Senin, 12 November 2012

Dua Penelitian yang Berbuah Nobel Kedokteran


Scanner Portable
New York Times Gambar di sebelah kiri menunjukkan riset Gurdon 50 tahun lalu, mengganti inti sel telur katak dengan inti sel somatik. Gambar di sebelah kanan menunjukkan riset Yamanaka, menginduksi sel somatik dewasa dengan protein yang berperan dalam pemrograman sel.
NEW YORK, KOMPAS.com - Pengumuman pemenang Nobel Kedokteran 2012 telah dilakukan pada Senin (8/10/2012). Dua peneliti asal Inggris dan Jepang, John B. Gurdon dari University of Cambridge dan Shinya Yamanaka dari Kyoto University, berbagi kemenangan itu.


Seperti biasa setelah pengumuman pemenang nobel, publik dan peneliti bereaksi. Kebanyakan memuji dan mengakui kehebatan hasil karya para peneliti tersebut. Namun, apa sebenarnya hasil studi dua peneliti peraih Nobel Kodekteran 2012 itu? Apa dampaknya?

Diberitakan New York Times, Selasa (9/10/2012), riset yang berhasil membawa Gurdon dan Yamanaka sebagai pemenang nobel adalah penelitian sel punca. Sel punca adalah sel embrionik atau primitif yang memiliki totipotensi, mampu terspesialisasi menjadi beragam jenis sel.

Riset Gurdon dan Yamanaka mengubah pandangan bahwa spesialisasi sel tidak bersifat balik. Berdasarkan riset dua peneliti itu, sel dewasa yang telah mengalami spesialisasi ternyata bisa diubah lagi menjadi sel punca.

Untuk bisa diakui sebagai penelitian hebat dan layak mendapatkan hadiah nobel, butuh waktu setengah abad. Riset dimulai pada tahun 1962 dan baru pada tahun ini publik secara luas bisa mengetahuinya. Penerapannya sudah terbayang namun belum bisa dirasakan.

Berawal dari kloning katak

Gurdon memulai penelitian pada tahun 1962 atas rekomendasi dari supervisor-nya. Ia mencoba menginjeksikan inti sel usus katak dewasa yang mengandung DNA ke sel telur yang inti selnya telah diangkat.

Penelitian Gurdon awalnya menuai sikap skeptis dari ilmuwan lain. Pasalnya, dipahami sebelumnya bahwa sel dewasa adalah sel yang sudah mengalami spesialisasi, tidak bisa membuahi.

Namun, di luar dugaan, Gurdon membuktikan bahwa pandangannya benar. Inti sel usus katak dapat berperilaku seperti inti sel telur. Ketika sel telur tersebut dibuahi, individu baru tetap dapat dihasilkan.

Penelitian Gourdon menjadi salah satu awal penelitian sel punca dan kloning. Salah satu pencapaian kloning adalah domba Dolly yang lahir tahun 1996. Domba itu adalah satu-satunya mamalia kloning yang hidup dari 277 percobaan.

Meski berhasil membuktikan, Gourdon tetap tak percaya diri. Diberitakan Nature, Selasa, Gurdon baru memublikasikan hasil risetnya 2 tahun setelah mendapatkan gelar doktor di Oxford University dan menuntaskan postdoc di California Institute of Technology.

Jawaban setelah 44 tahun

Penelitian Gurdon telah dikonfirmasi kebenarannya oleh ilmuwan lain. Namun, satu pertanyaan tersisa. Bagaimana sel dewasa mampu berubah lagi menjadi sel punca? Gen apa yang berperan? Di sinilah peran serta Yamanaka.

Yamanaka meneliti sel-sel tikus. Pada tahun 2006, ia menemukan empat protein atau agen transkripsi yang berperan dalam pemrograman ulang sel. Dengan injeksi protein itu, Yamanaka bisa mengubah sel dewasa menjadi sel punca.

Sel punca yang dihasilkan dari riset Yamanaka disebut induced pluripotent cell (iPS Cell) atau sederhananya sel punca bersifat pluripotensi hasil induksi. Beragam manfaat bisa dipetik dari sel hasil riset ini.

Saat penelitian, Yamanaka menggunakan sel jaringan ikat pada tikus. Dri hasil pemrograman ulang sel, sel punca yang dihasilkan bisa diubah menjadi sel jantung, saraf dan jenis sel yang terspesialisasi lainnya.

Aplikasi riset

Hasil riset Gurdon dan Yamanaka punya banyak manfaat dalam bidang kedoteran, terutama mengatasi penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, jantung dan lainnya. Namun, masih perlu waktu lama untuk mewujudkan keefektifan metode ini.

Saat ini, paling tidak, riset Gurdon dan Yamanaka memungkinkan ilmuwan memperlajari asal usul suatu penyakit. Sel yang diprogram ulang didorong untuk menumbuhkan jaringan yang merupakan penyakit. Ilmuwan dapat memahami bagaimana penyakit berkembang. 

Sumber: http://sains.kompas.com/read/2012/10/09/16273371/Dua.Penelitian.yang.Berbuah.Nobel.Kedokteran

Babak Pertama Pengembangan Komputer Kuantum


IEEE Ilustrasi : Komputer Kuantum
 
KOMPAS.com - Serge Haroche dari Perancis dan David Wineland dari Amerika Serikat diumumkan sebagai pemenang Nobel Fisika 2012 pada Selasa (9/10/2012). Keduanya dianggap berjasa dalam menguak misteri dunia fisika kuantum.

Kemenangan keduanya memberi jawaban pada prediksi peraih Nobel Fisika tahun ini. Sebelumnya, nobel itu diperkirakan akan diraih oleh peneliti partikel Higgs. Namun, hasil riset partikel Higgs yang diumumkan 4 Juli 2012 lalu mungkin terlalu dini untuk mendapatkan nobel.

Panitia nobel menyatakan bahwa riset Haroche dan Wineland dipilih karena memberi sumbangan besar. "Metode mendasar mereka memungkinkan penelitian ini menjadi langkah awal untuk mengembangkan komputer super cepat tipe terbaru berdasarkan fisika kuantum."

"Penelitian ini juga menjadi permulaan untuk mengkonstruksi jam atomik yang super tepat yang bisa menjadi standar waktu di masa depan," demikian pernyataan panitia nobel di situs webnya, Selasa kemarin.

Komputer kuantum adalah teknologi yang kini masih menjadi mimpi namun akan jadi revolusi di abad ini. Sementara jam atomik 10 kali lipat lebih baik dari jam saat ini, sangat tepat hingga diumpamakan hanya akan mati 5 detik sepanjang 13,7 miliar sejak Big Bang.

Dari Khayalan jadi Kenyataan

Lalu, apa sebenarnya penelitian Haroche dan Wineland? Panitia nobel menyebutkan bahwa riset keduanya terkait dengan pengembangan metode untuk mengukur, mengontrol dan memanipulasi partikel kuantum tunggal.

Selama ini, partikel kuantum tunggal sulit diamati secara langsung karena karakteristik kuantumnya akan rusak begitu berinteraksi dengan dunia luar. Ilmuwan cuma bisa menggambarkan lewat "eksperimen khayalan".

"Eksperimen khayalan" tersebut dideskripsikan oleh  Erwin Schrödinger, dikenal sebagai Kucing Schrödinger. Ia mengibaratkan partikel kuantum layaknya kucing dalam kotak tertutup dengan satu botol berisi racun sianida yang dapat membunuh.

Dalam fisika kuantum, dikenal kondisi superposisi, dimana suatu partikel punya kemungkinan untuk berada di dua kondisi sekaligus. Kondisi superposisi ini sangat sensitif sehingga kontak dengan lingkungan akan merusaknya.

Berdasarkan hal itu, racun sianida dalam kotak bisa ada dalam dua kondisi, meluruh atau tidak. Kucing pun demikian, dapat berada dalam kondisi hidup ataupun mati karena efek radioaktif sianida.

Untuk mengetahui kondisi kucing sebenarnya, sekilas mudah saja, dengan membuka kotak. Tapi menurut fisika kuantum, membuka kotak untuk mengetahui kondisi kucing tak mungkin dilakukan sebab akan merusak superposisi. Demikianlah kira-kira kesulitan pengamatan partikel kuantum.

Panitia nobel mengungkapkan bahwa Haroche dan Wineland membuat terobosan sebab "Haroche dan Wineland menjebak partikel kuantum dan meletakkannya seperti dalam kondisi superposisi kucing." Sesuatu yang awalnya hanya dalam khayalan bisa dibuktikan dalam kenyataan.

Dua Metode Berbeda

Untuk membuktikan kondisi superposisi, mengukur serta memanipulasi partikel kuantum, Haroche dan Wineland melakukan dua metode yang berbeda. Kedua metode yang dipilih berlawanan tetapi tetap punya kaitan.

Dalam eksperimennya, Wineland menjebak ion Berrylium dengan medan listrik. Partikel bermuatan itu diisolasi dari panas dan radiasi di lingkungannya. Caranya, dengan melakukan eksperimen di ruang vakum pada suhu yang sangat rendah.

Salah satu rahasia dalam penelitian Wineland adalah penggunaan laser untuk menciptakan pulsa laser. Laser membantu menempatkan ion pada energi terendahnya sehingga memudahkan peneliti mengobservasi perilakunya. Laser juga membantu menempatkan ion pada kondisi superposisi.

Dengan laser, sebagai salah satu contoh, ion bisa ditempatkan di antara dua level energi, dengan peluang bisa berakhir di level energi rendah ataupun tinggi. Dalam kondisi itu superposisi energi suatu partikel bisa dipelajari.

Sementara itu, Haroche melakukan metode berbeda dengan cara mengobservasi cahaya yang dijebak. Cahaya diisolasi dengan dua cermin berbahan superkonduktor. Percobaan juga dilakukan di suhu hampir nol mutlak (-273 derajat Celsius).

Cermin superkonduktor memiliki kemampuan memantulkan yang luar biasa. Cahaya bisa dipantulkan di ruang antar cermin yang hanya sekitar 3 cm selama hampir sepersepuluh detik sebelum diserap.

Berkebalikan dengan Wineland yang memanipulasi ion dengan foton, Haroche memanipulasi foton dengan ion. Wineland mengirimkan atom Rydberg ke ruang antara dua cermin sedemikian sehingga perilaku foton bisa dimanipulasi.

Interaksi antara atom dan foton mengubah fase kuantum atom. Jika atom diibaratkan sebuah gelombang, puncak dan lembahnya bergantian. Saat atom meninggalkan ruang antar cermin, foton di dalamnya bisa dilihat ada tidaknya. Jika tak ada foton, maka tak ada pergantian fase.

Dasar Teknologi Komputer Kuantum

Aplikasi dari isolasi ion merupakan dasar dari penciptaan komputer kuantum. Unit dasar komputer saat ini adalah bit, masih berbasis pada kode biner. Bit hanya dapat bernilai 1 atau 0.

Dalam kuantum komputer, unit dasarnya adalah bit kuantum (qubit). Qubit layaknya kucing Schrödinger. Qubit bisa bernilai 1 atau 0 sekaligus. Dengan prinsip ini, komputer masa depan mampu menampung dan memroses lebih banyak data sehingga lebih cepat.

Panitia nobel menyatakan bahwa komputer kuantum akan menjadi keseharian manusia dalam abad 21 ini, menjadi sebuah revolusi, sebagaimana komputer kasik menjadi revolusi di abad 20 lalu.

Isolasi ion juga mendasari teknologi jam atom masa depan. Jam saat ini berbasis atom sesium. Sementara, jam atom masa depan berbasis cahaya tampak, sehingga sering juga disebut jam optik. Jam optik akan jauh lebih tepat dari jam saat ini.

Dengan adanya jam optik, variasi gravitas dan perjalanan waktu bisa diukur. Semakin besar gravitasi, semakin lambat berjalannya waktu. Hal ini mungkin akan bermanfaat bagi pengembangan GPS yang selama ini didasarkan pada sinyal satelit dengan waktu yang secara rutin dikalibrasi.

Riset Haroche dan Wineland menjadi babak pertama pengembangan komputer kuantum dimana dasar pengetahuan ditegakkan. Riset ini mungkin seperti penemuan struktur DNA oleh watson dan Crick yang kemudian menjadi dasar dari rekayasa genetika. 

Sumber: http://sains.kompas.com/read/2012/10/10/10505389/Babak.Pertama.Pengembangan.Komputer.Kuantum

Meluruskan Sejarah tentang Pemberontakan PKI

  Oleh: H. As’ad Said Ali
   Wakil Ketua Umum PBNU
 
Sejarah perlu dipahami secara utuh dan berkesinambungan. Pemahaman sejarah yang hanya dengan membaca potongan-potongan fragmen, sementara sebagian fragmen telah dipenggal dan ditutup-tutupi, akan melahirkan pemahaman menyimpang. Tidak hanya itu, bahkan bisa memutarbalikkan fakta dalam peristiwa. Hal itu terjadi di tengah bangsa ini dalam memahami sejarah pemberontakan PKI.

Dalam pandangan sejarah kontemporer yang tidak benar, PKI hanya dianggap membuat maneuver hanya tahun 1965. Itu pun juga tidak sepenuhnya diakui, sebab peristiwa berdarah  itu dianggap hanya manuver TNI Angkatan Darat. Kemudian dibuat kesimpulan bahwa PKI tidak pernah melakukan petualangan politik. Mereka dianggap sebagai korban konspirasi dari TNI AD dan ormas Islam anti PKI seperti NU dll.

Pemberontakan PKI pertama kali dilakukan tahun 1926, kemudian dilanjutkan dengan Pemberontakan Madian 1948 dan dilanjutkan kembali pada tahun 1965 adalah suatu kesatuan sejarah yang saling terkait. Para pelakunya saling berhubungan. Tujuan utamanya adalah bagaimana mengkomuniskan Indonesia dengan mengorbankan para ulama dan aparat negara.

Pemberontakan Madiun 1948  yang dilakukan PKI beserta Pesindo dan organ kiri lainnya menelan ribuan korban baik dari kalangan santri, para ulama, pemimpin tarekat, yang dibantai secara keji. Selain itu berbagai aset mereka seperti masjid, pesantren dan madrasah dibakar. Demikian juga kalangan aparat negara baik para birokrat, aparat keamanan, poliisi dan TNI banyak yang mereka bantai saat mereka menguasai Madiun dan sektarnya yang meliputi kawasan startegis Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Anehnya, PKI menuduh pembantaian yang mereka lakukan itu hanya sebagai manuver Hatta. Padahal jelas-jelas Bung Karno Sendiri yang berkuasa saat itu bersama Hatta mengatakan pada Rakyat bahwa Pemberontakan PKI di Madiun yang dipimpin Muso dan Amir Syarifuddin itu sebuah kudeta untuk menikam republik dari Belakang, karena itu harus dihancurkan. Korban yang begitu besar itu ditutupi oleh PKI, karena itu tidak lama akemudian Aidit menerbitkan buku Putih yang memutarbalikkan Fakta pembantaian Madiun itu. Para penulis sejarah termakan oleh manipulasi Aidit itu. Tetapi rakyat, para ulama dan santri sebagai korban tetap mencatat dalam sejarahnya sendiri.

Karena peristiwa itu dilupakan maka PKI melakukan agitasi dan propaganda intensif sejak dimulainya kampanye Pemilu 1955, sehingga suasana politik tidak hanya panas, tetapi penuh dengan ketegangan dan konflik. Berbagai aksi teror dilakukan PKI. Para kiai dianggap sebagai salah satu dari setan desa yang harus dibabat. Kehidupan kiai dan kaum santri sangat terteror, sehingga mereka selalu berjaga dari serangan PKI.

Fitnah, penghinaan serta pembunuhan dilakukan PKI di berbagai tempat, sehingga terjadi konflik sosial yang bersifat horisontal antara pengikut PKI dan kelompok Islam terutama NU. Serang menyerang terjadi di berbagai tempat ibadah, pengrusakan pesantren dan masjid dilakukan termasuk perampasan tanah para kiai. Bahkan pembunuhan pun dilakukan. Saat itu NU melakukan siaga penuh yang kemudian dibantu oleh GP Ansor dengan Banser sebagai pasukan khusus yang melindungi mereka. Lagi-lagi Kekejaman yang dilakukan PKI terhadap santri dan kiai dan kalangan TNI itu dianggap hanya manuver TNI AD.

Sejarah dibalik. Yang selama ini PKI bertindak sebagai pelaku kekejaman, diubah menjadi pihak yang menjadi korban kekejaman para ulama dan TNI. Lalu mereka membuat berbagai maneuver melalui amnesti internasional dan mahkamah internasional, termasuk Komnas HAM. Karena mereka pada umumnya tidak tahu sejarah, maka dengan mudah mempercayai pemalsuan sejarah seperti itu. Akhirnya kalangan TNI, pemerintah dan NU yang membela diri dan membela agama serta membela ideologi negara itu dipaksa minta maaf, karena dianggap melakukan kekejaman pada PKI.

PKI telah menciptakan suasana  sedemikian tegang ,sehingga sampai pada situasi to kill or to be killed (membunuh atau dibunuh), dalam sebuah  perang saudara. Oleh karena itu kalau diperlukan perdamaian maka keduanya bisa saling member maaf, bukan permintaan maaf sepihak sebagaimana mereka tuntut, karena justeru kesalahan ada pada mereka dengan melakukan agitasi serta teror bahkan pembantaian.

Pemahaman sejarah yang menyimpang ini harus diluruskan karena telah menyebar luas. Bahkan tidak sedikit kader NU yang berpandangan demikian, karena itu harus diluruskan, karena ini menyangkut peran politik NU ke depan.

Demi membangun Indonesia ke depan yang utuh dan tanpa diskriminasi NU bersedia memaafkan PKI sejauh mereka minta maaf. NU boleh memaafkan PKI tetapi sama sekali tidak boleh melupakan semua petualangan PKI, agar tidak terjerumus dalam lubang sejarah untuk ketiga kali. Dengan demikian bisa bersikap proporsional, bersahabat, bekerjasama dengan semua pihak, namun tetap menjaga keberadaan agama, keutuhan wilayah, komitmen ideologi serta keamanan negara.
 
Jakarta, 1 Oktober 2012


Sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,6-id,40065-lang,id-c,taushiyah-t,Meluruskan+Sejarah-.phpx

Kopi Bikin Orang Lebih Kebal Menghadapi Omelan dan Keluhan

Ilustrasi (dok: Thinkstock)

Tak salah kopi disebut penangkal stres,sebab kandungan kafeinnya bisa membuat orang lebih peka terhadap kata-kata positif dibanding yang negatif. Jadi kalau sedang pusing menghadapi orang ngomel dan banyak mengeluh, minum saja kopi.

Penelitian terbaru di Ruhr University menunjukkan bahwa kopi bisa mengubah cara pandang seseorang terhadap kehidupan secara keseluruhan. Jika semula sering dihantui pikiran negatif, paparan kafein akan mengubahnya jadi pikiran-pikiran yang lebih positif.

Berbagai penelitian sebelumnya juga mengungkap bahwa kafein membuat orang lebih peka terhadap kata-kata positif seperti 'bahagia' dibanding yang negatif seperti 'gila'. Bukan hanya pada kata-kata, kecenderungan yang sama juga berlaku saat merespons gambar maupun suara.

Untuk memastikan berbagai spekulasi terkait manfaat kafein, Lars Kuchinke dari Ruhr University melakukan eksperimen pada 66 relawan. Sebagian diberi tablet berisi 200 mg kafein, sebagian lagi diberi obat kosong atau plasebo yang hanya berisi tepung gula.

Relawan yang mengonsumsi tablet kafein memiliki akurasi 7 persen lebih baik dalam mengenali kata-kata positif saat diminta mengamati layar monitor yang memunculkan kata-kata secara acak. Pada kata-kata negatif, akurasinya sama sekali tidak terpengaruh.

Hal itu membuktikan bahwa kafein seperti yang terkandung dalam kopi bisa mempengaruhi fungsi saraf secara positif. Diyakini, efek tersebut muncul karena kafein mempengaruhi pelepasan dopamin yakni senyawa di otak yang berhubungan dengan reward atau rasa senang dan kreativitas.

"Penelitian terkini menunjukkan bahwa ini (pengaruh kafein terhadap fungsi saraf) hanya spesifik pada stimuli atau rangsang yang spesifik, misalnya hanya untuk kata-kata positif," kata Kuchinke yang mempublikasikan temuannya di jurnal PLoS ONE, seperti dikutip dari Livescience, Senin (12/11/2012).

Sumber: http://health.detik.com/read/2012/11/12/105416/2089022/763/kopi-bikin-orang-lebih-kebal-menghadapi-omelan-dan-keluhan?l992206755

Hikayat Mualaf Fresh


Oleh: Isfandiari
 Penulis adalahPemerhati masalah sosial

Temanku Jeffrey, turunan Cina-Manado. Baru lalu ia  bikin kejutan besar di lingkungan gaulnya: JJ begitu ia disapa, ikhlas memeluk Islam hingga dapat predikat mualaf fresh.  Sebagai muslim keturunan dan teman dekatnya, saya penasaran setengah mati, kok bisa-kok mau? Bukan apa-apa, JJ punya gaya hidup yang jauh dari ‘rasa’ muslim dilihat dari kacamata awam. Ia intelek (bukan berarti muslim nggak intelek lo!),  lihai bergaul dengan gadis-gadis cantik, bertampang bagai bintang Mandarin, langganan dugem, sangat konsumtif, realis sejati dan berdaya rasional minta ampun. Lha…, ada angin apa ujug-ujug bershahadat secara takzim, di mesjid dekat rumahnya sambil berurai air mata… alhamdulillah, saya jadi saksi peristiwa ajaib ini.

Rasa girang dan syukur saya dikalahkan rasa penasaran. Tarohlah ia dari golongan lempeng, hidup tak banyak gejolak ekstravagansa, jenis manusia tertib dan sejenisnya, keinginan jadi mualaf tak mengejutkan. Tapi JJ lain. Ia bergelimang kehidupan gemerlap, musik menghentak, mobil ceper, miras mahal dan selaksa surga dunia lainnya. Kalau saja dianggap tobat, ia tak perlu menjadi ‘bersih’ dengan shock therapy dibentak manusia berperan malaikat Mungkar dan Nangkir di kuburan palsu,  tiang gantungan, pecut sampai jadi berlagak bak mayat dikafani segala. “Maaf, membuat orang tobat dengan cara itu, terus terang saja menggelikan. Orang ingin mencintai Allah kok ditakut-takuti !” katanya sambil terkekeh.  Ia mengaku kagum pada idealisma Rabi’ah Al Adawiyyah, cewek Basra (801 M) soal cinta mistik, penyerahan diri total pada ‘kekasih’ –nya Allah lewat puisi mahabah berisi kecintaan sejati.”Itulah cara terindah mendekatkan diri,” kata sahabat saya ini.

Di rumah  mewahnya ia berbagi pengalaman. “You tahu kenapa aku tertarik sama kamu punya agama?” katanya dalam. Ia mengaku kagum pada kedalaman Islam dan nafsu keilmuan para ulama. Ia menyakini AL-Quran sebagai pijakan berbagai bidang: politik, fisika, ekonomi sampai etika gaul. Fisika tentang kepastian hukum alam, ada dalam surat Al Qamar 49:Susungguhnya kami menciptakan sesuatu menurut ukuran. Ditambah penguat lain di  surat seperti Az Zariyat (47), As Sajdah (11-13), Fatir (14), AT Talaq (12) dan banyak lagi.”Semuanya seperti guidance temuan-temuan ahli fisika ternama tentang Galaksi, teori dentuman besar (Big Bang) tentang materi dan banyak lagi,” semangatnya. “Pantas saja Ibnu Sina bisa membuat buku Al Magest tentang astronomi, Muhammad Bin Musa, perintis ilmu pasti. Atau Jabir bin Hayyam, bapak ilmu kimia, fisikawan Al Hazen alias Ibnu Haitam dan banyak lagi,” cocor JJ  sambil  ngasih bonus data: Paus Silvester II (999-1003) yang bernama asli Gerbert Of Auvergne, penyelidik angka-angka arab dan memperkenalkan angka nol pengganti angka Romawi di Eropa adalah lulusan perguruan tinggi Islam Qairawan di Afrika Utara. Universitas itu ada  di bawah kekuasaan Daulah Al-Muwahhidun.

Sosial kemasyarakatan juga disasar JJ. “Hebat sekali ya Nuruddin Ar Raniri, ulama Aceh abad 17 itu!” Saya bingung karena nggak kenal. “Selain penyebar bahasa Melayu di Asia Tenggara ia juga penulis produktif bidang perbandingan agama, filsafat, akidah sejarah juga mistik,” katanya serius. Sekilas ia juga menganalisa sepak terjang ulama besar, KH Hasyim Ashari, Ali Ma’soem sampai ulama yang juga sastrawan H. Mahbub Djunaidi.

Menjelang subuh kami habiskan tak terasa. Di penghujung malam itu, otak saya lelah ‘melouding’ data dari dirinya. Pengalaman intelektualnya menjadi mualaf membuat saya iri kepadanya. Sepanjang hidup menjadi muslim, saya mengalami kekeringan data dan merasa jalan di tempat. Akh, seperti membaca kegundahan saya, ia  mengeluh. ”Sayang…sayang! Info ikhwal  kecanggihan Islam harus diburu melalui literature mahal di perpustakaan dan buku-buku. Sharing data yang dalam belum maksimal dilakoni mubalig pada umat. Mau contoh? Saya keliling-keliling mencari ilmu lewat kutbah Jum'at. Yang didapat: retorika repetitif, kadang mengulang-ulang itu-itu saja. Diskripsi soal hukuman neraka kalau Anda menyimpang atau sebaliknya iming-iming nikmatnya surga jika berjalan sesuai aturan. Makin gawat, kadang bernada marah-marah, menyalahkan kaum lain apalagi agama lain soal kemunduran internal yang dialami masyarakat Islam. Humanisme seringkali kalah oleh rasa menjadi pemilik kebenaran. Kok harus begitu? Apa tak ada materi dan jalan lain?” katanya tinggi.

Saya lihat api Islam membara dalam dirinya. Ia seperti ingin menjadi aternatif, pasukan pembaharu sebagai penyegar suasana sumpek yang sering dirasakan. Saya seperti menaruh harapan besar pada dirinya.  Saya gambarkan

ia sedang mengisi bahan bakar yang cukup untuk turun gunung. Ia bagai anak panah yang belum mau lepas dari busurnya roh pembaharu. Saya yakin, ia  akan menjadi barisan potensial bersama saya dan teman-teman lainnya.

Tak terasa adzan subuh berkumandang. Kamipun wudlu dan masuk mushola mewah di belakang rumahnya. Iapun mempersilakan saya menadi imam. Ini baru mualaf fresh. Subhanallah…. 

 
Sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,51-id,39946-lang,id-c,hikmah-t,Hikayat+Mualaf+Fresh-.phpx

Minggu, 11 November 2012

Sekilas Tentang Nahdlatul Ulama (NU)


Solar Charger
 
Sejarah
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
 
Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya,  muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.
 
Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
 
Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
 
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
 
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
 
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
 
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
  
Paham Keagamaan
Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU. 
Basis Pendukung
Jumlah warga Nahdlatul Ulama (NU) atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi. Sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi. Warga NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Jika selama ini basis NU lebih kuat di sektor pertanian di pedesaan, maka saat ini, pada sektor perburuhan di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini.

Dinamika
Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah diterjemahkan dalam perilaku kongkrit. NU banyak mengambil kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan zaman. Prestasi NU antara lain:
  1. Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
  2. Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
  3. Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun 1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
  4. Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
  5. Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
  6. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) 1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
  7. Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di Indonesia sepanjang dekade 90-an.
Tujuan Organisasi
Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Usaha Organisasi
  1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
  2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.
  3. Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan kemanusiaan.
  4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
  5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Struktur
  1. Pengurus Besar (tingkat Pusat)
  2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
  3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota)
  4. Majelis Wakil Cabang (tingkat Kecamatan)
  5. Pengurus Ranting (tingkat Desa/Kelurahan)
Untuk tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
  1. Mustasyar (Penasehat)
  2. Syuriah (Pimpinan Tertinggi)
  3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Untuk tingkat Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
  1. Syuriaah (Pimpinan tertinggi)
  2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)
Jaringan
Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) meliputi:
  • 31 Pengurus Wilayah
  • 339 Pengurus Cabang
  • 12 Pengurus Cabang Istimewa
  • 2.630 Majelis Wakil Cabang
  • 37.125 Pengurus Ranting
  
Sumber: 
http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,6-t,sejarah-.phpx#
http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,7-t,paham+keagamaan-.phpx
http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,9-t,basis+pendukung-.phpx
http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,10-t,dinamika-.phpx
http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,11-t,tujuan+organisasi-.phpx
http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,12-t,struktur-.phpx
http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,13-t,jaringan-.phpx

Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba


Seorang ulama dayah-nasionalis asal Aceh, guru tarekat dan penjaga tradisi Ahlussunnah Waljamaah. Lahir dengan nama Abdullah pada bulan Rabiul Awwal 1318 H (Juni/Juli 1900), di Ujong Rimba, Pidie, Aceh.

Ayahnya seorang ulama bernama Teungku Haji Hasyim, Kadi Uleebalang Peusangan. Adalah kebiasaan masyarakat Aceh untuk menisbahkan nama seorang tokoh ulama kepada daerah asalnya, sehingga jadilah nama lengkapnya yang lebih terkenal, Abdullah Ujong Rimba.

Sejak kecil, ia sudah belajar berbagai disiplin keilmuan Islam, mulai dari akidah, akhlak, bahasa Arab, hingga ushul fiqih. Pada usia 10 tahun, di tahun 1917, belajar di Dayah Ie Leubeu Meunasah Blang, Pidie, di bawah asuhan seorang ulama terkenal, Teungku Ali. Di sini ia memperdalam bahasa Arab, fiqih, tafsir dan tasawuf.

Pada 1922 melanjutkan pendidikannya ke Dayah Lamsi di Banda Aceh yang waktu itu diasuh sendiri oleh Teuku Panglima Polem Muhammad Daud Syah (yang kemudian menjadi pahlawan nasional). Tiga tahun kemudian nyantri ke Dayah Krueng Kalee Siem, dibawah asuhan ulama kondang Teungku Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee. Di sini selain mematangkan diri belajar ilmu-ilmu keislaman, Teungku Abdullah Ujong Rimba juga menekuni Tarekat al-Haddadiyah dari gurunya tersebut.

Pada tahun 1927, Abdullah Ujong Rimba menunaikan ibadah haji ke Mekkah, sekaligus belajar dan berguru kepada seorang mursyid Tarekat al-Haddadiyah di sana.

Setahun kemudian, beliau pulang ke Mekkah, dan membangun sebuah dayah di kampung halalamannya di Pidie. Dikenal hingga kini dengan nama Dayah Ujongrimba. Di dayah inilah beliau, yang juga dikenal pengagum Syekh Tanthawi al-Jawhari, penulis Tafsir al-Jawahir, mengembangkan ilmunya dari berbagai disiplin, serta mengajarkan Tarekat al-Haddadiyah, yang silsilahnya merujuk ke Syekh Abdullah al-Haddad hingga ke keluarga Rasulullah SAW.

Pada 1929, bersama Teungku Muhammad Daud Beureueh dan ulama lainnya mendirikan organisasi keagamaan dengan nama Taman Jama’ah Diniyah. Dan bersama beberapa ulama di Aceh juga mendirikan Madrasah Sa’adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli, Pidie.

Ketika pemberontakan DI/TII meletus, Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba awalnya bergabung bersama pimpinan gerakan tersebut, Teungku Muhammad Daud Beureueh. Namun kemudian setelah dua tahun terlibat, beliau kemudian menarik diri, dan bersama dengan ulama-ulama Aceh lainnya yang berhaluan Aswaja, Teungku Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee, (guru Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba sendiri), menyebut pemberontakan tersebut sebagai bughah mazmumah (pemberontakan tercela).

Menurut mereka,  orang-orang yang terlibat dalam pemberontakan tersebut dianggap menyalahi hukum Allah dan Rasul-Nya. Sebab mereka memberontak terhadap pemerintahan Republik yang sah, dan pemimpinnya, waktu itu Sukarno, adalah seorang muslim. 

Pandangan tersebut sesuai dengan apa yang beliau tulis dalam bukunya, Hakikat Islam, bahwa politik atau siyasah adalah semacam daya helah atau strategi yang diusahakan untuk mencapai sesuatu tujuan, yaitu kemaslahatan negara. Karena pemberontakan tersebut, lanjut sang teungku ini, dianggap mengganggu kemaslahatan bernegara, maka dianggap madzmumah, tercela.

Ketika ada kontroversi tentang boleh-tidaknya tentang pementasan Barzanji oleh Rendra dalam kesempatan MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) tingkat Nasional di depan Mesjid Raya Baiturrahman pada 1981, Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba tampil memberi perkenan. Sebagai Ketua MUI Aceh, beliau memberi fatwa perkenan kepada Rendra, meski waktu itu masih non-Muslim, dan kawan-kawannya dari Bengkel Teater untuk mementaskan pertunjukan khas paham Aswaja tersebut.

Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba wafat pada 11 September 1983. (Ahmad Baso)


Sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,40024-lang,id-c,tokoh-t,Teungku+Haji+Abdullah+Ujong+Rimba-.phpx