Jepara dengan kerajaan Kalingganya yang dipimpin oleh Ratu Agung Shima salah satunya. Pelabuhan besar kerajaan keling sekarang di desa Bumiharjo Keling yang didirikan Ratu Shima menjadikan Jepara sebagai jalur perdagangan sutera yang diperhitungkan dunia internasional ketika itu.
Pertama kedatangan sahabat Sayyidina Ja’far bin Abi Thalib RA, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia, sekitar tahun 626 M/ 4 H. Yang mengantarkan surat resmi dari Rasulullah saw kepada Ratu Shima (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, hlm.33).
Ketiga, sebagaimana dicatat oleh buya Hamka adalah disinggahi oleh Sahabat Muawwiyah bin abi Sofyan RA yang pada tahun 674 M dengan diam-diam melanjutkan perjalanannya menuju tanah Jawa yaitu ke kerajaan Kalingga menyamar sebagai pedagang untuk melihat secara langsung kondisi riil pulau jawa khususnya kerajaan Kalingga Jepara yang dipimpin oleh Ratu Shima yang menerapkan hukuman potong tangan.
Keempat, dilanjutkan pada masa Khulafaurrosyidin terlebih pada masa kholifah Sayidina Umar bin Khotthob dan Kholifah Sayyidina Usman bin Affan jalinan dakwah dan perdagangan dengan kerajaan Kalingga semakin besar dan lancar.
Kelima pada tahun 732 M - Syekh Subakir (Muhammad Al-Baqir) datang ke pulau Jawa yang singgah dulu di pulau Karimunjawa untuk berdakwah dan menanam pohon yang terkenal sebagai salah satu jimat tanah Jawa yaitu pohon Kalimosodo, Dewadaru, Setigi yang kemudian diteruskan oleh mbah Sunan Nyamplungan atau di kenal dengan mbah Amir Hasan dan Mbah Sayyid Abdullah serta mbah Maulana Makdum Umar.
Beliau menikahi Siti ‘Aisyah (Ratna Kusuma), putri dari Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini. Dari pernikahan tersebut melahirkan Raden Muhammad Yunus yang kemudian menikah dengan seorang putri pembesar Majapahit di Jepara dipanggil dengan gelar Wong Agung Jepara. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putra yang kemudian terkenal sangat cerdas dan pemberani bernama Abdul Qadir yang setelah menjadi menantu Sultan Demak I Raden Patah diberi gelar Adipati bin Yunus atau terkenal lagi sebagai Pati Unus yang kelak setelah gugur di Malaka di kenal masyarakat dengan gelar Pangeran Sabrang Lor.
Kedelapan, setelah gugurnya Pangeran Sabrang lor, Jepara di pimpin oleh Sultan Hadirin beliau adalah Rois Wali Abdal zaman itu adalah putra dari Syech Maulana Ishaq beliau adalah seorang sultan yang menjadi lokomotif pemikiran sinergitas antara peningkatan ekonomi kerakyatan (ukir-ukiran, tenun, rotan, kemasan, monel, pertanian, kelautan) dan religiusitas yang di dampingi oleh Syech Abdul Jalil Sunan Jepara bin Sunan Ampel.
Kesembilan, setelah Sultan Hadirin wafat digantikan oleh Ratu Kalinyamat yang sangat cerdas dan pemberani beliau dengan gagah berani ikut berjuang mengusir portugis di malaka melalui ekspedisi angkatan lautnya.
Kesebelas, setelah kerajaan Pajang dilanjutkan kerajaan Mataram Islam. Pada zaman Sultan Agung, Jepara menjadi bagian dari pengiriman kayu damar dari palembang ke Jawa bahkan Istana kerajaan Mataram pertama kali yang membuat seluruh ornamennya adalah para pengukir pengukir handal dari Jepara.
Keduabelas, perjuangan dakwah Islam di Jepara tidak pernah berhenti dari abad ke 19 hingga abad ke 21 kita bisa mencatat guru para ulama Jawa Mbah sholeh Darat dari Mayong dan para alim dari wilayah Mayong, mbah Raden Ajeng Kartini, Mbah Yek De dari kalinyamatan, Mbah Hasbullah Balekambang, mbah yai Ridlwan dari Sowan Kidul, mbah Ali Pontren Darus Salam Potroyudan dll dilanjutkan Mbah Abdullah Hadziq Balekambang, Mbah Mawardi Bugel, mbah Abdul Qodir Potroyudan, Habib Ali mayong, Mbah Sahil, Mbah Aqib, mbah Masykuri, mbah Yasin Gleget, mbah Rosyid, mbah Fauzan, mbah Umar Bandungharjo dll dilanjutkan mbah Mahfudz Asmawi, mbah Amin Sholeh, mbah Afif Klomo, mbah Jauhar, mbah Ali Ahmadi, mbah Obed, mbah Mahfudz Shiddiq, mbah Kholil, mbah Khumaid, mbah Muhsin Ali, mbah Makmun Balekambang, mbah Masduqi Ridwan, mbah Ahmad Mawardi, mbah Miftah Abu, mbah Faqih, mbah Mudhofar, mbah Ali Irfan, mbah Mahmudi, mbah Tahrir, mbah Mustain, Habib Anis, Habib Ali, Habib Farid, Habib Abdurrahman, Habib Ahmad, Habib Abdullah al Hindwan, Habib Abdul Qodir, Habib Muhdhor, Habib Ismail dan lain lain.
Sumber: http://www.soearamoeria.com/2015/08/menelisik-sejarah-islam-di-jepara.html?m=1