Pembangkit listrik tenaga angin komersial diharapkan segera terwujud di Indonesia agar emisi karbondioksida dapat diturunkan.
BPPT melalui Balai Besar Teknologi Energi (B2TE)
bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) memulai
proyek Wind Hybrid Power Generation yang dikenal dengan istilah
"WHyPGen." Melalui proyek ini, diharapkan segera terwujud sistem listrik
hibrida yang mengawinkan listrik tenaga angin dengan sumber lainnya.
Penerapan WHyPGen secara komersial diharapkan dapat menurunkan emisi
karbondioksida sebesar 17.071 metrik ton per tahun dari sektor
pembangkit listrik nasional.
Saat ini, pembangkit listrik hibrida bertenaga angin sudah
dilaksanakan di Pandansimo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pembangkit listrik ini sudah memenuhi kebutuhan 40 rumah penduduk,
penerangan umum, pengoperasian mesin pembuat es, serta mesin pompa air.
BPPT sendiri sudah memiliki contoh penerapan tenaga angin bertenaga
15kW yang disandingkan dengan listrik tenaga surya bertenaga 36kW.
Pembangkit listrik hibrida tersebut baru digunakan untuk menyuplai
kebutuhan listrik di ruang kontrol dan unit pengolahan bahan bakar
nabati.
Tim untuk melaksanakan proyek WHyPGen sudah terbentuk. Pertemuan
sudah dilakukan di DIY untuk mencanangkan program. Tim yang terlibat
dalam proyek ini terdiri dari BAPPENAS, Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi, Perusahaan Listrik Negara, dan Masyarakat Energi
Terbarukan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar