya,
tidak akan menimbulkan kesulitan bagi ilmuwan. Sebaliknya, mencari-cari bukti
yang tidak ada, akan “mem-bosankan” dan “mengesalkan”, sebagaimana diakui oleh
mereka sendiri.
Salah satu contoh mencolok adalah temuan paleontologis
pada Periode Kambrian (awal zaman paleozoik). Nama ini diberikan pada masa
sekitar 550 juta tahun lalu, ketika tanda-tanda kehidupan pertama teramati.
Semua bentuk kehidupan pada periode ini adalah makhluk-makhluk yang telah
berkembang penuh dan memiliki sistem yang sangat kompleks. Sebagai contoh,
makhluk yang telah punah yang disebut trilobita memiliki struktur mata majemuk
yang rumit. Struktur matanya memiliki 100 lensa, sama dengan mata beberapa
serangga modern seperti capung. Yang dirasa “memusingkan” bagi evolusionis
adalah bahwa makhluk yang memperlihatkan struktur rumit tersebut, muncul pada
stratum ini secara tiba-tiba dan tidak memiliki nenek moyang. Fakta ilmiah ini
dengan jelas menunjuk penciptaan.
Berikut adalah penilaian
ilmuwan evolusionis terkenal, ahli ilmu hewan Inggris, Richard Dawkins tentang
bagaimana penemuan ilmiah secara konsisten mendukung penciptaan:
Sebagai contoh strata
batuan Kambrian, berusia 600 juta tahun lalu, adalah tempat tertua yang di
dalamnya ditemukan kebanyakan kelompok invertebrata utama. Dan kami mendapati
banyak di antara mereka berada pada tahap evolusi yang sudah maju, sejak
pertama kali mereka muncul. Seolah-olah mereka baru saja ditanam di sana, tanpa
sejarah evolusioner. Tidak perlu dikatakan, kesan penanaman mendadak telah
menggembirakan pendukung penciptaan.40
Keadaan “tidak meyakinkan” dalam bidang paleon-tologi ini
adalah salah satu kebuntuan serius yang membebani teori evolusi. Seperti sudah
berulang-ulang dinyatakan, ilmuwan evolusionis sudah mengerahkan upaya terbaik
mereka selama beberapa dekade untuk menemukan bentuk transisi (binatang yang
dianggap dalam proses perubahan antara dua spesies berbeda) yang dapat
menyediakan bukti evolusi. Namun, mereka tidak pernah mencapai hasil konkret,
sebab makhluk seperti itu tidak pernah ada di bumi. Ahli paleontologi
evolusionis, Mark Czarnecki, berkomentar tentang kegagalan evolusionis
menemukan fosil makhluk transisi yang mereka cari:
Masalah utama dalam
membuktikan teori evolusi adalah rekaman fosil; jejak dari spesies yang sudah
punah pada formasi geologis bumi. Rekaman ini belum pernah mengungkapkan
jejak-jejak makhluk antara hipotesis Darwin — alih-alih, spesies muncul dan
menghilang dengan tiba-tiba, dan anomali ini menguatkan argumen pendukung penciptaan
bahwa setiap spesies diciptakan Tuhan. 41
Pemahaman
tersirat terhadap pernyataan evolusionis ini mengungkapkan bahwa setiap usaha
untuk mencari pembenaran ilmiah untuk evolusi terbukti tidak berhasil, dan
gagal mencapai kesimpulan pasti. Sebaliknya, setiap studi yang dilakukan
ilmuwan evolusionis untuk mem-buktikan dugaan bahwa segalanya muncul secara
kebetulan selalu mengarah pada kebenaran tak terbendung: kenyataan bahwa semua makhluk hidup
diciptakan tanpa cacat oleh Allah, Raja yang menguasai langit dan bumi.
Kesimpulan
Sekeliling kita, dan alam semesta yang kita tinggali,
dipenuhi tanda penciptaan. Terkandung dalam sistem nyamuk, keindahan sayap
merak, organ yang rumit dan berfungsi sempurna seperti mata, dan jutaan bentuk
kehidupan, adalah tanda-tanda keberadaan Allah, serta pengetahuan dan
kebijakan-Nya yang Mahaagung, bagi orang yang percaya. Ilmuwan yang meyakini
semua ciptaan itu merupakan fakta, akan memandang alam dari perspektif ini dan
memperoleh kebahagiaan besar dalam setiap pengamatan maupun eksperimen yang
dilakukannya, serta memperoleh ilham untuk penelitian lebih lanjut.
Di lain pihak, mempercayai mitos seperti evolusi, dan
mendukungnya tanpa memedulikan temuan-temuan sains, akan menimbulkan perasaan
tanpa harapan. Keselarasan di alam semesta dan desain pada makhluk hidup justru
menjadi sumber kesulitan bagi mereka. Kata-kata Darwin berikut memberi kita
sekilas gambaran tentang pemikiran kebanyakan evolusionis:
Saya ingat benar ketika
pemikiran tentang mata, dulu membuat sekujur tubuh saya terasa dingin, tetapi
saya sudah pulih dari keluhan ini. Namun kini, menghadapi detail-detail
struktur sering membuat saya merasa sangat resah. Bulu ekor merak, setiap kali
saya memandangnya, membuat saya muak!42
Bulu
merak, sebagaimana tanda-tanda ciptaan lainnya yang tak terhitung di alam,
terus meresahkan evolusionis. Dengan membutakan sebelah mata terhadap keajaiban
nyata itu, mereka bersikap mendua, antara mengakui kebenaran itu dan
mengingkarinya. Sebuah contoh kasus yang jelas dalam hal ini adalah evolusionis
terkemuka Richard Dawkins, yang menyeru pada umat Kristen agar tidak berasumsi
telah menyaksikan suatu keajaiban, meskipun jika mereka melihat patung Bunda
Maria melambai pada mereka. Menurut Dawkins, “Barangkali semua atom lengan
patung itu kebetulan bergerak ke arah yang sama pada saat bersamaan. Memang
peristiwa yang kemungkinannya kecil, tetapi bisa saja terjadi.”43
Agar sains mencapai
kemajuan, pendukung-pendukung abad ke-19 ini harus disingkirkan dan digantikan
oleh para ilmuwan dengan pemikiran bebas yang berani mengakui fakta yang mereka
ketahui.
BAB 3 AGAMA DAN SAINS SELALU SEJALAN
Kaum materialis, dalam
usaha merahasiakan kekalahan mereka oleh sains, sering mencari selamat melalui
pelbagai metode propaganda. Yang terkemuka dari propaganda itu adalah klise
“konflik antara sains dan agama”, yang biasa digunakan oleh publikasi
materialis. Sumber-sumber ini meliput kisah-kisah yang dimaksudkan untuk
menghasut pembaca umum, dengan menyatakan bahwa sepanjang sejarah, agama selalu
bertentangan dengan sains, dan bahwa sains dapat maju hanya jika agama
disingkirkan.
Akan tetapi, tinjauan sekilas terhadap sejarah sains
sudah cukup untuk menunjukkan kebohongan klaim ini.
Apabila kita menengok sejarah Islam, kita lihat bahwa
sains diperkenalkan di Timur Tengah bersama Al Quran. Bangsa Arab pra-Islam
memercayai segala macam takhayul dan desas-desus, dan tidak berusaha
menyelidiki jagat raya atau alam. Dengan Islam, masyarakat ini menjadi
ber-budaya, mulai menjunjung tinggi pengetahuan. Dengan mengamati
perintah-perintah Al Quran, mereka mulai mencermati dunia di sekitarnya. Tidak
hanya bangsa Arab, tetapi banyak negara lain, seperti Iran, Turki, dan Afrika
Utara, mendapatkan pencerahan setelah memeluk Islam. Penggunaan akal sehat dan
pengamatan yang diperintah-kan Al Quran membangkitkan peradaban besar di abad
ke-9 dan ke-10. Banyak ilmuwan muslim yang hidup dalam periode ini membuat
penemuan penting dalam sejumlah disiplin ilmu, seperti astronomi, matematika,
geometri, dan kedokteran.
Pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam juga ditekankan
dalam hadits Rasulullah saw. Ada banyak hadits yang mendorong kaum muslim untuk
mencari pengetahuan dan menyebarkannya. Sebagian hadits itu berbunyi:
Orang yang berjalan dalam
mencari ilmu, Allah memberi jalan baginya menuju surga.... Pelajaran adalah
dari warisan Rasulullah saw., karena Rasulullah saw. tidak meninggalkan warisan
kekayaan tetapi pengetahuan. Maka barangsiapa ikut serta di dalamnya akan
mem-peroleh manfaat yang berlimpah-ruah.44
Orang yang beriman tidak
pernah merasa puas untuk mencari ilmu; ia terus mencari ilmu hingga ajal tiba
dan dapat masuk surga.45
Dikisahkan bahwa
Rasulullah saw. biasa mengucapkan doa setalah shalat Shubuh, “Ya Allah, aku
memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, amal yang diterima, dan ketetapan yang
baik.”46
Andalusia, yang berperan penting dalam alih pengetahuan
ilmiah ke Eropa, di samping menghasilkan banyak ilmuwan muslim, juga merupakan
tempat temuan-temuan revolusioner dan kemajuan ilmiah, terutama dalam bidang
kedokteran. Dokter muslim tidak mengkhusus-kan diri pada satu bidang ilmu,
tetapi meluaskan studi mencakup farmakologi, ilmu bedah, ilmu pengobatan mata,
kebidanan, fisiologi, bakteriologi dan ilmu kesehatan. Salah satu dokter
Andalusia yang terkemuka adalah Ibnu Juljul (?-992), yang melakukan studi
mendalam terhadap tumbuhan obat, dan memberikan sumbangan besar dalam sejarah
kedokteran serta tumbuhan obat. Dokter lainnya yang terkenal adalah Abu Ja'far
bin Al Jazzar (?- 1009) dari Tunisia, yang menguasai ilmu terapi obat untuk
mengatasi penyakit dan gejala tertentu. Dan dia menulis lebih dari 30 buku.
Abdul Latif al Baghdadi (1162-1231) terkenal karena studinya dalam bidang
anatomi. Ia mengoreksi kekeliruan yang dibuat di masa lalu dalam studi anatomis
terhadap banyak tulang tubuh, seperti rahang dan tulang dada. Buku Baghdadi, Al
Ifade ve'l Itibar, dipublikasikan kembali pada tahun 1788, dan diterjemahkan
dalam bahasa Latin, Jerman dan Prancis. Bukunya, Makalatun fi'l Havas membahas
panca indera.
Ahli anatomi muslim menentukan jumlah tulang dalam
tengkorak manusia dengan tepat, dan menemukan keberadaan tiga ossicle,
tulang-tulang kecil di telinga. Salah seorang ilmuwan muslim terkemuka yang
bekerja dalam bidang anatomi adalah Ibnu Sina ( 980-1037), yang dikenal di
Barat dengan nama Avicenna. Mempelajari matematika, geometri, fisika, ilmu
alam, filosofi dan logika pada tahun-tahun awalnya, Ibnu Sina tidak hanya
terkenal di Timur, tetapi juga di Barat. Karyanya yang paling populer adalah Al
Qanun fi Al Tibb, yang dikenal sebagai The Canon of Medicine di Barat, ditulis
dalam bahasa Arab dan setelah diterjemahankan ke dalam bahasa Latin pada abad
ke-12, menjadi buku teks di sekolah-sekolah Eropa sampai abad ke-17. Canon
membahas penyakit dan obat dengan cara sistematis. Selain itu, Ibnu Sina
menulis lebih dari 100 buku filosofi dan ilmu alam. Sebagian besar ilmu
kedokteran yang terdapat dalam Canon masih diterima hingga hari ini.
Zakariya Qazwini menentang banyak kepercayaan salah
kaprah tentang jantung dan otak yang telah dinyatakan sejak Aristoteles. Fakta
yang diberikannya tentang jantung dan otak sangat dekat dengan pengetahuan kita
dewasa ini.
Karya-karya Zakariya Qazwini, Hamdullah al Mustaufi Al
Qazwini (1281-1350), dan Ibnu al Nafis dalam bidang anatomi, menjadi dasar bagi
kedokteran modern. Sejak abad ke-13 dan ke-14, para ilmuwan ini menunjukkan
hubungan antara jantung dan paru-paru; arteri membawa darah yang mengandung
oksigen, dan vena membawa darah yang terdeoksigenasi; darah dioksigenasi di
paru-paru, darah beroksigen yang kembali ke jantung dibawa ke otak dan organ
tubuh lainnya melalui aorta.
Volume pertama buku Ali bin Isa (?- 1038) tentang
penyakit mata yang disebut Tazkiratul Kahhalin fil Ain dan Emraziha, seluruhnya
membahas anatomi mata dan mencakup informasi sangat terperinci. Karyanya ini
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Jerman.
Muhammad Ibnu Zakariya ar Razi (Rhazes) (865-925),
Burhanuddin Nafis (?-1438), Isma'il Jurjani (?- 1136), Qutbuddin al Shirazi
(1236-1310), Mansur Ibnu Muhammad, Abu al Qasim al Zahrawi (Albucasis), adalah
sebagian kecil ilmuwan muslim yang terkenal karena studi mereka dalam bidang
kedokteran dan anatomi.
Banyak pula ilmuwan muslim yang memberikan sumbangan
besar untuk pelbagai disiplin ilmu selain kedokteran dan anatomi. Sebagai
contoh, Al Biruni mengetahui bahwa bumi berotasi pada sumbunya 600 tahun
sebelum Galileo, dan menghitung lingkar bumi 700 tahun sebelum Newton. Ali
Kushchu, seorang ilmuwan abad ke-15, adalah orang pertama yang membuat peta
bulan, dan suatu daerah di bulan telah dinamai dengan namanya. Tsabit ibn
Qurrah (Thebit), yang hidup pada abad ke-9, menemukan kalkulus diferensial
berabad-abad sebelum Newton. Battani, ilmuwan abad ke-10, adalah pengembang
pertama trigonometri. Abul Wafa Muhammad al Buzjani mengenalkan
“tangen-kotangen, sekan-kosekan” pada trigonometri untuk pertama kalinya. Al
Khawarizmi menulis buku aljabar pertama pada abad ke-9. Al Maghribi menemukan persamaan yang
saat ini dikenal sebagai Segitiga Pascal, sekitar 600 tahun sebelum Pascal. Ibn
al Haitsam (Alhazen) yang hidup pada abad ke-11, adalah penemu optik. Roger
Bacon dan Kepler menggu-nakan karyanya, dan Galileo menemukan teleskop dengan
merujuk mereka. Al Kindi (Alkindus) mengenalkan fisika relatif dan teori
rela-tivitas 1100 tahun sebelum Einstein. Syamsuddin, yang hidup sekitar 400
tahun sebelum Pasteur, adalah orang pertama yang menemukan kebe-radaan kuman.
Ali Ibnu al Abbas yang hidup di abad ke-10 adalah orang yang pertama melakukan
operasi bedah kanker. Pada abad yang sama, Ibnu Al Jirr memperkenalkan metode
perawatan lepra. Para ilmuwan muslim — hanya sebagian kecil yang disebutkan di
sini — membuat penemuan-penemuan penting yang menjadi pondasi bagi sains
modern.
Bila kita memerhatikan peradaban Barat, kita lihat
kedatangan sains modern disertai dengan keyakinan kepada Tuhan. Abad ke-17,
yang dikenal sebagai “zaman revolusi ilmiah”, dipenuhi ilmuwan yang memiliki
tujuan utama untuk mengeksplorasi jagat raya dan alam yang diciptakan Allah.
Semua lembaga ilmiah yang didirikan di pelbagai negara, seperti Inggris dan
Prancis, bertujuan utama “mendekatkan diri kepada Tuhan dengan menemukan
hukum-hukum-Nya”. Kecenderungan yang sama terjadi juga pada abad ke-18.
Beberapa ilmuwan yang terkenal dengan kepercayaan mereka terhadap Tuhan, dan
yang memberikan sumbangan penting bagi dunia sains, adalah Newton, Kepler,
Copernicus, Bacon, Galileo, Pascal, Boyle, Paley, Cuvier, dan lain-lain (untuk
keterangan lebih lanjut, silakan buka bab “Ilmuwan yang Meyakini Keberadaan
Tuhan ”).
Para
ilmuwan ini percaya kepada Tuhan dan meng-amalkan sains dengan inspirasi yang
diperoleh dari keima-nan mereka. Salah satu indikasi terbaik untuk hal ini
adalah “Bridgewater Treatises”, serangkaian penerbitan yang dike-luarkan di
Inggris pada awal abad ke-19. Sejumlah ilmuwan melakukan riset dalam pelbagai
disiplin ilmu, dan meng-gambarkan objek studi mereka sebagai “tanda-tanda kese-larasan dan aturan yang diciptakan Tuhan
di alam dan jagat raya”. Metode yang digunakan oleh para ilmuwan ini dikenal
sebagai “Teologi Alami”, yang berarti “Mengenal Tuhan melalui alam”.
Adalah buku William Paley, Natural Theology: Evidences of
Existence and Attributes of the Deity, Collected From the Appearances of
Nature, (Teologi Alami: Bukti Keberadaan dan Atribut Tuhan, Dikumpulkan dari
Fenomena-Fenomena Alam), diterbitkan pada tahun 1802, yang memelopori
“Bridgewater Treatises”. Dalam buku ini, Paley memberikan contoh rancangan pada
makhluk hidup yang menunjukkan pengetahuan anatomi secara menyeluruh.
Dengan menjadikan karya Paley sebagai model, dikeluarkan
seruan kepada anggota terpilih dari Royal Society of London. Selanjutnya
diarahkan bahwa mereka yang terpilih harus ditunjuk untuk menulis, mencetak,
dan menerbitkan seribu salinan dari sebuah karya yang mengkaji kekuasaan,
kebijaksanaan dan kebaikan Tuhan sebagaimana terwujud dalam penciptaan yang
menggambarkan karya seperti itu berdasarkan segenap argumen yang logis,
misalnya, keberagaman dan pembentukan makhluk-makhluk Tuhan, pada binatang,
tumbuhan dan dunia mineral; efek pencernaan dan proses pengubahan; konstruksi
tangan manusia, dan pelbagai argumen lain yang tanpa batas; di samping juga
berdasarkan temuan-temuan kuno dan modern dalam seni, sains, dan seluruh
literatur modern.”
Imbauan untuk mengkaji tanda-tanda keberadaan Tuhan telah
dijawab oleh banyak ilmuwan yang menghasilkan kajian-kajian sangat berharga.
Karya mereka sebagai hasilnya adalah sebagai berikut:
(1) “The
Adaptation of External Nature to the Moral and Intellectual Constitution
of Man”, oleh Thomas Chalmers (1833)
(2) “Chemistry,
Meteorology, and Disgestion”, oleh William Prout, M. D (1834)
(3) “History,
Habits, and Instincts of Animals”, oleh William Kirby (1835)
(4) “The Hand
as Evincing Design”, oleh Sir Charles Bell (1837)
(5) “Geology
and Mineralogy”, oleh Dean Buckland (1837)
(6) “The
Adaptation of External Nature to the Physical Condition of Man”, oleh J. Kidd, M. D ( 1837)
(7) “Astronomy
and General Physics”, oleh Dr. William Whewell (1839)
(8) “Animal
and Vegetable Physiology”, oleh P. M. Roget, M. D. (1840).
“Bridgewater
Treatises” hanya satu contoh pertemuan agama dan sains. Pendorong utama di
belakang banyak studi ilmiah, yang dilakukan baik sebelum maupun setelah
pekerjaan itu, adalah untuk mengetahui alam semesta yang diciptakan Tuhan,
sehingga dapat memahami kemahakuasaan-Nya
Penyimpangan masyarakat ilmiah dari tujuan semula
disebabkan oleh dominasi filosofi materialis dalam budaya Barat abad ke-19,
yang muncul akibat suatu kondisi sosial dan politis. Proses ini menemukan
ekspresi totalnya di dalam teori evolusi Darwin, yang bertentangan dengan
pandangan sebelumnya, dan mencapai klimaks sains dan agama sebagai dua sumber
pengetahuan yang saling bertolak belakang.
Mengacu pada perkembangan ini, peneliti Inggris, Michael
Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln, mem-buat komentar ini:
Bagi Isaac Newton, satu
setengah abad sebelum Darwin, sains tidak terpisah dari agama, justru
sebaliknya, menjadi satu aspek dari agama, dan akhirnya tunduk padanya. …Tetapi
sains di masa Darwin menjadi sumber makna al-ternatif, memisahkan diri dari
konteks yang menjadi tem-patnya sebelumnya dan menetapkan dirinya sebagai
sai-ngan absolut. Akibatnya, agama dan sains tidak lagi beker-ja selaras,
tetapi berdiri saling berseberangan, dan manusia semakin dipaksa untuk memilih
di antara keduanya.47
Namun, dewasa ini, konflik yang direkayasa antara agama
dan sains terbukti bertentangan dengan temuan-temuan sains sendiri. Agama
menyatakan bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan, dan sains telah
menemukan bukti untuk fakta itu. Agama mengajarkan kepada kita bahwa makhluk
hidup diciptakan Tuhan, dan sains telah memberi kita buktinya dalam desain yang
ditemukan pada makhluk hidup. Di akhir bukunya, Natural Destiny, Michael Denton
menulis: “Sains, yang selama berabad-abad menjadi sekutu ateisme dan
skeptisisme, di hari-hari terakhir milenia kedua, pada akhirnya menjadi apa
yang sangat didambakan oleh Newton dan para pendukung-nya semula - pembela
keimanan antroposentrik.48
Kesimpulan yang diperoleh sains telah membantu menguatkan
keyakinan para ilmuwan terhadap Tuhan. Ahli biokimia terkemuka, Michael Behe,
mengacu pada fakta ini ketika mengatakan “Secara kebetulan, ilmuwan yang
percaya kepada Tuhan atau sebuah realitas di luar alam jauh lebih umum daripada
kisah-kisah media populer yang menyesatkan. Tidak ada alasan untuk berpikir
bahwa angka 90% dari populasi umum yang percaya kepada Tuhan sangat berpengaruh
bagi para ilmuwan."49
Dihadapkan pada kesimpulan yang dicapai sains, yang bisa
dilakukan materialis hanya-lah melakukan taktik penekanan, dan ber-usaha
mengintimidasi masyarakat ilmiah lainnya. Di Barat, seorang ilmuwan harus
memenuhi syarat tertentu agar dapat di-promosikan, menerima gelar MD. atau
Ph.D., atau agar artikelnya diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Syarat pertama
yang diwajibkan adalah menerima teori evolusi secara mutlak. Karena alasan ini,
sebagian ilmuwan terpaksa mendukung mitos Darwin yang mungkin sebenarnya mereka
tolak, dengan tak mengindahkan tanda-tanda penciptaan. Dalam sebuah artikel
yang diterbitkan majalah Scientific American pada bulan September 1999,
berjudul “Ilmuwan dan Agama di Amerika”, sosiolog dari Universitas Washington,
Rodney Stark, mengemukakan tekanan terhadap ilmuwan ini:
Sudah berjalan selama 200
tahun, jika Anda ingin menjadi ilmuwan, Anda harus membebaskan pikiran dari
be-lenggu agama. Dalam universitas yang melakukan peneli-tian, orang-orang
beragama menutup mulut, dan orang-orang tak beragama melakukan diskriminasi.
Ada sistem penghargaan untuk menjadi torang yang idak beragama di kalangan
elite. 50
Sisi lain pergulatan
sistematis yang dipaksakan oleh materialis terhadap sains adalah metode
propaganda yang kita sebutkan di awal. Pusat propaganda ini adalah semboyan seperti
“agama bertentangan dengan sains”, atau “sains harus menjadi materialis”.
Sekarang, mari kita lihat mengapa klaim ini tidak logis dan tidak bisa
bertahan.
Reaksi Gereja Abad
Pertengahan terhadap Para Ilmuwan
Lingkungan antiagama biasanya mengadakan praktik-praktik
dan reaksi Gereja Abad Pertengahan sebagai senjata melawan agama. Dikatakan
bahwa Gereja memperlambat peradaban dan menimbulkan kesengsaraan parah di
Eropa. Tersirat di dalamnya adalah usaha untuk menghubungkan Gereja Abad
Pertengahan dengan agama, dan untuk me-nyampaikan pesan “jika agama
berpengaruh, kita akan terkubur dalam kegelapan abad pertengahan”. Namun agama
sejati tidak dicerminkan dalam praktik-praktik dan reaksi Gereja Katolik.
Gereja Katolik, dengan mengabaikan kebenaran yang dibawa
Nabi Isa, mengadopsi praktik-praktik ibadah tertentu yang menyimpang dari
agama. Sains sudah pasti menderita tekanan hebat di tangan Gereja, yang telah
dikuasai oleh para pendeta yang hanya melayani minat khusus segelintir orang,
sehingga sepenuhnya memisahkan diri dari sumber ketuhanannya. Namun
perkembangan sejarah ini tidak bisa dikaitkan dengan agama Islam. Islam
didasarkan bukan pada takhayul tentang pemuka agamanya, melainkan hanya pada Al
Quran, yang merupakan firman Allah.
Contoh menarik yang
menunjukkan sikap kaku Gereja Katolik ini tidak berhubungan dengan keimanan,
adalah bahwa ilmuwan seperti Galileo yang diperlakukan kejam oleh Gereja
sesungguhnya orang yang beriman. (Keimanan ilmuwan ini akan dikaji lebih
terperinci pada bagian kedua buku ini). Contoh ini sekali lagi menunjukkan
bahwa tekanan agama terhadap sains bukan konsekuensi keimanan, melainkan hanya
penyimpangan agama.
Kritik yang Didasarkan pada Bibel dan Taurat
Sejumlah materialis yang ingin mencitrakan agama dan sains
sebagai dua hal yang bertentangan, tidak hanya mengutip contoh dari
praktik-praktik Gereja Katolik, tetapi juga mengutip ayat-ayat tertentu dari
Taurat, atau Injil, untuk menunjukkan bagaimana kitab-kitab itu bertentangan
dengan temuan ilmiah. Namun, ada satu kebenaran yang tidak dapat mereka abaikan
atau berpura-pura tidak tahu: Injil dan Taurat adalah kitab yang sudah
mengalami perubahan isi. Keduanya banyak berisi takhayul yang disusun oleh
manusia. Karena itu, salah besar jika meng-anggap kitab-kitab ini sebagai
sumber acuan dasar agama.
Al Quran, di lain pihak, adalah wahyu dari Tuhan yang
tidak pernah diubah sedikit pun; satu huruf pun tidak. Karenanya, tidak ada
perten-tangan atau kesalahan dalam Al Quran. Semua fakta yang dinyatakan Al
Quran sejalan dengan temuan-temuan sains. Lebih dari itu, banyak fakta ilmiah
yang baru bisa diketahui dewasa ini sudah diberitakan oleh Al Quran kepada
manusia sejak 1.400 tahun yang lalu. Ini adalah mukjizat penting Al Quran, dan
merupakan salah satu bukti bahwa kitab itu berisi firman Allah. (Beberapa fakta
ilmiah yang ditunjukkan dalam Al Quran akan dibahas pada bab-bab selanjutnya).
Menyadari ini, materialis tidak mampu mengutip ayat Al
Quran untuk tujuan mereka, tetapi hanya mengutip Bibel atau Torah untuk menyatakan
pandangan anti agama mereka.
Klaim bahwa “Sains Pasti Menjadi Materialis”
Alat propaganda lain yang digunakan ilmuwan adalah
kalimat klise bahwa “Sains mempelajari materi saja, karenanya sains pasti
menjadi materialis".
Sebenarnya ini tak lebih dari permainan kata-kata, dan
orang-orang yang mau berpikir pasti akan menyadarinya. Memang benar sains
mempelajari materi saja, tetapi tidak berarti sains harus menjadi
materialistis; karena “mempela-jari materi” dan “menjadi materialis”, adalah
dua hal yang sangat berbeda.
Ketika kita mempelajari materi, kita menyimpulkan bahwa
materi ini mengandung pengetahuan dan desain yang terlalu agung untuk muncul
dengan sendirinya. Kita dapat menghayati bahwa pengetahuan dan desain ini
diciptakan dengan sadar oleh suatu Zat yang sangat cerdas, meskipun kita tidak
bisa melihat-Nya. Mari kita per-timbangkan, misalnya, sebuah gua yang kita
tidak pernah tahu apakah ada atau tidak ada orang lain yang memasuki-nya
sebelum kita. Ketika kita memasukinya dan melihat lukisan sempurna dan
mengesankan pada dinding gua, maka kita menyimpulkan “pasti ada zat cerdas yang
pernah datang ke gua itu sebelum kita, yang jelas telah menghasilkan karya
tersebut”. Kita memang tidak pernah melihat zat cerdas itu, tetapi kita
mengakui keberadaannya dari karya-karyanya.
Dengan cara inilah sains mempelajari alam, dan menemukan
bahwa ada suatu keteraturan di alam yang sama sekali tidak dapat dijelaskan
oleh faktor-faktor material, dan bahwa desain ini hanya bisa diwujudkan melalui
kebijakan super-material. Dengan kata lain, dunia materi penuh dengan
tanda-tanda nyata kekuatan dan kekuasaan kreatif Tuhan.
Pendekatan Materialis yang Dogmatis dan Keras Kepala
Orang
yang menganut suatu pandangan, bebas untuk menguji apakah pandangan tersebut
dapat dibuktikan dengan fakta ilmiah, dan melakukan riset ilmiah untuk tujuan
tersebut. Sebagai contoh, seseorang dapat menyatakan bahwa dunia itu datar, dan
melakukan riset untuk mendukung pernyataannya. Yang penting adalah bagaimana
orang ini menilai data ilmiah yang dihimpunnya. Seorang ilmuwan yang
meng-evaluasi temuan ilmiahnya secara objektif, tidak akan mampu menemukan
bukti bahwa bumi itu rata, sebaliknya, dia akan menemukan banyak bukti bahwa
bumi berbentuk bulat. Dalam hal ini, yang harus dilakukan orang itu adalah
mengakui kebenaran tanpa prasangka, dan melepaskan kepercayaannya semula.
Hal yang sama berlaku juga untuk materialisme. Sains
telah mem-buktikan bahwa materi tidak mutlak, tetapi mempunyai permulaan. Lebih
dari itu, telah ditunjukkan bahwa ada rancangan mencengangkan di alam. Oleh
karena itu, ilmuwan materialis yang mempelajari materi sudah melihat bahwa
teori mereka tidak sesuai, dan bahwa kebenarannya bertolak-belakang dengan
klaim mereka.
Namun anehnya, orang-orang seperti itu mempertahankan
ketaatan buta terhadap materialisme, seraya memperlihatkan kegigihan yang
me-ngejutkan dalam berpegang pada “kepercayaan” mereka. Seorang ahli genetika dari Harvard, Richard
Lewontin, seorang materialis terkenal dan evolusionis, mengemukakan
pembelaannya terhadap materialisme dogmatis yang dianutnya dengan kata-kata
berikut:
Bukan metode dan
institusi sains yang memaksa kami menerima pen-jelasan material untuk dunia
fenomenal, tetapi sebaliknya, kami dipaksa oleh kesetiaan apriori pada sebab-sebab
material untuk menciptakan suatu piranti penyelidikan dan satu set konsep yang
menghasilkan pen-jelasan material, tak peduli betapapun bertentangan dengan
intuisi, tak peduli betapapun membingungkan bagi orang awam. Lebih dari itu,
materialisme adalah kemutlakan, sehingga kami tidak bisa membiarkan unsur
ketuhanan masuk.51
Di
sini, Lewontin benar-benar melukiskan pemikiran semua materialis. Sebagaimana
diakuinya, materialis meng-anut ideologi materialis dulu di atas segalanya,
kemudian mencari bukti untuk mendukung ideologi mereka. Dengan kata lain,
materialisme bukanlah suatu kesimpulan yang dicapai kaum materialis melalui
riset ilmiah, melainkan prasangka yang mereka bebankan terhadap sains.
Gagasan yang sama terkandung juga di dalam kata-kata
evolusionis lain. Dalam bukunya, Origin: A Skeptic's Guide to Creation of Life
on Earth, evolusionis terkenal Robert Shapiro menegaskan komitmennya pada teori
evolusi dengan pernyataan berikut:
Mungin akan tiba masanya
ketika semua percobaan kimia yang rasional untuk menemukan asal-usul kehidupan
mengalami kegagalan total. Lebih lanjut, bukti geologis yang baru mungkin
menunjukkan bahwa kehidupan di bumi muncul secara tiba-tiba. Akhirnya, bisa
jadi telah kita jelajahi seluruh alam semesta tetapi tidak menemukan jejak
kehidupan, atau proses menuju kehidupan selain di bumi. Jika demikian, sebagian
ilmuwan akan berpaling pada agama untuk mendapatkan jawaban. Tetapi lainnya -
termasuk saya- akan berusaha memilah penjelasan ilmiah yang tersisa walaupun kemungkinannya
kecil, dengan harapan dapat memilih salah satu yang lebih mungkin dibandingkan
lainnya.52
Di sini, apa yang dimaksud Shapiro ketika dia menyebutkan
“penjelasan ilmiah” sebenarnya adalah “penjelasan materialisme”. Ketaatan buta
terhadap materialisme telah menyebabkan Shapiro — dan ribu-an orang lain
seperti dia — tetap mempertahankan ketidakpercayaan fanatis. Apa yang
sebenarnya mereka katakan adalah, “bukti apa pun yang diajukan, kami tidak akan
percaya kepada Tuhan”.
Yang menarik, “penyakit”
ini tidak hanya diderita para materialis masa kini. Dalam Al Quran, Allah
meng-ungkapkan pengetahuan penting tentang orang-orang yang sudah memutuskan
untuk tetap tidak percaya. Sebagai con-toh, bangsa Mesir, yang berkata,
“Pertanda apa pun yang engkau bawa untuk memikat kami, kami tidak akan
memer-cayaimu” kepada Nabi Musa, yang telah menunjukkan sejumlah keajaiban.
Mereka memiliki kecenderungan yang sama dengan materialis saat ini. Allah
menggambarkan orang-orang ini sebagai:
“Dan di antara mereka ada
orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal
Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami
letakkan) sumbatan
di telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga
apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir
itu berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang
dahulu". (Q.S. Al An'aam, 6: 25) !
“Mereka bersumpah dengan
nama Allah dengan segala kesung- guhan,
bahwa sungguh jika datang kepada mereka datang sesuatu mu’jizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya
mu'jizat-mu'jizat itu hanya berada di sisi Allah". Dan adakah yang memberitahukan kepadamu bahwa
apabila mu'jizat datang
mereka tidak akan beriman.” (QS. Al An'aam, 6: 109) !
BAB 4 KEAJAIBAN ILMIAH AL QURAN
Empat belas abad yang
lalu, Allah menurunkan Al Quran kepada umat manusia sebagai kitab penuntun.
Allah menyeru umat manusia mengikuti Al Quran agar dapat menemukan kebenaran.
Sejak Al Quran diturunkan hingga tiba hari perhitungan, kitab suci terakhir ini
tetap menjadi satu-satunya tuntunan bagi umat manusia.
Gaya bahasa Al Quran yang tak tertandingi, dan ilmu
tinggi di dalamnya adalah bukti nyata ia merupakan firman Ilahi. Di samping
itu, Al Quran mempunyai banyak sifat ajaib yang membuktikan bahwa ia adalah
pengungkapan kebenaran dari Allah. Salah satu keajaiban itu adalah fakta bahwa
sejumlah kebenaran ilmiah yang baru dapat diungkap manusia dengan teknologi
abad ke-20, telah dinyatakan Al Quran pada 1400 tahun lalu.
Tentu saja, Al Quran bukan buku sains. Namun, banyak
fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat mendalam dan padat dalam
ayat-ayat-Nya, baru ditemukan dengan tekno-logi abad ke-20. Fakta-fakta ini
tidak mungkin bisa diketahui pada saat Al Quran diturunkan, dan ini justru
lebih mem-buktikan bahwa Al Quran adalah firman Allah.
Untuk memahami keajaiban ilmiah Al Quran, pertama kita
harus melihat tingkatan sains ketika kitab suci ini diturunkan.
Pada abad ke-7, ketika Al Quran diturunkan, masya-rakat
Arab mempunyai banyak kepercayaan takhayul dan tanpa dasar dalam hal-hal
ilmiah. Karena rendahnya teknologi untuk mengkaji alam dan jagat raya,
masyarakat Arab dahulu percaya pada legenda-legenda warisan generasi lampau.
Se-bagai contoh, mereka mengira bahwa gunung-gunung menopang langit di atasnya.
Mereka percaya bahwa bumi datar dan ada gunung-gunung tinggi pada kedua
ujungnya. Pegunungan ini dianggap tiang-tiang yang menyangga langit jauh di atas.
Namun, semua kepercayaan takhayul masyarakat Arab ini
telah dihapuskan dengan Al Quran. Dalam ayat kedua Surat Ar Rad,
dikatakan: “Allah-lah yang meninggikan
langit tanpa tiang…” (QS. Ar-Rad, 13:
2). Ayat ini menggugurkan kepercayaan bahwa langit tetap di atas karena
ditopang pegunungan. Dalam banyak bidang lain, fakta penting diungkapkan ketika
tak seorang pun mampu mengetahui-nya. Al Quran yang diturunkan ketika manusia
mengetahui hanya sedikit astronomi, fisika, atau biologi, berisi fakta-fakta kunci
seperti penciptaan alam semesta, penciptaan manusia, struktur atmosfer, dan
keseimbangan rumit yang memungkinkan kehidupan di atas bumi.
Sekarang, mari kita cermati sebagian keajaiban ilmiah
yang diungkapkan Al Quran.
Pembentukan Alam Semesta
Asal mula alam semesta diuraikan Al-Quran dalam ayat
berikut:
“Dia Pencipta langit dan
bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia
menciptakan segala sesuatu; dan Dia menge-tahui segala sesuatu.” (QS. Al
An'aam, 6: 101) !
Informasi yang diberikan Al Quran ini sepenuhnya sesuai
dengan temuan sains masa kini. Kesimpulan yang dicapai astrofisika saat ini
adalah bahwa seluruh alam semesta, bersamaan dengan dimensi materi dan waktu,
muncul sebagai akibat dari ledakan besar yang terjadi dalam ketiadaan waktu.
Peristiwa ini, yang dikenal sebagai “Big Bang”, membuktikan bahwa alam semesta
telah diciptakan dari ketiadaan sebagai hasil ledakan satu titik tunggal.
Kalangan ilmiah modern sependapat bahwa “Big Bang” adalah satu-satunya penjelasan
masuk akal yang dapat dibuktikan untuk permulaan dan pembentukan alam semesta.
Sebelum “Big Bang” , materi itu tidak ada. Dari kondisi
“ketiadaan” ketika materi, energi, bahkan waktu, tidak ada, dan kondisi itu
hanya dapat digambarkan secara metafisis materi, energi, dan waktu diciptakan.
Fakta yang ditemukan baru-baru ini oleh fisika modern, telah diumumkan kepada
kita dalam Al Quran 1400 tahun lalu.
Perluasan Alam Semesta
Di dalam Al Quran yang diturunkan 14 abad lalu, ketika
ilmu astronomi masih primitif, perluasan alam semesta telah digambarkan seperti
ini:
“Dan langit itu Kami
bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskan-nya.” (QS. Adz Dzaariyaat, 51: 47) !
Kata “langit”, seperti di-nyatakan dalam ayat ini, diguna-kan
di pelbagai tempat dalam Al Quran dengan arti ruang angkasa dan alam semesta.
Di sini, kata itu digunakan lagi dengan arti tersebut. Dengan kata lain, dalam
Al Quran diungkapkan bahwa alam semesta mengalami “per-luasan”. Dan ini tepat
sama dengan kesimpulan yang dicapai sains saat ini.
Sampai awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang
berlaku di dunia sains adalah bahwa “alam semesta mempunyai sifat konstan dan
ada sejak waktu tak ber-hingga”. Tetapi, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi
modern mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya mempunyai per-mulaan, dan
bahwa ia secara terus-menerus meluas.
Pada awal abad ke-20, ahli fisika Rusia, Alexander
Friedmann, dan kosmolog Belgia, Georges Lemaître, secara teoretis menghitung
bahwa alam semesta bergerak secara konstan dan bahwa ia meluas.
Fakta ini telah dibuktikan juga dengan data pengamatan
pada tahun 1929. Mengamati langit dengan teropong bintang, Edwin Hubble, ahli
astronomi Amerika, menemu-kan bahwa bintang-bintang dan galaksi-galaksi secara
konstan saling menjauhi. Alam semesta, ketika segalanya bergerak saling
menjauhi berarti ia secara konstan meluas. Pengamatan yang dilakukan pada tahun
berikutnya memastikan bahwa alam semesta secara konstan ber-kembang. Fakta ini
telah dijelaskan di dalam Al Quran ketika hal itu belum diketahui siapa pun.
Ini karena Al Quran adalah firman Allah, Yang Maha Pencipta, dan Maha Penguasa
seluruh alam semesta.
Orbit
Ketika merujuk pada matahari dan bulan dalam Al Quran, ditekankan
bahwa masing-masing bergerak dalam orbitnya sendiri.
“Dan Dialah yang telah
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya
itu beredar pada garis edarnya.” (QS. Al Anbiyaa', 21: 33) !
Disebutkan dalam ayat lain pula bahwa matahari tidak
statis tetapi bergerak dalam orbit tertentu:
“Dan matahari berjalan di
tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Yaasin, 36: 38) !
Fakta-fakta yang telah disampaikan Al Quran ini ditemukan
dengan pengamatan perbintangan di masa kini. Menurut perhitungan ahli
astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan sangat tinggi yaitu 720.000
kilometer/jam ke arah bintang Vega dalam orbit tertentu yang disebut Solar
Apex. Hal ini berarti bahwa matahari bergerak kira-kira 17.280.000
kilometer/hari. Bersama matahari, semua planet dan satelit di dalam sistem
gravitasi matahari juga menempuh jarak yang sama. Lebih jauh, semua bintang di
alam semesta berada dalam gerakan terencana yang sama.
Bahwa seluruh alam semesta dipenuhi jalur dan orbit
seperti ini, ditulis dalam Al Quran sebagai berikut:
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (QS.
Adz-Dzaariyaat, 51: 7) !
Ada sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang
terdiri dari hampir 200 miliar bintang pada setiap galaksi. Sebagian besar
bintang mempunyai planet, dan sebagian besar planet mempunyai satelit. Semua
benda luar angkasa ini bergerak dalam orbit yang diperhitungkan dengan tepat.
Selama berjuta-juta tahun, setiap benda langit ini "beredar" pada
orbitnya sendiri dalam keselarasan dan keteraturan sempurna dengan lainnya.
Selain itu, komet juga bergerak bersama di orbit-orbit yang ditentukan bagi mereka.
Orbit di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda
angkasa. Galaksi juga berjalan dengan kecepatan luar biasa pada orbit yang
terencana dan diperhitungkan. Selama pergerakan ini, tidak satu pun benda
angkasa memotong jalur sesamanya, atau saling bertabrakan.
Tentu saja pada waktu Al Quran diturunkan, umat ma-nusia
tidak mempunyai teropong bintang masa kini atau teknologi pengamatan yang maju
untuk mengamati jutaan kilometer ruang angkasa, juga tidak mempunyai
penge-tahuan fisika atau astronomi modern. Karenanya, pada waktu itu, tidak
mungkin menentukan secara ilmiah bahwa ruang angkasa “mempunyai jalan-jalan”
seperti yang dinya-takan dalam ayat Al Quran. Tetapi, ini dinyatakan secara
terbuka kepada kita dalam Al Quran yang diturunkan pada waktu itu: karena Al
Quran adalah firman Allah.
Atap yang Terpelihara
Di dalam Al Quran, Allah mengarahkan perhatian kita pada
sifat langit yang sangat menarik:
“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tanda- tanda
(kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (QS. Al
Anbiya, 21: 32) !
Sifat langit ini telah dibuktikan dengan riset ilmiah
yang dilakukan pada abad ke-20.
Atmosfer yang menyelimuti bumi mempunyai fungsi penting
demi kesinambungan kehidupan. Seraya meng-hancurkan banyak meteor besar dan
kecil yang mendekati bumi, atmosfer mencegah mereka jatuh ke bumi dan
membahayakan makhluk hidup.
Selain itu, atmosfer menyaring cahaya dari luar angkasa
yang berbahaya bagi makhluk hidup. Uniknya, atmosfer membiarkan menerobos cahaya yang bermanfaat dan tidak berbahaya,
seperti sinar tampak, sinar ultraviolet-dekat, dan gelombang radio. Semua
radiasi ini sangat penting bagi kehidupan. Sinar ultraviolet-dekat, yang hanya
sebagian kecil dibiarkan masuk oleh atmosfer, sangat penting untuk fotosintesis
tumbuhan dan untuk pertahanan hidup semua makhluk. Mayoritas sinar ultraviolet
yang kuat dari matahari disaring oleh lapisan ozon atmosfer dan hanya bagian
terbatas dan penting dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.
Fungsi melindungi atmosfer tidak berakhir di sini.
Atmosfer juga melindungi bumi dari dingin luar angkasa yang membekukan, yaitu
sekitar minus 270 derajat Celcius.
Tidak hanya atmosfer yang melindungi bumi dari efek
berbahaya. Selain atmosfer, Sabuk Van Allen - lapisan yang ditimbulkan medan
magnet bumi - juga bertindak sebagai perisai terhadap radiasi berbahaya yang
mengancam planet kita. Radiasi ini, yang secara konstan dipancarkan matahari
dan bintang lain, sangat mematikan bagi makhluk hidup. Jika Sabuk Van Allen
tidak ada, semburan matahari — ledakan energi sangat dahsyat yang sering
terjadi pada matahari — akan menghancurkan semua kehidupan di atas bumi.
Energi yang dipancarkan dari satu semburan yang
terdeteksi baru-baru ini telah dihitung yaitu setara dengan 100 miliar kali bom
atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah
ledakan, diamati bahwa jarum magnet pada kompas menunjukkan pergerakan yang
tidak biasa, dan 250 kilometer di atas atmosfer bumi, temperatur tiba-tiba
meningkat hingga 2.500 derajat Celsius.
Singkatnya, sebuah sistem sempurna bekerja di atas bumi.
Ia menyelimuti dunia kita dan melindunginya dari ancaman luar. Ilmuwan baru
mempelajari tentang hal itu baru-baru ini. Tetapi, berabad-abad lalu Allah
memberi tahu kita dalam Al Quran tentang atmosfer bumi yang berfungsi sebagai perisai.
Langit yang Mengembalikan
Ayat ke-11 Surat Ath Thaariq dalam Al Quran mengacu pada
fungsi “mengembalikan” yang dimiliki langit:
“Demi langit dengan
sistem siklusnya.” (QS. Ath-Thaariq, 86: 11) !
“Sistem siklus” dalam terjemahan Al Quran, juga berarti
“mengirimkan kembali” atau “mengembalikan”.
Sebagaimana diketahui, atmosfer yang melapisi bumi
terdiri dari banyak lapisan. Masing-masing lapisan mempunyai fungsi penting
demi kelangsungan hidup. Riset telah mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini
mempunyai fungsi mengembalikan material atau sinar yang mengenainya ke ruang
angkasa atau kembali ke bumi. Sekarang, mari kita kaji dengan beberapa contoh
fungsi “pengembalian” dari lapisan yang melingkari bumi.
Troposfer, 13-15 kilometer di atas bumi, memungkinkan uap
air naik dari permukaan bumi untuk dikondensasikan dan dikembalikan ke bumi
sebagai hujan.
Lapisan Ozon, pada ketinggian 25 kilometer, mengembalikan
sinar kosmis dan sinar ultraviolet yang berbahaya ke angkasa.
Ionosfer memantulkan siaran gelombang radio dari bumi
kembali ke pelbagai tempat lain di bumi, menyerupai satelit komunikasi pasif,
dan dengan demikian memungkinkan komunikasi tanpa kabel, siaran radio dan
televisi jarak jauh.
Lapisan magnetosfer memantulkan partikel radioaktif berbahaya
yang dipancarkan matahari dan bintang lain kembali ruang angkasa sebelum
menjangkau bumi.
Fakta bahwa sifat lapisan atmosfer yang baru diketahui
belum lama ini telah diumumkan berabad-abad lalu dalam Al Quran, sekali lagi
menunjukkan bahwa Al Quran adalah firman Allah.
Lapisan Atmosfer
Satu fakta tentang alam semesta yang diungkap dalam
ayat-ayat Al Quran adalah bahwa langit terdiri dari tujuh lapisan:
“Dia-lah Allah, yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2: 29) !
“Maka Dia menjadikannya
tujuh langit dalam dua masa dan Dia me-wahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya.“ (QS. Fushshilat, 41: 12) !
Kata “langit” yang muncul dalam banyak ayat Al Quran
digunakan untuk merujuk langit di atas bumi, di samping pula keseluruhan alam
semesta. Mengingat arti kata ini, terlihat bahwa langit bumi, atau atmosfer,
terdiri dari tujuh lapisan.
Memang, saat ini diketahui bahwa atmosfer bumi terdiri
dari lapisan-lapisan yang berbeda yang letaknya saling bertumpukan. Lebih jauh,
langit terdiri dari tujuh lapisan sebagaimana yang digambarkan Al Quran. Dalam
sebuah sumber ilmiah, hal ini diuraikan sebagai berikut:
Ilmuwan telah menemukan
bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan... Setiap lapisan memiliki sifat
fisik berbeda seperti tekanan dan jenis gas... Lapisan atmosfer terdekat dengan
bumi disebut TROPOSFER yang mengandung sekitar 90% massa total atmosfer...
Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER.... LAPISAN OZON adalah bagian
dari stratosfer yang menjadi tempat penyerapan
sinar ultraungu. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER...
TERMOSFER berada di atas mesosfer... Gas terionisasi yang membentuk lapisan di
dalam termosfer disebut IONOSFER... Bagian terluar atmosfer bumi dimulai dari
ketinggian sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini disebut EKSOSFER.53
Jika kita menghitung jumlah lapisan yang disebutkan
sumber ini, kita lihat bahwa atmosfer terdiri tepat tujuh lapisan, sebagaimana
dinyatakan dalam ayat di atas:
1.
Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
Keajaiban penting lainnya dalam hal ini disebutkan dalam
pernyataan “…dan Dia mewahyukan tiap-tiap langit urusannya”, pada ayat ke-12
Surat Fushilat. Dengan kata lain, dalam ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa
Dia memberi setiap lapisan tugas sendiri-sendiri. Sesunguhnya, seperti yang
dapat dilihat pada bagian sebelumnya, setiap lapisan ini mempunyai tugas-tugas
vital demi keuntungan umat manusia dan semua makhluk hidup lainnya di bumi.
Setiap lapisan mempunyai fungsi tertentu, dari membentuk hujan hingga mencegah
sinar berbahaya, dari memantul-kan gelombang radio hingga menolak efek berbahaya
meteor.
Merupakan keajaiban besar bahwa fakta-fakta di atas telah
dipapar-kan dalam Al Quran 1400 tahun lalu, padahal saat itu tanpa teknologi
abad ke-20 mustahil manusia mengetahuinya.
Fungsi Gunung
Al Quran mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis
yang penting dari gunung.
“Dan telah Kami jadikan
di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi ini tidak goncang bersama
mereka...” (QS. Al Anbiyaa', 21: 31) !
Sebagaimana kita lihat, dinyatakan dalam ayat tersebut
bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Fakta ini tidak diketahui siapa pun ketika Al Quran
diturunkan. Bahkan, fakta ini baru terungkap sebagai hasil penemuan geologi
modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil
pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak
bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di
bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk
dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan
membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian
yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di
permukaan bumi.
Dengan kata lain, gunung-gunung mencengkeram lempengan-lempengan
kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada
titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka
memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan
magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat
mengumpamakan gunung dengan paku yang menyatukan bilah-bilah papan.
Dalam sebuah ayat, peran gunung ini ditunjukkan dengan
perumpa-maan sebagai “pasak”:
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?
Dan gunung-gunung sebagai
pasak?” (QS. An-Naba', 78: 6-7) !
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam literatur
ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Kesetimbangan dalam kerak
bumi yang terjaga oleh aliran materi beba-tuan di bawah permukaan akibat
tekanan gravitasi.54
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi
modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Quran berabad-abad
lampau sebagai suatu bukti hikmah mahaagung dalam ciptaan Allah. Dalam ayat
lain dikatakan pula:
“... dan Dia meletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu...”
(QS. Luqman, 31: 10) !
Identitas pada Sidik Jari
Ketika dikatakan dalam Al Quran bahwa mudah bagi Allah
untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, sidik jari manusia secara
khusus ditekankan:
“Bukankah demikian,
sebenarnya Kami kuasa menyusun ujung-ujung jarinya dengan sempurna.” (QS. Al
Qiyaamah, 75: 4) !
Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus,
karena sidik jari setiap orang unik bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang
hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik.
Itulah sebabnya sidik jari diterima sebagai bukti
identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di
seluruh penjuru dunia.
Namun, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini
baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menganggap sidik jari
sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Tetapi dalam Al Quran,
Allah menunjuk sidik jari, yang sedikit pun tidak menarik perhatian orang waktu
itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru
mampu dipahami di masa kini.
Pergerakan Gunung
Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung
tidaklah diam sebagaimana kelihatannya, tetapi mereka terus-menerus bergerak.
“Dan kamu lihat
gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan
sebagaimana jalannya awan.” (QS. An-Naml, 27: 88) !
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak
bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seakan terbawa hanyut di atas lapisan
mantel yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam
sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa
benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun
kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka
bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener
baru pada tahun 1980, lima puluh tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah
dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar
500 juta tahun lalu, seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi adalah
satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua
yang setiap bagiannya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau
benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika
dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa,
Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini,
Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea
telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa
sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan
luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian
geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa
ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar mantel, dengan ketebalan sekitar
100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam
lempengan utama dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut
lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada per-mukaan bumi,
membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan
berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut
terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara
perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantik menjadi sedikit lebih
lebar.55
Ada hal yang sangat penting yang perlu dikemukakan di
sini. Dalam ayat tersebut di muka, Allah telah menyebutkan gerakan gunung
sebagai-mana jalannya awan yang bergeser. (Ilmuwan modern juga menggunakan
istilah “continental drift” atau “geseran benua” untuk gerakan ini.)56
Tidak diragukan lagi, ini merupakan salah satu kejaiban
Al Quran bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh ilmuwan,
telah dinyatakan dalam Al Quran.
Keajaiban pada Besi
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas
dalam Al Quran. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti “besi”, kita diberitahu
bahwa:
“...Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia...” (QS. Al Hadiid, 57: 25) !
Kata “anzalnaa” atau berarti “kami turunkan” yang khusus
diguna-kan untuk besi dalam ayat ini, dapat dianggap memiliki arti kiasan untuk
menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tetapi
jika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni “secara fisik
diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini menyatakan
keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini karena penemuan astronomi modern telah mengungkap
bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang
raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan di
dalam inti bintang-bintang raksasa. Tetapi sistem tata surya kita tidak
memiliki struktur yang cocok untuk menghasil-kan besi secara mandiri. Besi
hanya dapat dibuat dan dihasilkan di dalam bintang-bintang yang jauh lebih
besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika
jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang
tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa
yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat ledakan ini, meteor-meteor yang
mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak
melalui ruang hampa sampai ditarik gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di
bumi tetapi kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui
meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat
tersebut. Jelas bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad
ke-7 ketika Al Quran diturunkan.
Angin yang Mengawinkan
Dalam sebuah ayat Al Quran disebutkan sifat angin yang
menyuburkan dan pembentukan hujan sebagai hasilnya.
“Dan Kami telah meniupkan
angin untuk mengawin-kan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri
minum kamu dengan air itu.” (QS. Al Hijr, 15: 22) !
Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam
pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya hubungan
antara angin dan hujan yang dike-tahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan
awan. Namun, penemuan ilmu meteorologi modern telah menun-jukkan peran
“mengawinkan” dari angin dalam pemben-tukan hujan.
Fungsi mengawinkan dari angin ini terjadi dengan cara
berikut:
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung uda-ra
yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pemben-tukan buih. Pada saat
gelembung-gelembung ini pecah, ribu-an partikel kecil dengan diameter
seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal
seba-gai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan
selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. Partikel-partikel ini dibawa naik
lebih tinggi oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun
di seki-tar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air.
Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul mem-bentuk awan, kemudian jatuh ke
bumi dalam bentuk hujan.
Sebagaimana kita lihat, angin “mengawinkan” uap air yang
melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan
akhirnya membantu pembentukan awan hujan.
Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran
air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujan pun tidak
akan pernah terjadi.
Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari
angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam
sebuah ayat Al Quran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja fenomena
alam.
Kadar Hujan
Fakta lain yang diberikan dalam Al Quran mengenai hujan
adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan
dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut:
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan
dengan air itu negeri yang mati,
seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari
dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, 43:11) !
Kuantitas hujan yang sudah ditentukan ini telah
dite-mukan pula melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik,
sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun
ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke
bumi dalam satu tahun. Ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus
yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Kehidupan di bumi
bergantung pada siklus air ini. Bahkan, sekalipun manusia menggunakan semua teknologi
yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.
Bahkan, satu penyimpangan
kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi
yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi
dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama
seperti dinyata-kan dalam Al Quran.
Laut-Laut Tidak Saling Bercampur
Salah satu sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan
berkaitan dengan ayat Al Quran:
“Dia membiarkan dua
lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang
tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar Rahmaan, 55: 19-20) !
Sifat lautan yang saling bertemu, tetapi tidak saling
bercampur ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Disebabkan
gaya fisika yang disebut “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling
bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan
permukaan mencegah lautan bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding
tipis yang memisahkan mereka.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika
manusia tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai fisika, tegangan permukaan,
maupun ilmu kelautan, hal ini telah diungkap dalam Al-Quran.
Jenis Kelamin Bayi
Hingga baru-baru ini, orang mengira bahwa jenis kelamin
bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis
kelamin ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita
mendapat-kan informasi yang berbeda dari Al Quran, yang menyatakan bahwa jenis
kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan “dari air mani apabila
dipancarkan”.
“Dan bahwasanya Dia-lah
yang menciptakan berpa-sang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani,
apabila dipancarkan.” (QS. An Najm, 53: 45-46) !
Ilmu genetika dan biologi molekuler yang berkembang telah
membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Quran ini. Kini
diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria,
dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penen-tuan jenis
kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan struktur se-orang manusia
diidenti-fikasi sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut
"XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini
didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf
ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan
kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari
penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada
dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah
menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel
kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi
kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom
X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi
yang akan lahir berjenis kelamin pria. Dengan kata lain, jenis kelamin bayi
ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur
wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga
ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di kalangan masyarakat,
diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa
kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manu-sia, Al
Quran telah mengungkapkan informasi yang meng-hapuskan keyakinan takhayul ini,
dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, tetapi air
mani dari pria.
Gumpalan Daging yang Melekat pada Rahim
Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan
dalam Al Quran mengenai pembentukan manusia, sekali lagi kita akan menjumpai
keajaiban ilmiah yang sungguh penting.
Ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita,
intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai
“zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri
hingga akhirnya menjadi “segumpal daging.” Tentu saja, hal ini hanya dapat
dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap
pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang
kokoh menancap di bumi dengan serabutnya. Melalui hubungan ini, zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya.
Di sini, pada tahap ini, satu keajaiban penting dari Al
Quran terungkap. Ketika merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu,
Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Quran:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah.” (QS. Al 'Alaq, 96: 1-3) !
Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang
menempel pada suatu tempat.” Kata ini secara harfiah digunakan untuk
menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk mengisap darah.
Tentunya penggunakan kata yang demikian tepat untuk zigot
yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, mem-buktikan bahwa Al Quran merupakan wahyu
dari Allah, Tuhan Semesta Alam.
Otot yang Membungkus Tulang
Aspek penting lain tentang informasi yang disebutkan
dalam ayat-ayat Al Quran adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim
ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, tulang-tulang
terbentuk lebih dahulu, kemudian terbentuklah otot yang membungkus
tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al
Mu'minuun, 23: 14) !
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari
perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli
embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama, banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan
mikroskop yang dilakukan dengan ban-tuan teknologi baru telah mengungkap bahwa
pernyataan Al Quran adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa
perkemba-ngan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang
digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai
mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar
tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah
yang berjudul Developing Human, dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh,
rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuk yang
kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot
menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang.57
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana
di-gambarkan dalam Al Quran, benar-benar sesuai dengan temuan embrio-logi
modern.
Tiga Tahap Perkembangan Bayi dalam Rahim
Dalam Al Quran dipaparkan bahwa manusia diciptakan
melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
“Dia menjadikan kamu
dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan, adalah Allah,
Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az Zumar,
39: 6) !
Sebagaimana akan dipahami, ayat ini menunjukkan bahwa
seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya melalui tiga tahapan yang
berbeda. Benar, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada
bayi terjadi dalam tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu. Dewasa ini, di
semua buku pelajaran embriologi yang dipakai fakultas-fakultas kedokteran, hal
ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human
Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini
diuraikan sebagai berikut: “Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan:
pre-embrionik, dua setengah minggu pertama; embrionik, sampai akhir minggu
kedelapan; dan fetus/janin, dari minggu kedelapan sampai kelahiran.58
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari
perkem-bangan bayi. Ringkasnya, ciri-ciri utama tahap perkembangan tersebut
adalah sebagai berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui
pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri
pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar, sel-sel
penyu-sunnya pun mengatur diri sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu.
Pada masa ini, bayi disebut sebagai “embrio.” Pada tahap ini, organ dan sistem
tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
- Tahap Fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut
sebagai “fetus.” Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hingga masa
kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah menyerupai manusia,
dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang
hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang
lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan bayi dalam rahim ibu,
baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan de-ngan peralatan modern. Namun
sebagaimana fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam
ayat-ayat Al Quran dengan cara yang luar biasa. Fakta bahwa informasi yang
sedemikian terperinci dan akurat diberikan dalam Al Quran pada saat bidang
kedokteran masih primitif, merupakan bukti nyata bahwa Al Quran bukanlah ucapan
manusia melainkan firman Allah.
Air Susu Ibu
Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang
luar biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang
baru lahir, di samping sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya
terhadap penyakit. Bahkan, makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini
tak mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini.
Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi
bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu
adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat
bermanfaat.59 Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad
lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam
ayat-Nya “…menyapihnya dalam dua tahun….”
“Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman, 31: 14) !
Kesimpulan
Semua yang sudah kita cermati sejauh ini menunjukkan
fakta yang jelas bahwa Al Quran adalah kitab yang seluruh berita di dalamnya
terbukti kebenarannya. Fakta tentang hal-hal ilmiah dan berita tentang masa
depan, fakta-fakta yang tak seorang pun mengetahuinya pada saat itu, telah
dipaparkan dalam ayat-ayatnya. Adalah mustahil informasi ini diketahui dengan
tingkat pengetahuan dan teknologi saat itu. Sudah jelas bahwa ini menjadi bukti
Al Quran bukan perkataan manusia. Al Quran adalah firman Tuhan, Yang Mahakuasa,
Maha Pemula Segalanya dan Yang Menguasai Segalanya dengan ilmu-Nya. Dalam satu
ayat, Allah berfirman: “Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan
pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An Nisa', 4: 82) Tidak hanya tiada pertentangan dalam Al
Quran, tetapi setiap informasi di dalamnya mengungkapkan mukjizat kitab suci
ini semakin banyak setiap harinya.
Yang menjadi kewajiban manusia adalah berpegang teguh
pada kitab suci yang telah diturunkan Allah ini, dan menerimanya sebagai
satu-satunya penunjuk jalan baginya. Dalam salah satu ayat, Allah memerintahkan
kita:
“Dan Al Quran itu adalah
kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar
kamu diberi rahmat.” (QS. Al An'aam, 6: 155) !
BUKU DUA
BAB 5 ILMUWAN YANG MEYAKINI KEBERADAAN TUHAN
Bagaimanapun keras
kepalanya kaum materialis dan ateis, kebenaran tunggal tetap nyata: Tuhan telah
menciptakan seluruh bentuk kehidupan dan sistem yang membangun bifang-bidang
sains. Karena itu, tidak ada keraguan lagi bahwa sains dan agama dapat
didamaikan selama keduanya dipraktikkan secara jujur dan penuh kesadaran.
Kesesuaian nyata ini ditandai dengan banyak-nya “ilmuwan yang meyakini
keberadaan Tuhan,” baik dulu maupun sekarang, yang telah memberikan kontribusi
besar terhadap kemanusiaan.
Ilmuwan, yang mempraktikkan sains, membuat
penemuan-penemuan baru dan bekerja untuk mengungkap rahasia alam semesta,
sesungguhnya adalah orang yang menyelidiki cita seni Tuhan secara mendalam dan
mencoba mencari detail di dalamnya. Itu sebabnya agama dan sains merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ilmuwan adalah seseorang yang membuktikan
kekuasaan tak terbatas, cita seni, dan keunikan Tuhan dalam ciptaan-Nya. Untuk
alasan ini, berlawanan dengan kepercayaan populer, ilmuwan menjadi orang
pertama yang menghayati eksistensi dan keesaan Tuhan, karena merekalah yang
tenggelam dalam penelitian terhadap ciptaan-ciptaan Tuhan.
Tidak mengherankan, terdapat banyak ilmuwan yang telah
memberikan kontribusi penting terhadap sains dengan menggunakan pemikiran bebas
dan keluasan wawasan yang mendorong mereka untuk memahami agama. Mereka tidak
hanya menunjukkan bahwa sains dan agama sepenuhnya sejalan, tetapi juga
memberikan manfaat besar bagi sains dan kemanusiaan. Sebagai hasil penelitian
dan pengamatan mereka, ilmuwan terkemuka yang menjadi perintis sains seperti
Newton, Kepler, Leonardo da Vinci, dan Einstein, percaya bahwa alam semesta
diciptakan dan diatur Tuhan, dan berada dalam kendali-Nya. Lagipula,
orang-orang berimanlah yang menemukan prinsip-prisip dasar sains, dan ini
berarti agama berperan penting dalam kemunculan sains.
Isaac Newton yang dianggap sebagai ilmuwan terbesar
sepanjang zaman, menyatakan dengan jelas pandangannya tentang alam dalam
kata-kata berikut:
Kelangsungan sistem
matahari, planet-planet, dan komet-komet yang paling indah ini terjaga hanya
karena petunjuk dan kehendak Zat yang Mahacerdas dan Mahakuasa. Zat ini
mengatur segalanya… sebagai Tuhan semesta alam, dan atas nama kekuasaan-Nya.
Dia biasa dipanggil Tuhan Yang Mahaagung, penguasa semesta alam.60
Merupakan fakta terkenal bahwa prestasi ilmiah Kepler
bersumber dari keyakinan religiusnya. Arno Penzias, penerima Anugerah Nobel
dalam bidang fisika pada tahun 1978, dan salah satu penemu radiasi latar
belakang kosmik, memberikan komentarnya tentang Kepler :
Ini berawal bukan dari
keberhasilan Copernicus, melainkan dari keberha-silan Kepler. Itu karena,
bagaimanapun, pendapat tentang perputaran bumi dan sebagainya berawal pada masa
ketika para ilmuwan saling ber-tukar pendapat. Semua ini berlangsung sampai
kami menemukan seo-rang dengan keyakinan sejati, dan orang itu adalah
Kepler…Dia benar-benar percaya kepada Tuhan sebagai pembuat hukum…Dan dia
berka-ta, pasti ada sesuatu yang lebih sederhana dan lebih berkuasa. Sekarang,
dia beruntung atau mungkin ada sesuatu yang lebih mendalam, tetapi keyakinan
Kepler membuahkan hukum-hukum alam. Jadi sejak saat itu, perjuangan menjadi
lebih keras lagi. Tetapi, abad demi abad berlalu, kami mendapati bahwa
hukum-hukum alam yang sederhana benar-benar ber-laku. Jadi harapan itu masih
menyertai para ilmuwan. Dan itu datang ter-utama dari Kepler, dan Kepler
memperolehnya dari kepercayaannya...61
Pada bagian ini, kita
akan membicarakan ilmuwan beriman dari masa lalu hingga masa kini, yang telah
menemukan dan mengembangkan sains modern, termasuk juga kontribusi mereka
terhadap sains. Seluruh ilmuwan yang disebutkan dalam bagian ini percaya bahwa
alam semesta dan seluruh bentuk kehidupan diciptakan oleh Tuhan. Kata-kata
Francis Bacon menggambarkan penghargaan seorang ilmuwan beriman terhadap
seluruh makhluk ciptaan Tuhan:
Karena semua karya
menunjukkan kemampuan dan keterampilan manusia pembuatnya, …demikian pula karya
Tuhan; yang menunjukkan kemahakuasaan dan kebijaksanaan Pembuatnya.62
Dalam firman-firman-Nya, Allah menyatakan bahwa salah
satu jalan untuk memperoleh kemampuan berpikir tentang ciptaan, takut
kepada-Nya, mengakui segalanya sebagai ciptaan-Nya, dan untuk memahami
kemahakuasaan-Nya adalah dengan “mempunyai ilmu”:
“Perumpamaan orang-orang
yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang
membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba
kalau mereka mengetahui.” (QS. Al 'Ankabuut, 29: 41-44) !
“Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Ar-Ruum, 30: 22) !
“Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Ali ‘Imran, 3: 18) !
“Tetapi orang-orang yang
mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada
apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran) dan apa yang telah diturunkan
sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami
berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. An-Nisa, 4: 162) !
Para Ilmuwan Terdahulu
yang Meyakini Keberadaan Tuhan
Roger Bacon (1220 - 1292)
“Kekuatan keyakinan menjadi penerang.”63
Disebut Doktor Mirabiles (Doktor yang Menakjubkan) oleh
orang-orang yang sezaman dengannya. Roger Bacon adalah seorang ilmuwan dan ahli
teologi Inggris yang lebih menekankan metode eksperimen, dan mengakhiri
beberapa kebiasaan kuno yang banyak dilakukan dalam sains pada masanya. Bacon
meramalkan sejumlah terobosan teknologi yang akan terjadi beratus-ratus tahun
kemudian, yang sangat sukar bahkan untuk dipahami pada waktu itu. Kapal uap,
kereta api, mobil, kapal terbang, derek, dan jembatan gantung, adalah sebagian
kecil inovasi yang diramalkannya pada abad ke-13.
Dalam surat kepada temannya, Bacon menulis:
Pertama, dengan figurasi
seni akan dibuat alat-alat navigasi tanpa perlu manusia untuk mendayungnya,
sehingga kapal-kapal besar menjelajahi lautan hanya dengan disetir oleh satu
orang, dan mereka bisa berlayar jauh lebih cepat daripada jika dipenuhi
manusia. Juga kereta yang akan bergerak dengan kekuatan tak terbayangkan tanpa
satu pun makluk hidup yang menjalankannya.64
Dengan meyakini bahwa cahaya diciptakan Tuhan untuk
memudahkan manusia melihat, Bacon melakukan penelitian dalam bidang ini. Dia
menemukan karakteristik pembesaran lensa optik dan manfaatnya. Dia menjadi
orang pertama yang berpendapat bahwa cahaya yang dipancar-kan bintang tidak
mencapai bumi secara serentak. Akhir-nya, Bacon berpendapat bahwa bumi itu
tidak datar, tetapi bulat, sekitar 200 tahun sebelum Christopher Columbus, dan
India bisa dicapai dengan berlayar ke barat dari Eropa.
Meyakini bahwa kesimpulan yang diperolehnya dari
pengamatan sangat bermanfaat bagi kalangan beriman, Bacon berkata:
“Maka sains ini sangat
berguna jika berkenaan dengan ka-langan beriman, karena kita melihat di
dalamnya pengeta-huan khusus tentang masa depan, sekarang, dan dulu.”65
Bacon, sebagai ilmuwan, berpendapat bahwa sains tidak
bertentangan dengan agama, tetapi dapat menjadi alat yang penting untuk
membantu meyakinkan orang-orang yang tidak percaya. Dia menyatakan bahwa “sains
ini paling ampuh untuk meyakinkan manusia agar beriman.66
Francis Bacon (1561 - 1626)
Bacon, ilmuwan dan salah satu pendiri metode ilmiah,
dikenal sebagai seorang yang beriman dan taat kepada Tuhan. Dia menyatakan
dalam Novum Organum, bahwa “setelah firman Tuhan, sains merupakan obat paling
manjur untuk memerangi takhayul, dan pendukung kuat bagi keimanan.67
Galileo Galilei (1564 - 1642)
Galileo Galilei adalah orang pertama yang menggunakan
teleskop untuk meneliti langit. Galileo berpendapat bahwa bumi itu bulat. Ia
menjadi orang pertama yang menemukan daerah gelap, kawah, dan bukit-bukit di
bulan. Galileo yang terkenal dengan banyak kontribusinya terhadap sains,
percaya bahwa indera, kemampuan untuk berbicara dan kecerdasan, diberikan Tuhan
kepada manusia, dan bahwa pemberian itu harus digunakan sebaik mungkin. Dia
berpendapat, sudah sangat jelas bahwa alam dirancang oleh Tuhan. Dia berkata
bahwa alam merupakan kitab lain yang ditulis Tuhan, dan bahwa kebenaran sains
dan kebenaran agama tidak saling bertentangan karena Tuhanlah penulis semua
kebenaran itu.68
Johannes Kepler (1571 - 1630)
Karena kami para ahli astronomi adalah pembawa pesan
Tuhan yang menyampaikan kitab alam, sudah selayaknya kami berpikir, bukan demi
kebesaran pemikiran kita, melainkan di atas segalanya, demi keagungan Tuhan. 69
Kepler, seorang pendiri astonomi modern, menemukan
pergerakan elips planet-planet, menentukan rumus untuk menghubungkan periode
orbit planet terhadap jarak planet-planet tersebut dari matahari, dan
menyem-purnakan tabel astronomi yang memungkinkan perhitungan posisi planet
untuk setiap saat di masa lalu atau masa depan.
Sebagai seorang ilmuwan, Kepler juga percaya bahwa alam
semesta diciptakan oleh Sang Pencipta. Ketika dia ditanya mengapa dia menekuni
sains, dia berkata “Saya pernah bercita-cita menjadi teolog… tetapi dengan
kerja keras, sekarang saya bisa melihat betapa Tuhan juga diagungkan dalam
astronomi, karena 'langit menyatakan kebesaran-Nya'”.70
Kehidupan Kepler, yang percaya bahwa keagungan Tuhan
termanifestasi dalam segala yang diciptakan-Nya, merupakan contoh betapa sukses
dan luas wawasan seorang ilmuwan yang mengakui bahwa ada tujuan tertentu dari
pen-ciptaan alam. “Siapa yang telah memberikan beruang putih dan serigala putih
kepada daerah bersalju di Selatan, dan memberikan makanan berupa paus kepada
beruang dan telur burung kepada serigala?” tanya Kepler, dan kemudian
menja-wab: “Mahabesar Tuhan kita dan Mahabesar kebaikan-Nya, dan
kebijaksanaan-Nya tiada terukur: pujilah Dia, penguasa langit! Pujilah Dia,
penguasa matahari, bulan, dan planet-pla-net! Gunakanlah setiap indera untuk
memahami, setiap lidah untuk menyatakan penciptamu. Pujilah Dia, pemilik
keselara-san angkasa! Pujilah Dia, pengatur keselarasan yang terung-kap: Engkaulah
jiwaku, pujilah Tuhan Sang Pencipta, selagi saya masih bisa: karena dari Dia
dan melalui Dia dan di dalam Dia adalah segalanya, baik yang bisa dirasakan
maupun yang dipahami; karena Dia memiliki apa yang sepenuhnya tidak kita
ketahui dan apa yang kita ketahui sedikit saja; karena masih lebih banyak lagi
di luar itu. Hanya bagi Dialah pujian, penghormatan, keagungan, dunia tanpa
akhir.”71
Johannes Baptista von Helmont
(1579 - 1644)
Sebagai perintis ilmu kimia udara dan fisiologi kimia,
von Helmont menemukan termometer dan barometer. Walter Pagels, yang menulis
buku tentang aspek-aspek religius sains von Helmont, menyatakan bahwa ia
mendapatkan inspirasi dari kepercayaan religius dalam penelitiannya.72
Blaise Pascal (1623 - 1662)
Dengan kontribusinya terhadap inovasi terbesar dalam
bidang geometri sejak masa Yunani Kuno, Pascal adalah ilmuwan terkenal, yang
membuat penemuan-penemuan besar sejak masa mudanya. Selain kontribusinya
terhadap matematika, Pascal juga berjasa untuk penemuan-penemuan monumental
dalam bidang fisika. Dia melakukan se-jumlah penelitian mekanika atmosfer dan
zat cair, dan membuktikan bahwa tekanan atmosfer berubah me-nurut ketinggian.
Sebagai tokoh terkemuka dalam sejarah sains, Pascal juga memiliki spiritualitas
mendalam. Dia merujuk kepada kekuatan abadi Tuhan ketika dia mengatakan bahwa
Tuhan ada-lah pencipta segala sesuatu, dari matematika sampai tatanan
unsur-unsur.73
John Ray (1627 - 1705)
Dikenal sebagai ahli botani, John Ray, adalah seorang
yang religius. Dia merasa bahwa jika manusia ditempatkan di bumi untuk
mencerminkan kembali kepada Tuhan keagungan seluruh ciptaan-Nya, maka dia wajib
memerhatikan setiap ciptaan Tuhan. Pada masa mudanya, terdorong oleh pandangan
ini, Ray menyibukkan diri dalam penelitian ilmiah. Dia menjadi ahli botani dan
zoologi yang terkenal pada masanya. Dia menulis buku yang diterima banyak
kalangan, The Wisdom of God In Creation. Dalam buku ini, Ray mengenalkan ribuan
jenis tanaman, serangga, burung, ikan, dan lain-lainnya, dan menyatakan bahwa
alam mengungkapkan eksistensi Tuhan. Menurutnya, karya ciptaan Tuhan adalah
karya yang diciptakan Tuhan sejak awal, dan oleh Dialah alam dipelihara sampai
hari ini dalam keadaan dan kondisi yang sama dengan pada waktu diciptakan
pertama kali.“74 Ray, yang telah memberikan kontribusi banyak pada botani,
selalu menekankan bahwa sains dan agama bertemu dalam banyak hal. Sikapnya
dapat lebih dipahami dengan perkataannya: “Untuk manusia bebas, tidak ada
pekerjaan yang lebih bermanfaat dan menyenangkan daripada mengamati keindahan
kejadian alam dan menghormati kebijaksanaan serta kebaikan tak terhingga dari
Tuhan.”75
Robert Boyle (1627 - 1691)
Dianggap sebagai bapak kimia modern, Boyle membuat
sejumlah penemuan ilmiah revolusioner. Dia menemukan hubungan antara perubahan
pada tekanan udara dan volume yang ditempati udara, yang sekarang dikenal
dengan “Hukum Gas Boyle.” Penemuannya yang lain mencakup suatu jenis kertas
lakmus dan kulkas primitif. Dia menunjukkan bahwa air mengembang ketika
dibekukan. Dia juga memberikan definisi modern untuk “unsur,” dan memberikan
kontri-busi terhadap teori atomisme, yang menyatakan bahwa jika udara dapat
ditekan maka pasti ada ruang kosong di antara partikel-partikelnya.
Selain berjasa dalam penemuan-penemuan ilmiah seperti itu,
Boyle juga dikenal sebagai orang dengan keimanan kuat pada Tuhan. Dia percaya
bahwa ada rancangan cerdas di alam yang diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa.
Boyle mengajarkan dalam ceramah dan tulisannya, bahwa sains dan kepercayaan
kepada Tuhan harus berdiri berdampingan.
Dalam satu ceramahnya, dia berkata: “Ingatlah untuk selalu mengagungkan Zat
yang menciptakan alam… Pergunakanlah pengetahuan untuk membawa kebaikan bagi
umat manusia.”76
Di tempat lain, dia berkomentar bahwa kesempurnaan pada
makluk hidup secara eksplisit menunjukkan eksistensi Tuhan:
Pengaturan yang luar
biasa dari sistem dunia, terutama struktur ajaib tubuh binatang dan penggunaan
panca indera mereka serta bagian-bagian lainnya, telah dijadikan motif utama
sehingga setiap zaman dan setiap bangsa memengaruhi ilmuwan untuk mengakui
Tuhan sebagai pencipta semua struktur yang mengagumkan ini.77
Antonie von Leeuwenhoek
(1632 - 1723)
Adalah von Leeuwenhoek yang telah menemu-kan bakteri. Von
Leeuwenhoek belajar untuk menga-sah sendiri lensa pembesarnya untuk mengamati
kain. Tergugah dengan apa yang dilihatnya, dia mulai memproduksi alat pembesar
lainnya dan menjadi orang pertama yang melihat dan menggambarkan bakteri
melalui mikroskop.
Tujuannya untuk menyanggah gagasan ge-nerasi spontan
tanpa Pencipta, dan mendorongnya untuk melakukan studi ilmiah yang penting.
Untuk merealisasikan tujuan itu, dia mempelajari sis-tem nutrisi pada tumbu-han
dan binatang, me-neliti spermatozoa,
trans-portasi nutrisi pada tum-buhan, serta struktur dan fungsi pelbagai bagian
tumbuhan. Sel darah juga menjadi subjek penelitiannya. Dia ada-lah orang
pertama yang mempelajari pembuluh kapiler dan melihat sel-sel darah melaluinya.
Sebelum Leewenhoek, tidak seorang pun tahu bahwa otot tersusun dari serat.78
Isaac Newton (1642 - 1727)
Dianggap sebagai ilmuwan terbesar yang pernah hidup,
Newton adalah ahli matematika sekaligus ahli fisika. Sumbangan terbesarnya
terhadap sains adalah penemuan hukum gravitasi universal. Dia menambahkan
konsep massa pada hubungan antara daya dan percepatan; mengenalkan hukum aksi
dan reaksi, dan menge-mukakan tesis bahwa objek bergerak akan terus bergerak
pada garis lurus dengan kecepatan tetap kecuali diberi daya. Hukum gerak Newton
masih tetap digunakan selama empat abad, dari perhitungan teknik paling
seder-hana sampai proyek teknologi yang rumit. Sumbangan Newton tidak terbatas
hanya gravitasi, tetapi juga meluas ke bidang mekanik dan optik. Dengan
menemukan tujuh warna cahaya, Newton menjadi peletak dasar disiplin ilmu baru bernama
optik.
Di samping penemuan-penemuannya yang inovatif, Newton
menulis esai kritik yang menolak ateisme dan mem-bela penciptaan. Dia mendukung
gagasan bahwa “pencip-taan adalah
satu-satunya penjelasan ilmiah.” Newton per-caya bahwa alam semesta mekanik,
yang dianalogikannya sebagai jam raksasa yang bekerja nonstop, pasti merupakan
karya Pencipta Yang Mahakuasa dan Mahabijak.
Di belakang penemuan-penemuan Newton yang mengubah arah
perjalanan dunia, adalah hasratnya untuk selalu dekat dengan Tuhan. Newton
menyelidiki ciptaan Tuhan untuk mengenal-Nya dengan lebih baik. Untuk tujuan
ini, dia membaktikan diri dalam penelitian dengan sekuat tenaga. Newton
mengemukakan alasan yang mendasari usaha keras untuk sains dalam tulisannya
yang terkenal Principia Mathemathica:
…Dia (Tuhan) itu abadi
dan tak terbatas, Mahakuasa dan Mahatahu; yaitu kurun waktu-Nya dari keabadian
hingga keaba-dian; kehadiran-Nya dari ketidakterhing-gaan sampai
ketidakterhinggaan; Dia mengatur segala sesuatu, dan menge-tahui segala sesuatu
yang sedang dan dapat dilakukan. Dia.... Mahaabadi dan Tak Terbatas; Dia
Mahakekal dan Mahahadir. Dia akan ada selamanya, dan hadir di mana saja; dan
Dia dengan hadir selalu serta di mana saja, Dia mengatur ruang dan waktu…Kita
mengenal-Nya hanya dari pengaturan-Nya yang paling bijak dan sempurna terhadap
segala sesuatu…Kita tunduk dan meng-agungkan-Nya sebagai hamba-Nya…79
John Flamsteed (1646 - 1719)
Dia adalah pendiri Observatorium Greenwich
yang terkenal dan ahli astronomi pertama kerajaan Inggris. Flamsteed, setelah
penelitian tak terhitung banyaknya, membuat peta bintang pertama pada era
teleskop. Dia juga seorang pendeta.
John Woodward (1665 -
1728)
Woodward adalah salah seorang penemu ilmu geologi. Salah
satu sumbangan Woodward yang berharga adalah pendirian museum paleontologi di
Cambridge, dan cabang geologi di sana.
Carolus Linnaeus (1707 - 1778)
Linnaeus, seorang ilmuwan yang sangat
agamis, telah melakukan banyak penelitian penting dalam botani. Dia membuktikan
bahwa tumbuhan berkembang biak dengan kawin, dan memperkenalkan kepada sains
“Taksonomi Biologis.”
Jean Deluc (1727 - 1817)
Deluc adalah seorang ahli fisika Swiss yang mencipta-kan
istilah “geologi.” Dia dan ayahnya mengembangkan termometer raksa dan
higrometer modern. Dia terkenal dengan kepercayaannya pada penciptaan, serta
penentang-annya terhadap gagasan bahwa alam semesta dan kehidupan muncul secara
kebetulan.
Sir William Herschel
(1738 - 1822)
Herschel adalah salah seorang ahli astronomi yang paling
sukses pada abad ke-18. Dia juga seorang ilmuwan beriman. Dia telah membangun
teleskop reflektor paling canggih di zamannya, mendata dan mempelajari nebula
dan galaksi, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Herschel-lah yang
mengatakan bahwa “Ahli astronomi yang tidak beriman pasti gila,” menegaskan
bahwa sangat mengherankan jika ilmuwan yang mempelajari astronomi dan
menyaksikan keselarasan sempurna alam semesta, tidak bisa memercayai Tuhan.80
`
William Paley (1743 - 1805)
Paley adalah seorang ilmuwan yang meyakini pencip-taan.
Karyanya, Natural Theology menjadi salah satu buku laris pada masanya. Paley
merasa bahwa “jika karya seni dihasil-kan oleh manusia, maka makhluk hidup
harus dihasilkan oleh Zat yang jauh lebih unggul dari manusia.” Menurut Paley,
fakta bahwa seluruh makhluk hidup dilengkapi dengan pelbagai keistimewaan yang
mereka butuhkan untuk bertahan hidup dalam lingkungan mereka, merupakan “tanda
penciptaan yang membuktikan adanya rancangan, dan Pencipta yang
merancangnya.”81
George Cuvier (1769 - 1832)
Cuvier adalah salah seorang ahli anatomi dan paleontologi
termasyhur. Dia dianggap sebagi pendiri ilmu anatomi perbandingan, dan salah
seorang perancang paleontologi menjadi disiplin ilmu terpisah. Dia seorang
kreasionis yang tegas, bahkan sering berpartisipasi dalam perdebatan penting
evolusi dan kreasi.82
Humphney Davy (1778 - 1829)
Dikenal sebagai orang beriman, Davy adalah salah seorang
ahli kimia terbesar di masanya, dan orang yang pernah menjadi guru Faraday. Dia
menjadi orang pertama yang menemukan banyak unsur kimia yang penting,
mengembangkan teori gerak panas, merancang lampu tambang, menunjukkan bahwa
intan adalah karbon, dan masih banyak lagi sumbangan penting lainnya.
Adam Sedgwick (1785 - 1873)
Seorang ahli geologi Inggris yang terkemuka pada abad
ke-19, Sedgwick, terutama dikenal karena mengidentifikasi dan menamai sistem
batuan utama yang dikenal sebagai Kambrian dan Devonian. Dia juga seorang
pendeta, dan walaupun dia teman Charles Darwin, dia selalu menentang gagasan
evolusinya.83
Michael Faraday (1791 - 1867)
Diakui dunia sebagai salah seorang ahli fisika ternama
sepanjang waktu, Faraday terutama berbakat mengem-bangkan ilmu baru tentang
listrik dan magnet. Dia juga telah memberikan sumbangan-sumbangan penting dalam
bidang kimia.
Faraday adalah seorang ilmuwan yang percaya eksistensi
Pencipta, yakin bahwa sains dan agama saling selaras. Dia percaya, karena satu
Tuhan menciptakan dunia, maka seluruh alam semesta saling berkaitan sebagai
satu kesatuan. Berdasarkan gagasan ini, dia mengambil kesimpulan bahwa listrik
dan magnet berhubungan.84
Samuel Morse (1791 - 1872)
Morse adalah seorang ilmuwan hebat yang dikenal karena
menemukan telegrap. Dia juga membuat kamera pertama di Amerika.
Morse percaya akan eksistensi Pencipta yang telah
menciptakan segala sesuatu untuk alasan tertentu. Dia merasa bahwa dunia
material dan dunia spiritual bekerja dalam keselarasan. Hanya empat tahun
sebelum me-ninggal, Morse menulis:
“Semakin dekat saya pada akhir pencarian saya, keagungan dan kemuliaan
penyembuhan Tuhan bagi manusia yang berdosa semakin disyukuri dan masa depan
disinari dengan harapan dan kebahagiaan.”85
Joseph Henry (1797 - 1878)
Seorang ahli fisika Amerika ternama dan ilmuwan yang
taat, Joseph Henry, adalah guru besar di Universitas Princeton. Henry, yang
menemukan motor elektromag-nertis dan galvanometer, membiasakan diri berhenti
bekerja untuk beribadah kepada Tuhan, dan berdoa meminta petunjuk-Nya, pada
setiap persimpangan penting dalam semua eksperimennya.86
Louis Agassiz (1807 - 1873)
Agassiz, yang dikenal luas sebagai ahli biologi Amerika
terkemuka, adalah penentang gigih gagasan evolusi.
Agassiz
melihat rencana agung Tuhan di mana pun di alam, dan tidak bisa menerima teori
yang tidak mengakui rancangan. Sebagaimana yang ditulisnya dalam Essay on
Classification:
Kombinasi dalam ruang dan
waktu dari semua rancangan cermat ini menunjukkan bukan sekadar pemikiran,
melainkan juga perencanaan, kekuatan, kebijaksanaan, kebesaran, kemahaagungan,
kemahatahuan, pemeliharaan. Singkatnya, semua fakta ini dalam hubungan alamiah
mereka menyatakan dengan jelas Tuhan Yang Esa, yang bisa diketahui, disembah
dan dicintai manusia.87
James Prescott Joule (1818 - 1889)
Di samping menemukan hukum pertama termo-dinamika, Joule
juga menunjukkan cara menghitung panas yang dihasilkan arus listrik yang
mengalir melalui kabel, dan menjadi orang pertama yang menghitung kecepatan
molekul gas. Penemuan terbesarnya adalah nilai konstan yang dikenal sebagai
“persamaan mekanika panas.” Penemuan ini menjadi dasar pembentukan rumus hukum
penghematan energi, suatu hukum ilmiah yang paling mendasar dan universal.
Joule, sebagai penemu hukum-hukum ilmiah yang penting
tersebut, percaya bahwa dia bisa lebih dekat dengan Tuhan saat dia berhasil
mengetahui hukum-hukum alam. Kepercayaannya itu mendorongnya untuk melakukan
penelitian lebih lanjut. Dia adalah salah satu dari 717 ilmuwan yang
menandatangani pernyataan penolakan terhadap Darwin pada tahun 1864. Dia
menyatakan kepercayaannya tentang sains sebagai berikut:
Setelah mengetahui dan
menaati kehendak Tuhan, tujuan selanjutnya tentu mengetahui sesuatu dari sifat
kebijaksanaan, kekuatan dan kebaikan-Nya sebagaimana dibuktikan oleh
ciptaan-Nya. Jelas bahwa mengenali hukum-hukum alam berarti mengenali maksud
Tuhan yang dinyatakan di dalamnya.88
George Gabriel Stokes (1819 - 1903)
George Stokes adalah ahli fisika dan matematika Inggris
yang telah memberikan kontribusi besar dalam banyak bidang. Dia mengembangkan
ilmu pengetahuan tentang ketidaksesuaian gravitasi, astrofisika, kimia,
masalah-masalah sonik, dan panas. Dia menunjukkan bahwa tidak seperti gelas,
kwarsa dapat ditembus radiasi ultraungu. Dengan Lord Kelvin, dia menjadi orang
pertama yang menghargai eksplorasi elektro-termo-dinamika James Joule. Stokes
menunjukkan bahwa sinar-X juga merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik
Maxwell. Stokes pernah menjabat sebagai direktur Victoria Institute of London,
dan anggota aktif Cambridge Philosophical Society.
Dia adalah ilmuwan yang meneliti alam dengan kepercayaan
kepada Pencipta, dan dia menulis secara khusus menekankan kepercayannya kepada
Tuhan. Dalam salah satu karyanya, dia berkata bahwa “hukum-hukum alam
dilaksanakan sesuai dengan kehendak-Nya, Dia yang menghendaki mereka demikian
mungkin menghendaki penghentian mereka.”89
Rudolph Virchow (1821 - 1902)
Kontribusi ilmiah Virchow yang utama adalah dalam bidang
kedokteran. Dia dianggap bapak patologi modern dan studi tentang penyakit sel.
Dia menjadi orang pertama yang menjelaskan leukimia, serta aktif dalam
penelitian antropologi dan arkeologi. Virchow adalah salah seorang ilmuwan
terkenal yang sangat menentang pemikiran evolusi Darwin dan Haeckel. Dia juga
aktif dalam politik dan berjuang keras menentang pengajaran evolusi di sekolah-sekolah
di Jerman.90
Gregory Mendel (1822 - 1884)
Dengan penemuannya berupa tiga hukum genetika, Mendel
tercatat dalam sejarah sebagai orang yang menemukan prinsip-prinsip keturunan.
Prinsip-prinsip keturunan Mendel tersebut menjadi bukti sangat kuat untuk
mengungkap kebohongan teori evolusi.
Berhasil menggugurkan teori evolusi dengan
prinsip-prinsip keturunan yang ditemukannya, Mendel semakin percaya bahwa Tuhan
telah menciptakan dunia, dan bahwa semuanya tidak mungkin terjadi secara
kebetulan belaka.91
Louis Pasteur (1822 - 1895)
Pasteur adalah salah seorang tokoh terkemuka dalam
sejarah sains dan kedokteran, terutama karena merumuskan teori kuman penyakit,
dan menentang teori evolusi dengan keras. Dia adalah orang pertama yang
menjelaskan basis dan kontrol organik fermentasi. Dengan penelitiannya yang
lebih jauh mendalami bakteriologi, dia memisahkan sejumlah organisme penyebab
penyakit, dan membuat vaksin untuk memeranginya - terutama penyakit mengerikan,
seperti rabies, difteri, antrak, dan lain-lain. Dia juga mengem-bangkan proses
pasteurisasi dan sterilisasi.
Pasteur, yang memiliki kepercayaan kuat terhadap Tuhan,
menjadi sasaran kritik tajam karena penentangannya terhadap teori evolusi
Charles Darwin. Dia adalah pembela gagasan keselarasan antara sains dan agama,
yang sering ditegaskannya dalam tulisan-tulisannya. Sebagaimana yang
dinyatakannya:
Semakin banyak yang saya
tahu, keyakinan saya semakin mendekati keyakinan petani Inggris (yaitu,
keyakinan yang kukuh, total, dan tanpa keraguan).92
Ilmu yang sedikit akan
menjauhkan Anda dari Tuhan, tetapi ilmu yang lebih banyak akan membawa Anda
kepada-Nya.93
William Thompson (Lord Kelvin) (1824 - 1907)
Lord Kelvin dikenal sebagai ahli fisika terkemuka pada
masanya, dan juga dikenal karena keimanannya yang kuat kepada Tuhan. Dia sangat
dihormati dalam masyarakat ilmiah karena kontribusinya untuk fisika dan
matematika, di samping penemuan-penemuan praktisnya. Dia mengem-bangkan metode
ampuh untuk mencairkan hidrogen dan helium. Dia menentukan skala temperatur
mutlak, sehingga temperatur itu sekarang dinyatakan dengan ”derajat Kelvin.”
Dia membangun termodinamika sebagai disiplin ilmu yang formal, serta merumuskan
hukum pertama dan kedua dalam terminologi yang tepat.
Secara terbuka, dia menyatakan kepercayaannya
kepada Tuhan dalam karya-karyanya. Dia berkata :
Jangan takut menjadi
pemikir bebas, jika Anda berpikir cukup keras, Anda akan terdorong oleh sains
untuk percaya kepada Tuhan.94
Mengenai asal mula
kehidupan, sains… secara mutlak menegaskan adanya daya kreatif Tuhan.95
J. J. Thomson (1856 -
1940)
Pada tahun 1897, J. J. Thomson menemukan elektron. Dia
adalah guru besar fisika di Universitas Cambridge. Di bawah ini adalah
pernyataan Thomson yang sangat religius, dalam Nature untuk menarik perhatian
terhadap fakta bahwa kesimpulan-kesimpulan yang dicapai sains menun-jukkan
eksistensi Tuhan:
Di menara yang jauh,
puncak (ilmiah) tertinggi yang akan dikalahkan oleh mereka yang mendakinya,
tetap akan membuka peluang yang lebih luas, memperdalam perasaan mereka yang
berkeyakinan, menjadi semakin mantap seiring kemajuan sains. Seagung itulah
ciptaan-ciptaan Tuhan.96
Sir William Huggins (1824 - 1910)
Huggins dikenal sebagai ilmuwan beriman dan ahli
astronomi yang cemerlang. Dia adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa
bintang tersusun dari sejumlah besar hidrogen serta sejumlah kecil unsur-unsur
yang sama dengan yang dimiliki bumi. Dia juga yang pertama meng-identifikasi
efek Dopler (bahwa cahaya bintang-bintang bergeser dari merah menjadi biru ketika
mereka bergerak saling menjauh) dalam astronomi. Hal inilah yang membawanya
pada gagasan mengenai alam semesta yang berkembang.
Joseph Clerk Maxwell (1831 - 1879)
Maxwel hidup singkat, tetapi kehidupannya sangat
produktif. Dikenal sebagai bapak fisika modern, Maxwell menunjukkan kesatuan
cahaya dan listrik, dengan menem-patkan cahaya, listrik, dan magnetisme dalam
serangkaian persamaan. Einstein mengandalkan persamaan-persamaan Maxwell untuk
merumuskan teori relativitas.
Albert Einstein menyebut prestasi Maxwell “paling
mendalam dan bermanfaat yang dialami fisika sejak zaman Newton.” Dia menentang
keras teori evolusi, dan mampu secara matematis mutlak meruntuhkan “hipotesis
nebular” yang terkenal dari La Place, seorang ateis Prancis. Dia juga menulis bantahan
tajam terhadap pemikiran evolusioner Herbert Spencer, pendukung setia
Darwinisme. Dalam salah satu suratnya
dia berpendapat bahwa ilmuwan beriman mempunyai kewajiban untuk membuat karya
seperti itu bagi kepentingan agama.97
John Strutt (1842 - 1919)
John Strutt menekuni penelitian tentang gerak gelombang
elektromagnetis, memberikan kontribusi penting dalam bidang optik, sonik, dan
ilmu dinamika gas. Dia adalah salah seorang penemu argon dan gas-gas langka.
Dia juga dikenal sebagai orang yang taat bergama. Sebagai pengantar penerbitan
karya-karyanya, dia menulis:
“Ciptaan Tuhan sangat
hebat.”98
George Washington Carver (1865 - 1943)
Pertanian menjadi disiplin ilmu yang penting sejak
peralihan abad ke-19. Carver adalah seorang peneliti pertanian terkemuka yang
membuat sejumlah penemuan penting.
Carver dikenal karena kepercayaannya kepada Tuhan, yang
hampir selalu dirujuknya dalam pidato dan wawancaranya. Sebagaimana jawabannya
kepada reporter untuk Atlanta Journal yang bertanya tentang kekuatan cat tanah
liat yang telah dikembangkan: “Saya hanya mengolah apa yang telah diciptakan
Tuhan, agar manusia dapat memanfaatkannya. Ini adalah karya Tuhan, bukan karya
saya.”99
Sir James Jeans (1877 - 1946)
Seorang ahli fisika terkemuka, Sir James Jeans percaya
bahwa alam semesta diciptakan oleh Pencipta dengan pengetahuan tidak terbatas.
Pernyataannya yang mene-gaskan pandangan tersebut adalah:
Kita menemukan bahwa alam
semesta menunjukkan bukti Kekuatan yang merancang dan mengen-dalikan, yang
memiliki kesamaan dengan pemikiran kita sendiri.100
Studi ilmiah tentang alam semesta telah menghasilkan
kesimpulan yang mungkin bisa diringkas… dalam pernyataan bahwa alam semesta
tampaknya telah dirancang oleh ahli matematika murni.101
Albert Einstein (1879 - 1955)
Albert Einstein, salah satu ilmuwan terpenting abad lalu,
dikenal juga karena keyakinannya kepada Tuhan. Dia tidak ragu mendukung bahwa
sains tidak akan ada tanpa agama. Sebagaimana yang dikatakannya:
Saya tidak bisa
membayangkan ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam. Situasi ini bisa
dinyatakan dengan gambaran: sains tanpa agama akan lumpuh.102
Einsten yakin bahwa rancangan alam semesta terlalu
sempurna untuk terbentuk secara kebetulan, yang berarti ia telah diciptakan
oleh Pencipta dengan pengetahuan-Nya yang mahaluas.
Bagi Einstein, yang sering merujuk keperca-yaannya kepada
Tuhan dalam tulisan-tulisannya, kekaguman terhadap keteraturan alami di alam
semesta sangat penting. Dalam salah satu tulisannya dia menyebutkan, “Dalam
diri setiap peneliti alam sejati akan ada perasaan tunduk kepada Sang
Pencipta.”103
Di tempat lain dia menulis :
Setiap orang yang serius
melibatkan dirinya dalam penye-lidikian sains menjadi teryakinkan bahwa ada Zat
yang tercermin dalam hukum-hukum alam semesta. Zat yang jauh lebih agung
daripada manusia… Dengan demikian, penyelidikan sains mengarah pada perasaan
religius seperti itu…104
Georges Lemaitre
(1894 - 1966)
George Lemaitre mengemu-kakan teori Big Bang yang
meng-indikasikan penciptaan alam semesta. Dia beranggapan bah-wa alam semesta
yang mempu-nyai awal yang jelas, akan mem-punyai akhir. Dan bahwa peng-akuan
fakta ini berperan penting dalam membantu manusia untuk memercayai Tuhan.
Lemaitre yang juga seorang pendeta, yakin bahwa sains dan agama akan membimbing
pada kebenaran yang sama.105
Sir Alister Hardy (1896 - 1985)
Hardy adalah pendiri ilmu kelautan modern. The Templeton
Foundation, yang setiap tahun menghargai ilmuwan untuk kontribusinya terhadap
kemajuan dalam agama, memberikan anugerah kepada Sir Alister Hardy pada tahun
1985, untuk studi empirisnya, yang untuk pertama kalinya menyelidiki
pengalaman-pengalaman religius secara ilmiah.
Wernher von Braun (1912 - 1977)
Wernher von Braun adalah salah seorang ilmuwan dunia
terkemuka. Dia adalah insinyur roket Jerman, dan mengembangkan roket V-2 yang
terkenal selama Perang Dunia II.
Dr. von Braun, mantan direktur NASA, juga ilmuwan dengan
keimanan kuat. Pada kata pengantar sebuah antologi tentang penciptaan dan
rancangan di alam, dia memberikan kesaksian:
Penerbangan berawak ke
luar angkasa merupa-kan prestasi mengagumkan, tetapi hingga kini ia baru
membuka pintu kecil bagi umat manusia untuk memandang hamparan ruang angkasa
yang menakjubkan. Melalui lubang kecil ini, pan-dangan pada misteri besar alam
semesta hanya akan menguatkan kepercayaan kita akan kepas-tian penciptanya.
Saya sulit memahami ilmuwan yang tidak mengakui kehadiran rasionalitas tinggi
di belakang keberadaan alam semesta, sebagai-mana saya tidak memahami teolog
yang menolak kemajuan sains.106
Pada bulan Mei, 1947, Wernher von Braun menyatakan dalam
sebuah artikel yang diterbitkan:
Seseorang tidak dapat
terpapar hukum dan keteraturan alam semesta tanpa menyimpulkan bahwa pasti ada
maksud dan tujuan di belakang semua ini. Semakin baik kita memahami kerumitan
alam semesta dan segala isinya, semakin banyak alasan yang kita temukan untuk
mengagumi rancangan bawaan yang menjadi da-sarnya. Dipaksa percaya pada
kesimpulan tunggal — bahwa segala sesuatu di alam semesta muncul secara
kebetulan — sungguh akan melanggar objektivitas sains itu sendiri… Proses acak
seperti apa yang dapat meng-hasilkan otak manusia atau sistem penglihatan
manusia?107
Max Planck (1858 - 1947)
Max Planck, ahli fisika Jerman, menemukan konstanta
fisika yang dikenal dengan namanya. Guru besar fisika di Universitas Berlin
pada tahun 1900-an ini berpendapat bahwa bentuk radiasi bisa disamakan dengan
citra yang dibentuk oleh tetes hujan pada kaca jendela, dan bukannya seperti
air yang mengalir terus di sungai. Sebelum Planck, ilmuwan berasumsi bahwa
cahaya mengikuti gerak gelombang. Planck, yang menemukan bahwa setiap partikel
cahaya merupakan paket energi, menyebut tiap paket sebagai “foton.” Konsep
Foton menandai titik balik dalam sejarah fisika. Cahaya tidak hanya bergerak melalui
udara dalam bentuk gelombang seperti suara, tetapi juga bergerak sebagai
partikel.
Berjasa untuk pelbagai penemuan inovatifnya, Planck
meyakini “Kecerdasan Mahakuasa-lah yang mengatur alam semesta.” Max Planck
menyatakan bahwa Pencipta keteraturan alam semesta adalah Tuhan, dan menegaskan
kepercayaannya kepada Tuhan dengan kata-kata berikut:
Siapa pun yang secara
serius melibatkan dirinya dalam pekerjaan ilmiah apa pun bentuknya, pasti
menyadari bahwa di balik pintu masuk kuil sains ada tulisan: Anda harus
memiliki keyakinan. Ini adalah kualitas yang tidak bisa dilepaskan seorang
ilmuwan.108
Charles Coulson (1910 - 1974)
Coulson, yang selama bertahun-tahun menjadi guru besar
matematika di Universitas Oxford, sering menyebut-kan kepercayaannya kepada
Tuhan, keinginannya untuk dekat dengan Tuhan, doanya kepada Tuhan, dan
keyakinannya bahwa tujuan hidupnya adalah untuk berada di sisi Tuhan.109
PARA ILMUWAN TERDAHULU
LAINNYA YANG MEYAKINI KEBERADAAN TUHAN
Setiap ilmuwan, yang namanya terdaftar dalam bagian ini,
yang telah memberikan kontribusi penting terhadap sains, percaya kepada
penciptaan. Para ilmuawan ini adalah contoh nyata bahwa memercayai penciptaan
tidak bertentangan dengan sains, dan bahwa sebaliknya, agama sungguh-sungguh
mendorong sains.
l Leonardo da Vinci (1452-1519): Seni, Rekayasa teknik, Arsitektur.
l Georgias Agricola (1494-1555): Mineralogi.
l John Wilkins (1614-1672): Astronomi dan mekanika.
l Walter Charleton (1619-1707): Presiden Royal College of Physicians.
l Isaac Barrow (1630-1677): Profesor Matematika.
l Nicolas Steno (1631-1686): Stratigrafi.
l Thomas Burnet (1635-1715): Geologi.
l Increase Mather (1639-1723): Astronomi.
l Nehemiah Grew (1641-1712): Kedokteran.
l William Whiston (1667-1752): Fisika, Geologi.
l John Hutchinson (1674-1737): Paleontologi.
l Jonathan Edwards (1703-1758): Fisika, Meteorologi.
l Richard Kirwan (1733-1812): Mineralogi.
l Timothy Dwight (1752-1817): Pendidik.
l James Parkinson (1755-1824): Kedokteran.
l William Kirby (1759-1850): Entomologi (ilmu serangga).
l Benjamin Barton (1766-1815): Botani, zoologi.
l John Dalton (1766-1844): Penemu teori atom modern.
l Charles Bell (1774-1842): Anatomi.
l John Kidd (1775-1851): Kimia.
l Johann Carl Friedrich Gauss (1777-1855): Geometri,
Geologi, Magnetisme, Astronomi.
l Benjamin Silliman (1779-1864): Mineralogi.
l Peter Mark Roget (1779-1869): Fisiologi.
l William Buckland (1784-1856): Geologi.
l William Prout (1785-1850): Kimia.
l Edward Hitchcock (1793-1864): Geologi.
l William Whewell (1794-1866): Astronomi dan Fisika.
l Richard Owen (1804-1892): Zoologi, Paleontologi.
l Matthew Maury (1806-1873): Oseanografi, Hidrografi.
l Henry Rogers (1808-1866): Geologi.
l James Glaisher (1809-1903): Meteorologi.
l Philip H. Gosse (1810-1888): Ornitologi (ilmu tentang burung), Zoologi.
l Sir Henry Rawlinson (1810-1895): Arkeologi.
l John Ambrose Fleming (1849-1945): Elektronika.
l Sir Joseph Henry Gilbert (1817-1901): Kimia Pertanian.
l Thomas Anderson (1819-1874): Kimia.
l Charles P. Smyth (1819-1900): Astronomi.
l John W. Dawson (1820-1899): Geologi.
l Henri Fabre (1823-1915): Entomologi.
l Bernhard Riemann (1826-1866): Geometri.
l Joseph Lister (1827-1912): Bedah.
l John Bell Pettigrew (1834-1908): Anatomi, Fisiologi.
l Balfour Stewart (1828-1887): Listrik Ionosfer.
l P.G. Tait (1831-1901): Fisika, Matematika.
l Edward William Morley (1838-1923): Penerima Nobel fisika.
l Sir William Abney (1843-1920): Astronomi.
l Alexander MacAlister (1844-1919): Anatomi.
L A.H. Sayce (1845-1933): Arkeologi.
l James Dana (1813-1895): Geologi.
l George Romanes (1848-1894): Biologi and Fisiologi.
l William Mitchell Ramsay (1851-1939): Arkeologi.
l William Ramsay (1852-1916): Kimia.
l Howard A. Kelly (1858-1943): Kandungan dan Kebidanan.
l Douglas Dewar (1875-1957): Ornitologi.
l Paul Lemoine (1878-1940): Geologi.
l Charles Stine (1882-1954): Kimia Organik.
l A. Rendle-Short (1885-1955): Kedokteran.
l L. Merson Davies (1890-1960): Geologi, Paleontologi.
l Sir Cecil P.G. Wakeley (1892-1979): Kedokteran.
PARA ILMUWAN MODERN YANG
MEYAKINI KEBERADAAN TUHAN
Kemajuan besar dicapai sains pada abad ke-20, dan banyak
penemuan, yang selama bertahun-tahun tidak di-ketahui, terungkap. Kemajuan yang
dicapai sains menun-jukkan satu fakta dengan jelas: fakta penciptaan.
Setiap penemuan ilmiah menunjukkan kesempurnaan
rancangan, keteraturan, dan perencanaan, pada setiap bagian alam, baik hidup
maupun tidak. Dengan menyaksi-kan sendiri kebenaran ini, banyak ilmuwan
memahami bahwa rancangan seluruh alam semesta adalah buah dari pengetahuan
mahatinggi dan maju untuk menegaskan fakta penciptaan, karena menyadari bahwa
segalanya telah diciptakan oleh Tuhan Yang Mahabesar.
Sekarang, banyak organisasi akademis terhormat di Barat,
terutama di Amerika Serikat, yang dibangun oleh para ilmuwan beriman.
Lembaga-lembaga ini bekerja untuk memperjelas bahwa bukti ilmiah menegaskan
rancangan sempurna alam semesta.
Sebagian ilmuwan beriman di masa kini, yang diakui karena
prestasi ilmiahnya, adalah sebagai berikut:
Dr. Henry Fritz Schaefer
Dr. Fritz Schaefer adalah guru besar kimia pada Graham
Perdue, dan direktur Center for Computational Quantum Chemistry, di Universitas
Georgia. Dia dinominasikan untuk Penghargaan Nobel, dan baru-baru ini disebut
sebagai ahli kimia ketiga di dunia yang paling sering dikutip. Schaefer,
sebagai ilmuwan beriman, berhasrat lebih mengenal Tuhan melalui pencarian
ilmiahnya. Seperti yang dikatakannya:
Makna dan kegembiraan
dalam sains saya muncul pada saat-saat ketika saya menemukan sesuatu yang baru
dan berkata kepada diri sendiri, “Jadi begitulah Tuhan melakukannya!'110
Isaac Bashevis Singer
Singer, ahli fisika terkemuka saat ini, menolak teori
evolusi dan percaya kepada Tuhan. Pada sebuah konfe-rensi, dia mengkritik teori
evolusi dengan kisah yang sangat menarik: “Beberapa ilmuwan menemukan sebuah
pulau kosong. Para ilmuwan yang menginjakkan kaki di pulau itu terkesan dengan
apa yang mereka lihat di sana. Mereka terpesona oleh hutan rimba dan
binatang-binatang buas. Mereka mendaki bukit yang tinggi dan mengamati sekitar
mereka. Mereka tidak menemukan tanda-tanda peradaban sedikit pun di pulau
tersebut. Tetapi ketika mereka kem-bali ke kapal, mereka menemukan sebuah jam
tangan masih baru di pantai. Jam itu masih berfungsi sempurna. Benda itu
membangkitkan minat para ilmuwan. Bagaimana jam tangan itu ada di sini? Mereka
tahu pasti, tidak ada orang yang pernah menginjakkan kaki di pulau itu sebelum
mereka. Jadi, tinggal satu kemungkinan. Jam ini, dengan ban kulit yang halus,
kaca, batere dan bagian-bagian lainnya, muncul secara kebetulan di pulau ini
dan tergeletak di pantai. Tidak ada alternatif lain.” Untuk menegaskan khayalan
evolusionis, Singer mengakhiri ceritanya dengan kalimat: “Setiap jam pasti ada
pembuatnya.”111
Segala sesuatu di alam semesta, hidup ataupun tidak,
memiliki rancangan unggul dan keteraturan sempurna. Karenanya, tidak ada yang
muncul secara kebetulan. Jelas bahwa segalanya adalah ciptaan Pencipta Yang
Mahakuasa. Mayoritas ilmuwan modern, seperti Singer, meng-gunakan kesempurnaan
dan keteraturan itu untuk menunjukkan pada semua orang bahwa itu adalah ciptaan
Tuhan.
Malcolm Duncan Winter. Jr.
Prof. Winter, yang menerima gelar M.D.-nya dalam
kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, juga percaya
bahwa alam semesta dan manusia diciptakan oleh Pencipta Mahatinggi. Dia
menjelaskan pendapatnya itu dalam tulisan-tulisannya:
Bumi dan alam semesta
dengan semua kompleksitasnya, kehidupan dalam pelbagai bentuknya, dan akhirnya
manusia sendiri dengan kemampuan berpikirnya yang unggul, semuanya terlalu
rumit untuk terjadi begitu saja. Karena itu, harus ada Pemikir Utama, Pencipta,
di belakang semuanya. Pasti ada Tuhan.112
William Philips
Philips, yang mendapatkan Penghargaan Nobel sebelum usia
50 tahun, untuk pengembangan metode pendinginan dan perangkap atom dengan
cahaya laser, adalah ilmuwan beragama. Pada koferensi pers setelah pengumuman
kemenangannya atas Hadiah Nobel, dia berkata:
Tuhan telah memberi kita
dunia yang sangat mengagumkan untuk kita hidup di dalamnya dan mengkajinya.113
Prof. Dale Swartzendruber
Prof. Swartzendruber, yang pernah bekerja sebagai asisten
peneliti tanah di Universitas California, dan kemudian menjadi dosen ilmu tanah
di Universitas Purdue, juga menjadi anggota Masyarakat Ilmu Tanah Amerika.
Prof. Swartzendruber menunjukkan, dengan pernyataan berikut, bahwa alam semesta
tidak mungkin terbentuk secara kebetulan, tetapi merupakan karya Sang Pencipta:
Pada kenyataannya, ada
teleologi, tujuan, rancangan “di mana-mana.” Manusia tidak bisa lari dari
padanya, di langit di atas atau di bumi di bawah. Mengingkari Perancang Agung
sangat tidak masuk akal, sama saja dengan mengagumi sawah yang dipenuhi gandum
menguning berayun-ayun dan pada saat yang sama mengingkari keberadaan petani di
rumahnya di tepi jalan.114
William Dembski
Bidang penelitian yang ditekuni Dembski, salah seorang
ilmuwan matematika terkemuka saat ini, mencakup disiplin ilmu yang luas, dari
filsafat sampai teologi. Dembski menegaskan bahwa sains adalah usaha untuk
memahami dunia, dan ilmuwan tak lain adalah penemu dalam pencarian ini. Dia
mengemukakan sebagian pandangannya sebagai berikut:
Dunia adalah ciptaan
Tuhan, dan ilmuwan dalam memahami dunia hanyalah mengikuti jejak pemi-kiran
Tuhan. Ilmuwan bukan pencipta melainkan penemu… Hal penting tentang penciptaan
adalah bahwa ia mengungkapkan Sang Pencipta. Tindakan penciptaan selalu
mengandung tanda penciptanya.115
Prof. Stephen Mayer
Mayer adalah dosen filsafat di Whitworth College.
Dia memercayai penciptaan dan telah
menghasilkan banyak karya tulis tentang hal ini. Dalam beberapa tulisannya, dia
berpendapat bahwa alam semesta adalah produk rancangan cerdas, dan bahwa alam
memberikan kesaksian untuk ke-nyataan itu. Dalam salah satu artikelnya, dia
mengacu pada rancangan sel dan berkata:
Saya berpendapat bahwa
baik “kebetulan”, “seleksi alam pre-biotik”, maupun “persyaratan” fisika-kimia
(dalam samaran teoretis apa pun) tidak dapat menjelaskan asal mula informasi
dalam sel pertama.116
Prof. Walter L. Bradley
Walter Bradley, yang sekarang menjadi guru besar di
jurusan teknik mesin, Universitas A&M Texas, adalah penulis The Mystery of
Life's Origin. Dia percaya bahwa kosmos dan segala sesuatu, baik makluk hidup
maupun benda mati, adalah hasil rancangan, dan bahwa bukti untuk itu berkembang
di mana-mana.
Kata-kata Bradley mengungkapkan kepercayaannya akan
keberadaan Pencipta:
Pada musim semi tahun
1987, saya bersedia memberikan ceramah ajaran Kristen dan sains di Universitas
Cornell. Saya memutuskan untuk bereksperimen dengan tingkat perlakuan masyarakat
luas terhadap bukti ilmiah untuk keberadaan Tuhan. Ternyata bukti berlimpah
ruah untuk keberadaan Pencipta Mahacerdas.117
Earl Chester Rex
Prof. Rex bekerja sebagai dosen matematika di Universitas
California Selatan, dan kemudian menjadi guru besar fisika di George Pepperdine
College. Prof. Rex memercayai bahwa seluruh alam semesta diciptakan oleh Tuhan,
dan berada di bawah pengawasan-Nya. Itu sebabnya dia menyatakan, semua teori
saat ini tentang asal mula dan pemeliharaan alam semesta yang mengabaikan atau
mengingkari penciptaan, tidak menjelaskan semua fakta yang relevan, atau
menjadi rumit dan kabur.118
Dr. Allan Sandage
Dr. Allan Sandage, salah seorang ahli astronomi terkemuka
saat ini, memilih untuk menerima Tuhan pada usia 50 tahun. Dalam wawancara yang
diterbitkan majalah Newsweek, dengan judul “Sains Menemukan Tuhan,” sebagai
liputan utama, Sandage menjelaskan mengapa dia menerima agama:
Sains-lah yang
mengarahkan saya pada kesimpulan bahwa dunia terlalu rumit daripada yang dapat
dijelaskan sains. Hanya melalui supranatural saya dapat memahami misteri
eksistensi. 119
Prof Cecil Boyce Hamann
Hamann, yang menjadi anggota dewan pengajar di Greenville
College, Universitas Kentucky, dan Fakultas Kedokteran Universitas St. Louis,
sekarang mengajarkan biologi di Asbury College. Dia adalah ilmuwan dengan
kepercayaan yang kuat kepada Tuhan. Hamann menyatakan sebagai berikut:
Ke mana pun saya
memandang di dalam dunia sains, selalu ada bukti rancangan, hukum dan
keteraturan dari Zat Yang Mahatinggi. Ya, saya percaya kepada Tuhan. Saya
percaya kepada Tuhan, satu-satunya Zat yang menciptakan dan memelihara alam
semesta, juga Tuhan yang memerhatikan makhluk istimewa-Nya, manusia.120
Paul Ernest Adolph
Prof. Adolph, mantan dosen anatomi di Universitas St.
John, adalah anggota The Fellow of American College of Surgeons. Dia menyatakan
keyakinannya yang kuat adalah berkat penelitian ilmiahnya. Prof. Adolph pernah
berkata tentang keyakinannya:
…Saya akan menyatakan
bahwa saya menerima dengan pasti eksistensi dan realitas Tuhan. Keyakinan saya
tumbuh tidak hanya dari peng-alaman spiritual, tetapi praktik kedokteran selalu
memperkuat apa yang telah saya terima dengan keyakinan. Ya, sungguh, Tuhan itu
ada!121
Laster John Zimmerman
Prof. Zimmerman, yang meneriam gelar Ph.D.-nya dari
Universitas Purdue, dan menjadi guru besar pertanian dan matematika di Goshen
College, menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan sebagai berikut:
Seluruh alam diciptakan
oleh Tuhan, dan Dia memeliharanya terus-menerus. Semakin saya mempelajari dan
meneliti fenomena alam pada tanah dan tumbuhan, kepercayaan saya kepada Tuhan
terus bertambah, dan setiap hari saya membungkukkan diri di hadapan-Nya dalam
ketakjuban dan pujian.122
Enrico Medi
Enrico Medi, ilmuwan terkemuka Italia, membicarakan
banyak keajaiban yang ditemukan ilmuwan dan kesimpulan yang pada akhirnya
dicapainya, pada koferensi internasional di Roma tahun 1971:
… ada sebab di luar
ruang, di luar waktu, Penguasa makhluk, yang menghendaki makhluk menjadi
seperti ini. Dan dia adalah Tuhan…123
Wayne U. Ault
Prof. Ault mendapatkan gelar pascasarjana dari
Universitas Columbia, dan menjadi anggota peneliti Laboratorium Geokimia, New
York. Prof. Ault menyatakan bahwa penelitian ilmiah menguatkan keimanan
seseorang kepada Tuhan:
Pencarian ilmu
pengetahuan dan rasa ingin tahu yang mempertanyakan 'mengapa dan bagaimana
alam,' merupakan sebagian dari ciri akal. Setelah ilmuwan merasakan keyakinan
kepada Pencipta alam semesta, keyakinan ini hanya bisa tumbuh ke segala penjuru
sebagai hasil dari banyak studi.124
Prof. Michael P. Girouard
Michael Girouard, guru besar biologi Universitas
Loui-siana Selatan, percaya bahwa kehidupan tidak mungkin terj-adi secara
kebetulan, dan bahwa struktur yang sempurna dan sangat kompleks pada protein
dan sel unit dasar kehidupan semuanya diciptakan Tuhan.
Dalam ceramah yang berjudul, “Is it Possible Life To
Emerge by Coincidences?” (Mungkinkah kehidupan Muncul secara Kebetulan?), yang
dipresentasikannya pada seminar internasional kedua, bertema “The Collapse of
the Theory of Evolution: The Fact of Creation” (Keruntuhan Teori Evolusi: Fakta
Penciptaan), yang diselenggarakan oleh Science Research Fundation pada tanggal
5 Juli 1998 di Istanbul, Prof. Girouard mendukung pendapat tersebut dengan bukti
ilmiah, dan menutup ceramahnya sebagai berikut:
Konstruksi makhluk hidup
jauh lebih rumit daripada hasil yang diperoleh dalam eksperimen laboratorium.
Jika kita kembali pada hukum-hukum kimia dan fisika untuk men-dapatkan
penjelasan, inilah yang kita pelajari: Pasti ada Zat Mahapandai, Pencipta; Sang
Pencipta yang merumuskan hukum-hukum ini. Ini adalah penjelasan yang paling
ilmiah. Hukum-hukum fisika dan kimia memaparkan kepada kita dengan pasti bahwa
evolusi dan pembentukan makh-luk hidup dari benda mati adalah mustahil. Dengan
demikian, temuan-temuan ilmiah ini tidak hanya mengakhiri ceramah saya, tetapi
juga mengakhiri evolusi.125
Prof. Edward Boudreaux
Dr. Edward Boudreaux, guru besar kimia Universitas New
Orleans, percaya bahwa unsur-unsur kimia pasti disusun dengan sengaja oleh
Tuhan agar kehidupan terbentuk. Prof. Boudreaux berkata dalam ceramahnya
berjudul “The Design in Chemistry”, yang di-sampaikan pada konferensi
internasional kedua, bertema “The Collapse of the Theory of Evolution: The Fact
of Creation”, yang diselenggarakan di Istanbul, bahwa “Dunia tempat kita hidup,
dan hukum-hukum alamnya secara tepat telah diatur oleh Pencipta untuk
kepentingan kita, manusia”.126
Prof. Kenneth Cumming
Prof. Kenneth Cumming, ilmuwan dunia terkemuka dari
Institute for Creation Research di Amerika Serikat, adalah seorang ahli
biokimia dan paleontologi. Dia menyatakan bahwa dia menentang teori evolusi dan
memercayai eksistensi Tuhan.
Saya berpendapat bahwa
banyak bukti yang mengatakan bahwa gagasan ini (teori evolusi) telah tumbuh
melampaui nilainya: teori ini perlu ditentang dan perlu dinyatakan hancur di
hadapan perspektif penciptaan yang menyatakan: Zat Mahacerdas dan Mahaagung
telah menciptakan semua yang kita lihat. Dan, variasi yang kita lihat adalah
bagian dari ciptaan itu. Jawaban seperti inilah yang akan kita berikan untuk
mendukung perspektif kita.127
Prof. Carl Fliermans
Prof. Carl Fliermans, ilmuwan yang dikenal luas di
Amerika, adalah guru besar mikrobiologi Universitas Indiana. Dia melakukan
penelitian tentang “netralisasi sampah kimia dengan bakteri” yang disponsori
oleh Departemen Pertahanan Amerika. Pada konferensi “The Collapse Theory of
Evolution: The Fact of Creation”, yang dihadirinya di Istanbul, dia menolak
klaim evolusi dalam dunia biokimia. Dalam ceramahnya, dia mengemukakan
kepercayaannya kepada Tuhan sebagai berikut:
Biologi modern
membuktikan bahwa bentuk kehidupan tidak terjadi secara kebetulan, yang berarti
membuktikan penciptaan agung oleh Tuhan.128
Prof. David Menton
Prof. David Menton, yang me-negaskan kepercayaannya
kepada Tuhan dengan mengatakan, “Saya telah meneliti anatomi makhluk hidup
selama 30 tahun. Setiap kali, saya berhadapan dengan realitas penciptaan Tuhan
yang sem-purna.”129, adalah seorang guru besar anatomi Universitas Washington.
Prof. John Morris
Professor Morris, ahli geologi terkenal, adalah presiden
Institute for Creation Research, sebuah organisasi paling produktif di Amerika
yang dibentuk oleh para ilmuwan pendukung penciptaan. Dalam ceramahnya, Prof.
Morris merujuk keyakinannya kepada Tuhan, dan kepercayaannya bahwa teori
evolusi telah diruntuhkan oleh sains:
Seperti yang dilakukan
banyak ilmuwan terkemuka dan hebat, kita sebagai orang beriman kepada Tuhan,
yakin bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta. Tuhanlah yang mengatur hidup kita dan
kepada-Nya-lah kita harus berpaling. Kita berhutang hidup pada-Nya dan kita
bertanggung jawab untuk memperoleh rahmat-Nya.130
Arthur Peacocke
Arthur Peacocke, yang disiplin ilmu utamanya adalah
biokimia, adalah direktur Ian Ramsey Centre di Universitas Oxford. Dia
menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan sebagai berikut:
Tuhan menciptakan dan
selalu hadir pada setiap waktu dunia yang tercipta; Tuhan melampaui masa lalu
dan sekarang: Tuhan Mahaabadi, dalam artian, tiada selang waktu di mana Dia
tidak ada, dan tiada masa datang di mana Dia tidak ada.131
Albert McCombs Winchester
Setelah menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas
Texas, Prof. Winchester bekerja sebagai guru besar biologi di Universitas
Baylor, dan menjadi presiden Academi Sains Florida. Dia berpendapat bahwa
penelitian ilmiah menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan:
Hari ini, saya dengan
gembira menyatakan, setelah beberapa tahun belajar dan bekerja dalam dunia
sains, iman saya kepada Tuhan bukannya terguncang, tetapi justru menjadi lebih
kuat dan memperoleh landasan lebih kukuh daripada sebelumnya. Sains menumbuhkan
pemahaman mengenai keagungan dan kemahabesaran Tuhan, yang terus bertambah kuat
pada setiap penemuan baru.132
Mehdi Golshani
Ahli fisika, Mehdi Golshani, dari Universitas Teknologi
Sharif di Tehran, dalam wawancaranya dengan Newsweek, menjabarkan
kepercayaannya kepada Tuhan dan bahwa penelitian ilmiah saling melengkapi
dengan agama:
Fenomena alam adalah
tanda-tanda Tuhan di alam semesta dan mempelajarinya hampir merupakan kewajiban
religius. Al Quran menganjurkan manusia untuk ”berjalan di muka bumi, kemudian
melihat bagaimana Dia memulai penciptaan.” Penelitian merupakan ibadah, karena
mengungkap lebih banyak keajaiban ciptaan Tuhan.133
Prof. Edwin Fast
Setelah menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas
Oklahoma, dan mengajar pada universitas yang sama di jurusan fisika, Prof. Fast
berpendapat bahwa sangat tidak mungkin bagi atom, bahan dasar materi, untuk
bersatu secara spontan membentuk seluruh alam semesta dan makhluk hidup. Dia
menyatakan kepercayaannya akan
penciptaan sebagai berikut:
Dengan mundur cukup jauh,
orang tentu akhirnya mencapai kesimpulan, bahwa eksistensi “hukum-hukum alam”
yang menggambarkan sistematika di alam semesta, merupakan bukti keberadaan
suatu kecerdasan yang memilih untuk menentukan cara kerja alam semesta
sebagaimana yang kita amati. Sang Sebab yang men-ciptakan partikel-partikel
secara logis juga menentukan karakteristik yang harus mereka miliki.134
Charles H. Townes
Townes, yang menemukan prinsip di belakang laser,
melakukan studinya di Universitas Berkeley. Townes menyatakan kepercayaannya
kepada Tuhan demikian:
Sebagai orang yang
religius, saya merasakan dengan kuat kehadiran dan tindakan Zat Pencipta yang
jauh di luar diriku tetapi selalu akrab dan dekat.135
John Polkinghorne
John Polkinghorne, yang mempunyai karir cemerlang dalam
bidang fisika partikel di Universitas Cambridge, membuat pernyataan berikut
dalam sebuah wawancara dengan Newsweek:
Ketika Anda menyadari
bahwa hukum-hukum alam harus disesuaikan dengan ketepatan luar biasa agar
menghasilkan alam semesta yang kita lihat, semua itu menumbuhkan gagasan bahwa
alam semesta tidak terjadi begitu saja, tetapi pasti ada suatu tujuan di belakangnya.
Bagi saya, komponen kepercayaan kepada Tuhan yang mendasar adalah bahwa ada
pemikiran dan tujuan di balik alam semesta.136
Hugh Ross
Hugh Ross, yang mendapatkan gelar Ph.D dalam astronomi
dari Universitas Toronto, adalah presiden “Reasons to Believe”, institusi
kreasio-nis di Amerika Serikat. Dia banyak menulis karya tentang hubungan
antara kosmologi dan penciptaan. Beberapa di antaranya adalah : The Creator and
The Cosmos, Creation and Time, dan Beyond The Cosmos. Sebagian pendapat Ross
tentang penciptaan alam semesta oleh Pencipta Tunggal, adalah sebagai berikut:
Apabila permulaan waktu
berbarengan dengan permu-laan alam semesta, sebagaimana dikatakan teorema
ruang-waktu, maka Sang Pencipta alam semesta ten-tunya suatu entitas yang
bekerja dalam dimensi waktu yang sepenuhnya mandiri dan ada lebih dulu daripada
dimensi waktu kosmos. Ini memberitahu kita bahwa Sang Pencipta bersifat
transenden, bekerja di luar jangkauan batas-batas dimensi alam semesta.137
Pencipta yang cerdas dan
transenden pasti telah menciptakan alam semesta. Pencipta yang cerdas dan
transenden pasti telah merancang alam semesta. Pencipta yang cerdas dan
tran-senden pasti telah merancang planet bumi. Pencipta yang cerdas dan
transenden pasti telah merancang kehidupan.138
Prof. Dr. Duane Gish
Duane Gish, yang memperoleh gelar Ph.D. dalam biokimia
dari Universitas California, Berkeley, adalah ilmuwan terhormat yang dikenal
karena keimanannya, serta penentangannya terhadap teori evolusi. Gish banyak
memberikan ceramah di pelbagai seminar tentang ketidakvalidan teori evolusi,
dan dia adalah salah seorang pendukung kreasionis terkemuka di dunia saat ini.
Prof. Gish telah tiga kali berpartisipasi sebagai
pem-bicara pada seminar internasional bertema, “The Collapse of Evolution: The Fact
of Creation”, yang diselenggarakan pada tahun 1998 di Turki. Mengenai runtuhnya
teori evolusi dan keyakinannya yang kuat pada penciptaan, menurut Gish:
Teori evolusi sedang
mengalami krisis tanpa akhir. Sebaliknya, gagasan kreasionisme didukung bukti nyata.
Hari ini, beribu-ribu ilmuwan mendapati bahwa gagasan penciptaan semakin
meyakinkan.139
Dr. Pierre Gunnar Jerlstrom
Jerlstrom, yang menerima Ph.D. dalam bidang biologi
molekuler dari Universitas Griffith, telah mengadakan banyak studi dalam bidangnya,
dan telah dianugerahi beberapa penghargaan ilmiah. Artikel-artikel Dr. Jelstrom
dipublikasikan di pelbagai jurnal ilmiah. Dia juga dikenal karena
kepercayaannya akan penciptaan.
Dr. Stephen Graccot
Graccot mendapatkan gelar Ph.D. dari Universitas Australia,
dalam bidang kimia organometalik dari senyawa logam kompleks yang bersifat
optik aktif (organometallic chemistry of optically active metal complexes.) Dia
bekerja bertahun-tahun sebagai ilmuwan peneliti dalam bidang penyulingan
alumunium, kimia lingkungan, kimia analitik dan kimia industri. Dia
memublikasikan banyak karya ilmiah dalam bidang-bidang ini. Setelah
bertahun-tahun menjadi evolusionis pasif, dia terpesona oleh kelogisan,
kelengkapan, dan banyaknya bukti ilmiah yang mendukung Penciptaan Khusus.
Gracot juga seorang pembicara publik yang dinamis tentang topik ini.
Dmitry Koyznetsov
Ilmuwan Rusia, Koyznetsov, mengatakan bahwa banyak
ilmuwan yang akhirnya percaya kepada Tuhan dan agama setelah dihadapkan pada
fakta-fakta ilmiah yang mereka temukan. Koyznetsov juga seorang ahli debat yang
berapi-api melawan evolusionis.140
Dr. Emil Silvestru
Dr. Emil Silvestru telah bekerja sebagai lektor di
Universitas Babes-Bolyai, Rumania. Sebagai ahli geologi gua dunia terkemuka,
dia telah memublikasikan banyak karya ilmiah dalam jurnal akademik di seluruh
dunia. Sampai sekarang, dia menjabat sebagai ilmuwan kepala di institut
speleologi pertama dunia (speleologi = studi tentang gua). Dia seorang ilmuwan
kreasionis.
Dr. Andre Eggen
Dr. Andre Eggen, yang telah mengadakan banyak penelitian
tentang genetika binatang, telah bekerja sebagai ilmuwan peneliti untuk
pemerintah Prancis. Eggen percaya akan penciptaan.
Dr. Ian Macreadie
Dr. Ian Macreadie adalah ahli biologi molekuler yang
telah melakukan penelitian luas tentang biologi molekuler dan mikrobiologi.
Penulis lebih dari 60 paper penelitian ini menjadi pimpinan ilmuwan peneliti di
Biomolecular Research Institute of Australia's Commonwealth Scientific and
Industrial Research Organization (CSIRO). Dr. Macreadie, yang percaya akan
penciptaan, juga menerima anugerah tertinggi dari Australian Society for
Microbiology, karena kontribusinya yang luar biasa terhadap penelitian.
Prof. Andrew Conway Ivy
Andrew Ivy, salah satu ahli fisiologi terkenal di dunia,
adalah ketua jurusan Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Northwestern antara tahun 1925-1946. Prof. Ivy adalah wakil presiden
Universitas Illinois dari tahun 1946 sampai 1953, kemudian menjabat sebagai
guru besar kehormatan fisiologi dan ketua jurusan ilmu klinis Universitas
Illinois, Sekolah Kedokteran, Chicago. Ketika ditanya, “Apakah ada pencipta
yang menciptakan alam semesta?” dia menjawab “Ya, saya sangat yakin akan
keberadaan Tuhan seyakin saya akan apa pun,” dan lanjutnya:
Percaya pada eksistensi
Tuhan adalah satu-satunya yang memberikan makna penuh, tuntas dan rasional bagi
eksistensi. Percaya kepada Tuhan adalah alasan tunggal untuk kepastian absolut
bahwa manusia adalah seseorang dan sesuatu yang lebih dari sekadar paket materi
dan energi. Percaya kepada Tuhan adalah sumber dan basis bagi konsepsi akal
manusia yang paling inspiratif.141
Dr. Raymond Jones
Dr. Jones telah bekerja selama bertahun-tahun di lembaga
ilmiah pemerintah Australia, CSIRO. Dia lebih dikenal karena memecahkan masalah
Leucaena, yang telah menghasilkan jutaan dolar bagi industri pertanian
Australia. Jones adalah seorang ilmuwan kreasionis.
Jules H. Poirer
Jules H. Poirer telah bekerja bagi Angkatan Laut Amerika
Serikat sebagai spesialis senior perancangan elektronika untuk proyek-proyek
penting pertahanan dan ruang angkasa. Dia mempelajari teknik elektro, fisika
dan matematika di Universitas California, Berkeley. Sepanjang karier
profesionalnya, Jules Poirer telah berjasa memberikan banyak solusi dan inovasi
rancangan, yang membantu pertahanan dan program luar angkasa AS. Menemukan
sifat-sifat cerdas pada binatang, poirier menyimpulkan bahwa mereka pasti
diciptakan oleh Pencipta. Dia adalah penulis From Darkness to Light to Flight:
Monarch the Miracle Butterfly, dengan bahasan yang mendetail.
Michael J. Behe
Michael J. Behe adalah salah seorang ilmu-wan terkemuka
yang percaya bahwa alam dan semua makluk hidup adalah karya dengan pe-rancangan
cerdas. Behe adalah guru besar bio-kimia Universitas Lehigh di Pennsylvania.
Dia telah memublikasikan banyak artikel di koran-koran terkemuka seperti New
York Times dan Boston Review. Behe adalah penulis buku Darwin's Black Box, yang
telah membuktikan bahwa secara bio-logis teori evolusi tidak bisa dibenarkan. Buku
ini beredar lebih dari 80 kali cetak ulang di seluruh dunia.
Behe membuktikan invaliditas teori evolusi dengan konsep
yang disebutnya “irreducible complexity” (komplek-sitas yang tidak dapat
diperkecil). Menurut gagasan ini, banyak organ terdiri dari bagian-bagian yang
cocok dan saling berinteraksi sehingga menghasilkan fungsi dasar. Pemindahan
satu bagian saja menyebabkan sistem berhenti berfungsi sama sekali. Untuk
alasan ini, perkembangan kebetulan atau sedikit demi sedikit merupakan hal yang
mustahil.
Dalam Darwin's Black Box, Behe menulis:
Mereka dirancang bukan
oleh hukum-hukum alam, tidak juga oleh peristiwa kebetulan dan keterpaksaan,
tetapi mereka direncanakan. Sang Perancang sudah mengetahui seperti apa rupa
sistem itu setelah terbentuk nanti, kemudian mengambil langkah-langkah untuk
mencipta-kan sistem itu. Kehidupan di bumi pada tingkatannya yang paling
fundamental, dalam komponennya yang sangat kritis, adalah produk aktivitas
cerdas. Kesimpulan rancangan cerdas mengalir alami dari data itu sendiri…
Menyimpulkan bahwa sistem biokimia dirancang oleh agen cerdas adalah proses
monoton yang tidak membutuh-kan prinsip-prinsip logika dan ilmiah yang baru. Ia
muncul hanya dari kerja keras yang telah dilakukan biokimia selama 40 tahun
belakangan, yang dikombinasikan dengan pemikiran cermat tentang bagaimana kita
mencapai kesimpulan penciptaan setiap hari.142
Philip Johnson
Johnson, yang mengajar hukum di Universitas California,
Berkeley, telah melakukan penelitian ekstensif mengenai aspek ideologis teori
evolusi. Johnson adalah penulis tiga buku mengenai hal ini, berjudul Darwin in
Trial, Reason in the Balance, dan Objection Sustained, di samping dua bukunya
yang tebal tentang hukum kriminal, dan banyak artikel. Johnson dikenal karena
perlawanannya yang kuat terhadap teori evolusi, juga ilmuwan yang percaya
kepada Tuhan. Kepercayaan dan pencarian Johnson terlihat jelas dalam
kata-katanya:
… Saya ingin menyusun
perlawanan terhadap evolusi materialistik. Marilah kita bersatu di sekitar
Pencipta.143
Charles Birch
Charles Birch adalah guru besar emeritus Universitas
Sidney, Australia. Dia dikenal karena kepercayaannya yang kuat akan penciptaan.
Dia dianugerahi Penghargaan Templeton untuk Kemajuan dalam Agama, pada tahun
1990. Kepercayaannya terungkap dalam pernyataannya berikut:
Tuhan sebagai sumber
semua nilai adalah lebih dekat daripada tangan dan kaki, lebih dekat daripada
napas. Pemahaman akan Tuhan adalah nyata… Tuhan merupakan sebab dalam
penciptaan dunia dan akibat dalam memahami dunia.144
S. Jocelyn Bell Burnell
Jocelyn Bell Burnell adalah guru besar fisika Universitas
Terbuka di Inggris, sekaligus ketua jurusan. Sebagai ahli astronomi, dia adalah
salah satu penemu bintang berputar yang disebut pulsar. Burnell, yang mempunyai
kepercayaan kuat kepada Tuhan, menulis:
Saya percaya kepada Tuhan
Yang Mahakuasa dan Maha Mengetahui, tetapi juga Pengasih dan Pengampun… Saya
yakin Tuhan itu ada.145
Prof. Owen Gingerich
Owen Gingerich adalah guru besar astronomi dan sejarah
sains di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, Cambridge, Massachusetts. Dia
mempunyai keyakinan mendalam kepada Tuhan, yang dinyatakan dalam perkataannya:
Saya percaya kepada Tuhan
sebagai Sang Mahacerdas yang merencana-kan dan mengatur penciptaan alam
semesta. Saya percaya bahwa pencip-taan manusia adalah tujuan utama alam
semesta dan bahwa umat manu-sia telah diciptakan dalam bayang-bayang Tuhan,
terutama berkaitan dengan kesadaran, suara hati, dan kebebasan moral untuk
memilih benar dan salah.146
Prof. Carl Friedrich von Weizsacker
Von Weizsacker, ahli fisika dan filosof, adalah guru
besar Lembaga Max-Planck di Jerman. Dia mengekspresikan kepercayaannya kepada
Tuhan sebagai berikut:
Pada suatu malam yang
indah penuh bintang di Gunung Jura, Swiss, saya menyadari dua kepastian: di
sini hadir Tuhan; dan bintang-bintang adalah bola gas, sebagaimana yang
diajarkan fisika kepada kita dewasa ini.147
Prof. David Berlinski
David Berlinski, yang memperoleh gelar Ph.D dalam
matematika dari Universitas Princeton, percaya bahwa makhluk hidup tidak
berevolusi, tetapi mereka merupakan hasil rancangan cerdas. Dalam
karya-karyanya, Berlinski sering merujuk Tuhan sebagai pencipta rancangan ini.
Kutipan Berlinski di bawah ini adalah contohnya:
Struktur kehidupan sangat
kompleks, dan struktur kompleks dibuat di dalamnya. Dunia manusia murni hanya
dengan suatu proses yang sengaja dirancang. Tindakan cerdas diperlukan bahkan
untuk menciptakan sebuah benda kecil; mengapa struktur kehidupan harus berbeda?
148
Biologi molekuler telah
mengungkap bahwa makhluk hidup apa pun adalah ciptaan Tuhan.149
Prof. William Lane Craig
William Craig memperoleh gelar doktornya dalam filsafat
dari Universitas Birmingham, Inggris, sebelum mendapatkan gelar doktor dalam
teologi dari Universitas Ludwig Maximiliens, Munchen, Jerman Barat. Dia percaya
bahwa alam semesta diciptakan Tuhan dengan maksud tertentu. Pandangan Craig
tercermin dalam perkataannya:
Alam semesta memiliki
sebab keberadaannya. Bahkan, saya berpendapat, tak dapat dibantah lagi bahwa
sebab alam semesta adalah Pencipta Tunggal. Karena bagaimana lagi akibat
sementara dapat timbul dari sebab abadi?… kita telah melihat baik berdasarkan
argumen filosofis maupun penegasan ilmiah bahwa sangat masuk akal alam semesta
memiliki awal. Mengingat prinsip nyata bahwa apa pun yang mulai ada pasti
mempunyai sebab keberadaannya, kita telah diarahkan untuk menyim-pulkan bahwa
alam semesta mempunyai sebab keberadaannya. Berdasar-kan argumen kita, sebab
ini tidak mempunyai sebab, abadi, tidak berubah, tanpa batas waktu, dan
nonmaterial. Dengan kata lain, ia haruslah agen tunggal yang bebas memilih
untuk menciptakan akibat dalam waktu. Oleh karena itu, berdasarkan argumen
kosmologis kalam, saya berkesim-pulan bahwa sangat masuk akal untuk percaya
bahwa Tuhan itu ada.150
Sungguh, mengingat
kebenaran pepatah ex nihilo nihil fit (dari ketiadaan muncul ketiadaan), Big
Bang membutuhkan sebab yang supranatural. Karena singularitas kosmologis awal
menggambarkan batas-batas seluruh trayektori ruang-waktu, tidak mungkin ada
sebab fisik untuk Bing Bang. Tetapi, sebab itu harus melampaui ruang dan waktu
fisik: ia harus independen dari alam semesta, dan mempunyai kekuatan yang tak
terbayangkan. Lebih jauh lagi, sebab ini harus tunggal, yang bebas berkehendak.
Sang Sebab untuk asal mula alam semesta, dengan demikian, harus Pencipta
tunggal, yang pada waktu tertentu di masa lalu menciptakan alam semesta dengan
kehendaknya yang bebas.151
Dr. Kurt Wise
Ahli paleontologi, Dr. Kurt Wise, yang menjadi lektor
sains di jurusan matematika dan ilmu alam Bryan College, dikenal untuk
bantahannya terhadap teori evolusi dan kepercayaannya yang kuat kepada Tuhan.
“Penciptaan bukanlah teori,” katanya. “Fakta bahwa Tuhan telah menciptakan alam
semesta bukanlah suatu teori. Ini kebenaran.”152
Siegfrid Hartwig Scherer
Siegfrid Hartwig Scherer, yang memperoleh gelar Ph.D.
dalam bidang antropologi fisik dari Universitas Zurich, adalah penulis buku
Ramapithecus-Vorfahr des Menschen? (Ramapithecus - Nenek Moyang Manusia?) Dalam
karya-karyanya, dia menunjukkan bahwa reka-man fosil menolak teori evolusi, dan
bahwa kera besar bukan nenek moyang manusia. Dia yakin bahwa semua makhluk
adalah ciptaan Tuhan.
J.P. Moreland
J.P. Moreland, yang memperoleh Ph.D. dalam filsafat dari
Universitas California Selatan, adalah ilmuwan berkeyakinan kuat, dan penulis
buku Christianity and the Nature of Science, dan The Creation Hypothesis.
Paul A. Nelson
Dia menerima gelar Ph.D. dalam filsafat dari Univer-sitas
Chicago. Dia adalah salah seorang ilmuwan yang per-caya bahwa kehidupan
merupakan hasil rancangan cerdas.
Prof. Jonathan Wells
Jonathan Wells, yang memperoleh Ph.D. dalam studi
keagamaan dari Yale, dan ahli biologi penelitian pasca-doktoral di jurusan
biologi molekuler dan sel, Universitas California, Barkeley, adalah penulis
Charles Hodge's Critique of Darwinism. Well berpendapat bahwa perkembangan
sains terakhir menunjukkan bahwa kehidupan adalah hasil rancangan.
Dr. Don Batten
Don Batten telah melakukan penelitian ekstensif ten-tang
fisiologi tumbuhan dan memenangi sejumlah penghar-gaan akademik untuk
studi-studinya. Dia juga seorang ilmuwan yang taat dan percaya akan eksistensi
Tuhan. Dia telah menulis sejumlah buku dan artikel tentang tanda-tanda
penciptaan di bumi, di samping dalam bidangnya sen-diri, yaitu fisiologi
tanaman. Dia juga berkeliling dunia un-tuk menyampaikan ceramah, menjelaskan
isyarat Tuhan da-lam bahasa non-akademis. Ilmuwan Australia ini membe-rikan
ceramah keliling pertamanya di Inggris pada 1995.
Dr. Werner Gitt
Dr. Gitt adalah direktur dan guru besar Institut Fisika
dan Teknologi Federal Jerman (Physikalisch-Technische Bundesanstalt,
Braunsschweig). Dia menulis banyak paper
ilmiah dalam bidang ilmu informasi, matematika, dan teknik kontrol. Dr. Gitt,
yang percaya akan pencip-taan, juga telah menulis banyak buku yang di dalamnya
dia mengkritik teori evolusi. Judul-judul bukunya adalah Did God Use
Evolution?, In the Beginning was Information, Stars and Their Purpose:
Signposts in Space, dan If Animals Could Talk.
Dr. John Baumgardner
Dr. John Baumgardner, yang memperoleh Ph.D. dalam bidang
geo-fisika dan fisika ruang angkasa dari Universitas Kalifornia, Los Angeles,
menemukan kebuntuan teori evolusi berkat penelitiannya, dan mengakui
penciptaan, meskipun dia telah menerima pendidikan evolusionis.
Prof. Dr. Donald Chittick
Prof. Dr. Donald Chittick menerima Ph.D. dalam bidang
kimia fisik dari Oregon State University. Dia telah dianugerahi banyak
penghargaan untuk penelitiannya. Dia memberikan ceramah dengan tema-tema
seperti “Bukti Penciptaan” dan “Penciptaan dan Bumi Dini”.
Dr. Gary E. Parker
Sambil menempuh M.S.-nya dalam bidang biologi/fisiologi
di Ball State, Dr. Parker mendapatkan berbagai penghargaan akademis. Dia
me-mulai kariernya sebagai seorang evolusionis. Berhadapan dengan bukti ilmiah
meyakinkan yang mendukung penciptaan, Dr. Parker mening-galkan teori evolusi
dan mengakui eksistensi Pencipta. Dia memubli-kasikan sejumlah buku tentang
biologi dan sains penciptaan, serta memberikan ceramah tentang kreasionisme di
berbagai belahan dunia.
Dr. Margaret Helder
Dr. Helder adalah seorang ilmuwan, ahli biologi, dan
wakil presiden Creation Science Association of Alberta, Kanada. Dia juga wanita
ter-kemuka dalam sains penciptaan. Dia telah menulis banyak artikel tentang
tanda-tanda penciptaan di sekitar kita.
Prof. Dr. Jonathan D. Sarfati
Dr. Sarfati, yang mendapatkan Ph.D. dalam bidang kimia
dari Univer-sitas Wellington, menjadi penulis-mitra banyak karya ilmiah dalam
jurnal-jurnal ilmiah terkenal. Dia sudah lama tertarik untuk membela keimanan,
dan sekarang menjadi ilmuwan peneliti aktif dalam kreasionisme.
Prof. Robert Matthews
Robert Matthews, sarjana fisika dari Universitas Oxford
dan anggota Royal Statistical Society dan Royal Astronomical Society,
menggambarkan keajaiban penciptaan Tuhan dalam bukunya yang diterbitkan pada
tahun 1992:
Seluruh proses biasanya
berlangsung dalam keselarasan sempurna, menghasilkan janin, kemudian bayi
hidup, seorang anak dan akhirnya menjadi dewasa. Sebagaimana digambarkan dalam
biologi, seluruh proses itu tampak ajaib. Bagaimana bisa kerumitan yang
menakjubkan itu dihasilkan dari permulaan yang begitu sederhana? Bagaimana,
singkatnya, sel tunggal yang jauh lebih kecil daripada titik pada huruf “i”
menghasilkan makhluk yang sadar? Banyak proses yang terlibat di dalamnya masih
menjadi misteri, salah satu misteri paling menakjubkan dari semua misteri yang
belum terpecahkan.153
Dr. Claude Tresmontant
Dr. Claude Tresmontant, dari Universitas Paris, dalam
sebuah wawancaranya dengan majalah Realities, menggambarkan keyakinannya akan
penciptaan, dan kepercayaannya bahwa bumi tidak mungkin muncul secara
kebetulan:
Tidak ada teori kebetulan
yang dapat menjelaskan proses penciptaan dunia. Tidak masuk akal mengatakan
bahwa peristiwa kebetulan bisa menghasilkan makhluk hidup.154
Dr. Don Page
Don Page memperoleh Ph.D. dalam bidang fisika dari
Institut Teknologi California pada tahun 1976, dan sejak saat itu bekerja
dengan ilmuwan-ilmuwan terkemuka. Page percaya bahwa memahami alam semesta
membantu menumbuhkan kesadaran akan kekuasaan dan pengetahuan Tuhan, meskipun
tidak cukup untuk mengerti sepenuhnya.
Dr. Andrew Snelling
Dr. Snelling, Ph.D. dalam bidang geologi, telah terlibat
dalam proyek-proyek penelitian dengan CSIRO (Commonwealth Scientific Industrial
Research Organization), ANSTRO (Australian Nuclear Science and Technology
Organization) dan banyak ilmuwan universitas di seluruh Australia, de-ngan para
ilmuwan dari Amerika, Inggris, Jepang, Swedia, dan Badan Energi Atom
Internasional. Sebagai hasil penelitian ini, Andrew terlibat dalam penulisan
paper ilmiah yang dipublikasiakan dalam jurnal-jurnal ilmiah internasional. Dia
dianugerahi sejumlah penghargaan untuk kontribusinya terhadap sains penciptaan,
dan telah menulis banyak artikel tentang tanda-tanda penciptaan pada makhluk
hidup.
Dr. Carl Wieland
Dr. Carl Wieland, seorang dokter medis yang meyakini
kreasionisme, adalah pembicara yang sangat terkenal, banyak mengulas bukti
ilmiah penciptaan. Dia juga menulis banyak artikel dengan tema itu, yang telah
diterbitkan secara internasional.
PARA ILMUWAN MODERN
LAINNYA YANG MEYAKINI
KEBERADAAN TUHAN
Seluruh ilmuwan sukses di masa kini yang namanya
tercantum pada bagian ini, menentang gagasan bahwa bahwa makhluk hidup muncul
secara kebetulan. Mereka percaya bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam semesta
menurut rancangan cerdas.
l John K.G. Kramer,
Biokimia.
l Dr. Jerry Bergman, Psikologi.
l Dr. Kimberly Berrine, Mikrobiologi and Imunologi.
l Jay L. Wile, Kimia Nuklir.
l Prof. Vladimir Betina, Biokimia and Biologi.
l Dr. Andrew Bosanquet, Biologi and Mikrobiologi.
l Dr. David R. Boylan, Teknik Kimia.
l Dr. Clifford Burdick, Geologi.
l Robert Kaita, Fisika Plasma.
l Alexander V. Lalomov, Geologi.
l Prof. Dr. Steve Austin, Geologi.
l Prof. Robert Newman, Astrofisika.
l Prof. Siegfried Scherer, Biologi.
l Dr. Russell Humphreys, Fisika.
l Dr. Geoff Downes, Fisiologi Tanaman
l Dr. Larry Butler, Biokimia.
l Prof. Linn E. Carothers, Statistik.
l Prof. Sung-Do Cha, Fisika.
l David Dewitt, Ilmu Saraf.
l Prof. Dr. Eugene F. Chaffin, Fisika.
l Dr. Choong-Kuk Chang, Rekayasa Genetik.
l Prof. Chung-Il Cho, Biologi.
l Dr. Harold Coffin, Palaeontologi.
l Dr. Jack W. Cuozzo, Kedokteran.
l Dr. Malcolm Cutchins, Teknik Penerbangan.
l Dr. Lionel Dahmer, Kimia Organik.
l Dr. Raymond V. Damadian, Fisika.
l Dr. Chris Darnbrough, Biokimia.
l Dr. S. E. Aw, Biokimia.
l Dr. Thomas Barnes, Fisika.
l Dr. Paul Ackerman, Psikologi.
l Dr. Douglas Dean, Kimia Biologis.
l Dr. Don DeYoung, Astronomi, Fisika Atmosfer.
l Prof. Danny Faulkner, Astronomi.
l Prof. Dennis L. Englin, Geofisika.
l Prof. Robert H. Franks, Biologi.
l Dr. Donald Hamann, Ilmu Makanan.
l Dr. Barry Harker, Filosofi.
l Dr. Charles W. Harrison, Fisika Terapan.
l Dr. Harold R. Henry, Rekayasa.
l Dr. Joseph Henson, Entomologi.
l Robert A. Herrmann, Matematika.
l Dr. Russell Humphreys, Fisika.
l Dr. Jonathan W. Jones, Kedokteran.
l Dr. Valery Karpounin, Matematika.
l Dr. Dean Kenyon, Biologi.
l Dr. John W. Klotz, Biologi.
l Dr. Vladimir F. Kondalenko, Sitologi, Patologi Sel.
l Dr. Leonid Korochkin, Genetika, Biologi Molekuler,
Neurobiologi.
l Prof. Jin-Hyouk Kwon, Fisika.
l Prof. Myung-Sang Kwon, Imunologi.
l Prof. John Lennox, Matematika.
l Dr. John Leslie, Biokimia.
l Prof. Lane P. Lester, Biologi, Genetika.
l Prof. George D. Lindsey, Pendidikan Sains.
l Dr. Alan Love, Kimia.
l Prof. Marvin L. Lubenow, Antropologi.
l Dr. Andrew McIntosh, Aerodinamika.
l Dr. John Mann, Pertanian.
l Dr. Frank Marsh, Biologi.
l Dr. Ralph Matthews, Kimia Radiasi.
l Dr. John Meyer, Fisiologi.
l Dr. Henry M. Morris, Hidrologi.
l Dr. Len Morris, Fisiologi.
l Dr. Graeme Mortimer, Geologi.
l Prof. Hee-Choon No, Rekayasa Nuklir.
l Dr. David Oderberg, Filosofi.
l Prof. John Oller, Bahasa.
l Prof. Chris D. Osborne, Biologi.
l Dr. John Osgood, Kedokteran.
l Dr. Charles Pallaghy, Botani.
l Prof. J. Rendle-Short, Kedokteran Anak.
l Dr. Jung-Goo Roe, Biologi.
l Dr. David Rosevear, Kimia.
l Dr. Young-Gi Shim, Kimia.
l Dr. Mikhail Shulgin, Fisika .
l Dr. Roger Simpson, Teknik.
l Dr. Harold Slusher, Geofisika.
l Prof. Man-Suk Song, Ilmu Komputer.
l Prof. James Stark, Pendidikan Sains.
l Prof. Brian Stone, Teknik.
l Dr. Lyudmila Tonkonog, Kimia, Biokimia.
l Dr. Larry Vardiman, Ilmu Atmosfer.
l Dr. Joachim Vetter, Biologi.
l Dr. Noel Weeks, Zoologi.
l Dr. A. J. Monty White, Kimia, Kinetika Gas.
l Prof. A. E. Wilder-Smith, Kimia Organik dan Farmakologi.
l Dr. Clifford Wilson, Arkeologi.
l Prof. Verna Wright, Kedokteran.
l Prof. Seoung-Hoon Yang, Fisika .
l Dr. Ick-Dong Yoo, Genetika.
l Dr. Sung-Hee Yoon, Biologi.
BAB 6 KESIMPULAN
Agama adalah sumber utama
yang memberi manusia pengetahuan akurat berkenaan dengan penciptaan alam
semesta dan kehidupan. Tetapi ketika kita menyebut “agama”, kita mengacu pada
Al Quran sebagai sumber informasi sejati. Kitab-kitab suci agama lain telah
mengalami perubahan dan tidak dapat lagi dianggap sebagai Kitab Ilahiah.
Al Quran, di lain pihak, sudah pasti merupakan firman
Tuhan yang tidak mengandung kontradiksi. Al Quran-lah kitab yang telah
diturunkan Allah kepada utusan-Nya sebagai petunjuk. Dengan ayat-Nya,
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr, 15: 9), Allah menyatakan bahwa Al
Quran adalah kitab terakhir, dan berada dalam penjagaan-Nya. Oleh karena itu,
sains akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh Al Quran, dan mengambil
kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian sains mengikuti jalan Allah.
Ketika jalan yang bertentangan dengan agama diambil, para ilmuwan menyia-nyiakan
waktu dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan sains.
Sebagaimana upaya dalam semua bidang lain, jalan yang
harus diikuti dalam bidang ilmiah sekali lagi adalah “jalan” yang diperintahkan
Allah dalam Al Quran. Sebagai-mana firman Tuhan, “Sesungguhnya Al Quran ini
mem-berikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (QS. Al Israa,17: 9)
PICTURE TEXT
BAB 1
Tanda-tanda keberadaan
Allah, Sang Pencipta Agung, di alam semesta sangat jelas bagi siapa pun yang
memikirkan dan menggunakan akal serta mengikuti nuraninya.
=
“(Dia) Pencipta langit
dan bumi...”
(QS. Asy-Syuura, 42: 11)
!
=
Setiap makhluk hidup di
alam semesta memiliki rancangan sempurna. Contohnya, seperti yang dinyatakan
ahli fisika Lipson, syaraf yang sangat kecil merupakan mahakarya teknik elektro.
=
BAB 2
Ilmuwan yang mengejar
tujuan yang salah, menyebabkan usaha terbuang
sia-sia dalam sains.
=
Dengan teleskop raksasa
ini, Hubble menemukan bahwa bintang bergerak menjauh, tidak hanya dari kita
tetapi juga dari sesama bintang.
=
Dalam waktu singkat,
satelit COBE menemukan bukti yang membenarkan hipotesis “Big Bang”.
=
Alam semesta terjadi
melalui ledakan dari titik massa tunggal yang memiliki volume nol. Ledakan yang
disebut Big Bang ini menunjukkan secara nyata bahwa alam semesta diciptakan dari
ketiadaan. Hal ini, untuk selamanya, menghancurkan klaim kaum materialis
mengenai alam semesta tanpa batas.
=
Ketika kita melihat
desain yang rumit, kita segera memahami bahwa ia dihasilkan oleh suatu zat yang
cerdas.
=
Hanya orang dengan
kecerdasan tinggi yang dapat merekonstruksi kepingan puzzle Albert Einstein
seperti terlihat di sini. Jadi, jelaslah bahwa sistem yang jauh lebih rumit dan
sempurna — daripada puzzle ini — di alam semesta dirancang oleh Allah, Pemilik
pengetahuan dan kebijakan tanpa batas.
=
Seperti halnya ideologi
rasialis yang membawa kehancuran bagi umat manusia dengan Perang Dunia II,
ideologi materialisme membawa dunia sains ke dalam kegelapan.
=
Dalam pemahaman sains
Abad Pertengahan, orang mengira bahwa makhluk hidup dapat muncul dari benda
mati. Contohnya, belatung yang berkembang pada daging terbuka muncul secara
spontan. Namun gagasan ini dipadamkan oleh penemuan F. Redi, kemudian oleh
penemuan L. Pasteur.
=
Louis Pasteur
=
Kini, masyarakat ilmiah
telah menunjukkan bahwa benda mati tidak dapat mengatur diri melalui peristiwa
acak, dan kemudian bergabung dengan benda mati lainnya untuk membentuk sel
kompleks dan sempurna. Allah, Tuhan semesta alam, menciptakan segalanya, dan
hanya Dia yang memiliki kekuasaan untuk menghidupkan.
=
“Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang
melata di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki; Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS.
An-Nuur, 24: 45) !
=
“Sesungguhnya pada langit
dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang
yang beriman.Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata
yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk
kaum yang meyakini.” (QS. Al Jaatsiyah, 45: 3-4) !
=
Carl Linnaeus, penemu
taksonomi yang memercayai bahwa Tuhan menciptakan semua makhluk hidup,
mengelompokkan bentuk-bentuk kehidupan dalam kelas-kelas berbeda.
=
Klaim bahwa reptil
berevolusi menjadi mamalia sangat bertentangan dengan temuan-temuan sains.
Salah satu bukti adalah perbedaan nyata antara sisik reptil dan bulu mamalia.
=
Bulu burung sangat
berbeda dengan sisik reptil. Bulu dilengkapi sifat yang sangat rumit untuk
memungkinkan burung terbang.
=
Alan Feduccia
=
Evolusionis mengklaim
bahwa kaki depan dinosaurus tertentu berubah menjadi sayap ketika mereka
mengejar lalat. Evolusionis tidak ragu-ragu membuat teori imajiner dan tidak
masuk akal.
=
Eksperimen mutasi yang
dilakukan pada lalat selama beberapa
puluh tahun tidak menghasilkan satu pun mutasi yang menguntungkan. Ini
hanya satu dari sekian usaha sia-sia evolusionis untuk menemukan mutasi
menguntungkan.
=
Kelainan fisik adalah
salah satu contoh efek berbahaya mutasi. Mutasi acak hanya merusak struktur
yang sempurna.
=
Richard Leakey dan Alan
Walker, dua ilmuwan yang mencari bukti evolusi di bidang paleontologi selama
bertahun-tahun, menghabiskan hidup mereka untuk tujuan ini. Keduanya belum juga
menemukan apa yang mereka cari.
=
“Penggalian yang
dilakukan untuk menemukan bukti evolusi” di gurun Afrika di bawah sinar terik
matahari, dengan anggaran jutaan dolar, telah terbukti tidak menghasilkan dan
tidak berguna. Evolusionis yang tidak mau melihat usahanya sia-sia, dalam
keputusasaan, akhirnya melakukan “penipuan”.
=
Bahan penyusun DNA yang
rumit, dengan setiap sifatnya yang memiliki tujuan tertentu, menunjukkan bahwa
DNA telah diciptakan.
=
Pola perilaku lebah begitu
rumit sehingga baru-baru ini saja ilmuwan berhasil menemukan tujuan perilaku
mereka.
=
Segala usaha ilmuwan
evolusionis tidak menghasilkan apa pun. Akibatnya banyak ilmuwan kehilangan
semangat untuk mengadakan penelitian.
=
“Saya ragu apakah
pekerjaan ini patut menghabiskan begitu banyak waktu.” Darwin menyatakan
kehilangan kepercayaan dirinya dalam usaha membuktikan teori evolusi.
=
Tengkorak palsu yang
dipergunakan dalam penipuan manusia Piltdown.
=
Tidak peduli betapa keras
evolusionis mencoba membuktikan sebaliknya, setiap temuan ilmiah selalu
menunjuk keberadaan Allah dan kepelikan ciptaan-Nya. Bentuk kehidupan kompleks
yang muncul tiba-tiba dalam Periode Kambrian adalah bukti penciptaan ini.
=
Fosil trilobita dari
Periode Kambrian, dan kerumitan mata majemuknya adalah bukti penciptaan.
=
Struktur mata trilobita
serumit mata capung yang hidup pada masa kini.
=
Alasan mengapa bulu merak
membuat Darwin “muak” adalah, ia membuktikan keberadaan Sang Pencipta Yang
Mahabesar.
=
BAB 3
“Dan demikian (pula)
diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada
yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa
lagi Maha Pengampun.”
(QS. Faathir, 35: 28) !
“Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
(QS. Ali ‘Imran, 3: 18) !
=
Al Biruni adalah salah
seorang ilmuwan muslim abad ke-11. Ia sudah mengetahui bahwa bumi berotasi pada
sumbunya 600 tahun sebelum Galileo, dan menghitung lingkar bumi 700 tahun lebih
dulu sebelum Newton.
=
Ali Khuschu, seorang
ilmuwan abad ke-15 adalah orang pertama yang membuat peta bulan, dan satu
daerah di bulan dinamai dengan namanya.
=
Michael Denton
=
Scientific American,
September 1999
=
Gereja Katolik, dengan
mengabaikan kebenaran yang dibawa Nabi Isa, mengadopsi praktik-praktik ibadah
tertentu yang menyimpang dari agama. Bahkan, para ilmuwan seperti Galileo
menghadapi reaksi keras dari Gereja. Gambar ini menunjukkan Galileo sedang
dimintai keterangan dalam pengadilan.
=
Ketika kita memasuki
sebuah gua dan melihat lukisan sempurna yang mengesankan pada dinding gua, maka
kita menyimpulkan “pasti ada zat cerdas yang pernah datang ke gua itu sebelum
kita, yang telah menghasilkan banyak karya tersebut.” Kita memang tidak pernah
melihat zat cerdas itu, tetapi kita mengakui keberadaannya melalui
karya-karyanya.
=
Robert Shapiro
=
Setiap makhluk diciptakan
Allah dengan keserasian luar biasa dan rancangan sempurna. Mencermati rancangan
pada bulu burung hantu, atau mengamati cara terbangnya yang begitu lihai pada
malam hari, seseorang yang menggunakan akal dan mengikuti nuraninya akan
melihat dan meyakini kekuasaan serta pengetahuan abadi Allah.
=
BAB 4
Sensor sensitif di
satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992, menangkap
sisa-sisa “Big Bang.” Penemuan ini menjadi bukti untuk “Big Bang,” yang
memberikan penjelasan ilmiah bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
=
Semua benda luar angkasa
ini bergerak dalam orbit yang diperhitungkan dengan tepat. Selama berjuta-juta
tahun, setiap benda langit ini “beredar" pada orbitnya sendiri dalam
keselarasan dan keteraturan sempurna dengan benda langit lainnya.
=
Seperti yang digambarkan
di sini, benda-benda langit yang berhamburan di ruang angkasa dapat mengancam
bumi. Tetapi, Allah yang menciptakan segalanya dengan sempurna telah menjadikan
atmosfer sebagai atap pelindung.
=
Sabuk Van Allen, lapisan
yang ditimbulkan medan magnet bumi, juga bertindak sebagai perisai terhadap
radiasi berbahaya yang mengancam planet kita.
=
Atmosfer terdiri dari
tujuh lapisan yang memiliki sifat berbeda-beda, seperti tekanan dan komponen
gasnya. Setiap lapisan memiliki tugas penting bagi kehidupan di bumi.
=
Saat ini sudah menjadi
fakta bahwa atmosfer bumi terdiri dari lapisan-lapisan berbeda yang letaknya
saling bertumpukan. Sebagaimana digambarkan Al Quran, atmosfer terdiri tepat
dari 7 lapisan.
=
Gunung memiliki akar yang
tertanam dalam di bawah permukaan tanah.
(Earth, Press and Siever,
hlm. 413)
=
Bagian skematik. Gunung,
seperti pasak, mempunyai akar yang tertanam dalam tanah.
(Anatomy of the Earth,
Cailleux, hl. 220)
=
Ilustrasi lain yang
menunjukkan bagaimana bentuk gunung menyerupai pasak, karena
akarnya yang menghunjam
dalam. (Earth Science, Tarbuck and Lutgens, hlm. 158)
=
Gambar di sebelah kiri
menunjukkan posisi benua-benua di masa lalu. Jika kita asumsikan bahwa
pergerakan benua akan berlanjut dengan cara yang sama, jutaan tahun kemudian,
mereka akan berada pada posisi seperti yang ditunjukkan di sebelah kanan.
=
Di bumi, air didaur ulang
menurut “kadar” tertentu. Kehidupan di bumi tergantung pada siklus lain.
=
Air Laut Mediterania
memasuki Atlantik melalui Gibraltar. Tetapi temperatur, salinitas, dan
kekerapan mereka tidak berubah, karena pembatas yang memisahkan mereka.
=
Meskipun ada gelombang
besar, arus kuat, dan pasang di laut-laut ini, mereka tidak saling bercampur,
dan tidak pula melintasi pembatas di antara mereka. Hal tersebut terbukti
secara ilmiah hanya baru-baru ini, namun fakta ini sudah dinyatakan dalam surat
Ar Rahman 14 abad yang lalu.
=
Di dalam Al Quran,
dikatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan “dari air
mani apabila dipancarkan.” Tetapi, sampai baru-baru ini orang mengira bahwa
jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Pada abad ke-20, sains baru
menemukan informasi yang dinyatakan Al Quran berabad-abad lalu.
=
Kromosom prialah yang
menentukan jenis kelamin.
=
Sperma yang disemburkan
ke dalam uterus.
=
...lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging...
=
Dalam surat Az-Zumaar ayat
6 dijelaskan bahwa manusia diciptakan dalam rahim seorang ibu melalui tiga
tahap. Biologi modern pun telah membuktikan bahwa perkembangan embrio bayi
berproses pada tiga ruang terpisah dalam perut sang ibu.
=
BAB 5
Bacon, yang pada abad
ke-13 meramalkan pelbagai inovasi teknologi, berkata, “Maka sains ini sangat
berguna jika berkenaan dengan kalangan beriman, karena kita melihat di dalamnya
pengetahuan khusus tentang masa depan, sekarang, dan masa lampau.”
=
Francis Bacon
=
Cover-dalam buku karya Galileo,
Dialogue Concerning the Two Chief World Systems, yang selesai ditulisnya pada
tahun 1629.
=
Galileo berpendapat bahwa
bumi itu bulat, dan menjadi orang pertama yang menemukan daerah gelap, kawah,
dan bukit-bukit di bulan.
=
Dua teleskop pertama Galileo
di Museum of Science, Florida. Gambar kanan memperlihatkan lensa cembung
teleskop.
=
Banyak ilmuwan yang
terkenal dengan penemuan dan juga ketaatan religiusnya. von Helmont, penemu
termometer dan barometer, dan Pascal, adalah contoh ilmuwan seperti itu.
=
Mikroskop Leeuwenhoek
yang digunakannya untuk meneliti bakteri.
=
Kiri: Newton sedang
memisahkan cahaya menjadi spektrum warna dengan prisma.
Kanan: Hasil gambar Isaac
Newton yang menunjukkan jalannya cahaya dari lubang kecil melalui sebuah lensa,
dan kemudian melalui dua prisma yang memisahkan cahaya menjadi warna-warna.
=
Sir William Herschel
meneruskan penelitiannya dengan teleskop yang dirancangnya, didukung dana dari
Raja George III.
=
Gregory Mendel merumuskan
hukum keturunan dari eksperimennya terhadap kacang polong. Mendel, yang juga
seorang rahib, mengacaukan teori evolusi Darwin dengan temuannya.
=
Menurut efek Dopler,
spektrum gelombang cahaya berubah sebanding dengan jarak galaksi ke bumi.
Gambar ini menunjukkan perubahan tersebut. Sir Huggins, orang pertama yang
mengidentifikasi efek Dopler, adalah ilmuwan yang percaya kepada Tuhan.
=
Albert Einstein adalah
salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah. Einstein juga dikenal karena
keyakinannya kepada Tuhan, di samping penemuan-penemuan pentingnya.
=
Lemaitre, terlihat sedang
bersama Eisntein, adalah seorang ilmuwan yang relijius yang mengajukan teori
Big Bang (dentuman besar) tentang penciptaan alam semesta.
=
Wernher von Braun (lengan
dibalut) adalah seorang insinyur roket Jerman terkemuka. Dia membuat roket V-2
dalam Perang Dunia II yang terlihat pada gambar di atas. Dr. von Braun adalah
ilmuwan terkemuka di zamannya.
=
Dr. von Braun, seorang
beriman yang taat, di sini terlihat bersama Presiden AS, John F. Kennedy. Dr.
von Braun menyatakan sulit memahami ilmuwan yang tidak dapat mengakui
keberadaan Tuhan.
=
Orang yang melihat ladang
jagung tidak meragukan keberadaan petani yang menanam jagung. Prof. Dale
Swartzendruber mengatakan bahwa ada tujuan dan rencana yang agung di alam
semesta. Mengingkari keberadaan Pencipta, yang merancang tujuan dan rencana
ini, jauh lebih tak masuk akal daripada mengingkari keberadaan petani pada
contoh di atas.
=
Prof. Meyer adalah
ilmuwan beragama yang percaya bahwa sel terlalu rumit untuk muncul secara
kebetulan.
=
Prof. Michael P. Girouard
(paling kanan) berpartisipasi sebagai pembicara pada konferensi internasional
“Keruntuhan Teori Evolusi: Fakta Penciptaan”, yang diselenggarakan oleh Science
Research Foundation, di Istanbul.
=
Poster Seminar Inter-
nasional Kedua, bertema
“The Collapse of the
Theory of Evolution:
The Fact of Creation”,
yang diselenggarakan
oleh Science Research
Foundation, tanggal 5 Juli
1998, di Istanbul.
=
Prof. Boudreaux
menyampaikan ceramah berjudul “The Design in Chemistry”, pada konferensi
internasional, bertema “The Collapse of the Theory of Evolution: The Fact of
Creation”, yang diselenggarakan di Istanbul dan Ankara.
=
llmuwan terkenal dunia,
Prof. Cumming, adalah anggota Institute for Creation Research di Amerika
=
Prof. Menton adalah salah
seorang ilmuwan terkemuka yang berpartisipasi dalam serangkaian konferensi yang
diselenggarakan Science Research Foundation di Turki.
=
The Science Research
Foundation menyelenggarakan konferensi internasional bertema “The Collapse of
Evolution: The Fact of Creation” pada tanggal 4 April 1998 dan 5 Juli 1998 di
Istanbul, serta 12 Juli, 1998 di Ankara. Para ilmuwan terkemuka yang beriman
diundang sebagai pembicara.
=
Sumber: http://id.harunyahya.com/id/works/30304/AL_QURAN_DAN_SAINS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar