Jaser Audah mengatakan, dalam Islam ada 8 dan 6 pasangan tepi, yang
apabila disatukan,akan membawa kejayaan umat Islam dan kebahagiaan dunia
dan akherat. Dahulu, saat kaum Muslim perpegang teguh pada Ke-Islaman
secara arif dan konsisten, kedelapan pasangan tepi itu tidak pernah
menjauh. Akan tetapi, seiring waktu, terjadi degradasi dan kemerosotan
paham dan terapan Islam, ke-8 pasangan tepi itu terlihat menjauh dan
memunculkan jurang-jurang yang mengenaskan.
Ke-8 pasangan tepi yang semakin berjauhan itu
sebenarnya adalah 8 gap antara yang diharapkan dan yang ada, menyangkut
pengembangan keilmuan oleh umat manusia dan penerapannya di
tengah-tengah kehidupan.
Hal tersebut disampaikan Sarjana Teknik berkebangsaan
Mesir, yang konsen terhadap studi ke-Islaman ini, di hadapan ratusan
civitas akademika UIN Sunan Kalijaga dalan Seminar Internasional
bertajuk “Shaping Islamic Tomorrow Today Maqasid Perspective Towards A New Paradigm of Islamic Research,” di
Convention Hall kampus UIN Sunan Kalijaga, Kamis, 17 Januari 2013.
Hadir juga menjadi pembicara Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah (Guru Besar
UIN Sunan Kalijaga) dan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga (Noorhaidi Hasan, Ph.D).
Lebih lanjut Jaser Audah memaparkan, 8 pasangan tepi
itu, dan bagaimana menjembatani agar bersatu kembali. Yakni : 1. Antara World View Islami dan World View Ilmiah. Islam yang dibawa Rosul Muhammad SAW lahir sebagai world view (pandangan hidup) ilmiah, sistematis dan konsekuen. Wahyu pertama Kitab Al Qur’an menyeru kepada manusia untuk Iqra’.
Menyeru untuk mengumpulkan tanda-tanda wujud dari berbagai arah dan
disiplin ilmu. Manusia diarahkan untuk mengumpulkan alamah menjadi satu
kesatuan al-‘ilm (ilmu). Manusia diarahkan untuk mengumpulkan
tanda-tanda kebesaran Allah dari ilmu janin, ilmu pendidikan, ilmu
psikologi, ilmu ilmu yang lainnya... dan ilmu agama. Dengan akalnya pula
manusia diarahkan untuk mengiat-kaitkan berbagai ilmu untuk menemukan
hakekat ketauhidan Allah. Jika manusia dapat menemukan hakekat
ketauhidan Allah melalui akal dan ilmunya akan bisa membawa kemuliaan
akhlak. Seperti yang pernah dicapai kaum Muslim saat peradaban Islam
berjaya dulu. 2. Pasangan tepi antar disiplin (ilmu). Menurut
Jaser Audah, jurang-jurang antar disiplin ilmu, bila tidak
diperjuangkan untuk diinterkoneksikan kembali akan menghalangi
tugas-tugas luhur manusia sebagai khalifah. 3. Pasangan tepi antara Drives dan Discipline. Islam
selalyu mengajak untuk aktif mendialogkan antara fikih dengan
lingkungan, agar memberi manfaat melalui memerakarsai kebaikan (amr bi al – ma’ruf) mencegah keburukan (Nahy ‘an al- munkar). 4. Pasangan tepi antara Penulis dan Pembaca. Sepanjang
sejarah peradaban emas Islami, warga yang berakal, berilmu, memiliki
integritas, diandalkan untuk melestarikan kehidupan beragama dan
bermasyarakat yang Madani, tidak hanya bergantung pada aturan hukum
saja, apalagi hukum pidana. 5. Pasangan tepi antar Mazhab Islami.
Penerapan syari’at Islam pada tingkatan yang lebih tinggi, yakni
filsafat dan akhlak, akan terbukti melarutkan kekakuan antar mazhab,
karena dari hasil penelitian, kata Jaser, terbukti bahwa kekakuan itu
adalah hasil dari perselisihan politik sepanjang sejarah Islami. 6. Pasangan tepi antara Manusia Muslim dan masa lalunya. Menurut
Jaser, umat Muslim hendaknya memiliki komitmen untuk membangun atas
warisan keilmuan Islami, namun tetap kritis terhadap warisan yang
bertentangan dengan komitmen dasar yang berwawasan ilmiah, sistematis
dan konsekuen. 7. Pasangan tepi antara umat Muslim dan manusia dunia.
Jaser Audah berupaya menyatukan umat Muslim dan manusia dunia berdasar
komitmen bahwa semua manusia memimpikan kesejahteraan, kedamaian dan
kelestarian lingkungan. 8. Pasangan tepi antara Citra dan cerita Intelektual Muslim. Melalui
keaktifannya dalam berbagai organisasi dunia, melakukan berbagai
penelitian, menulis berbagai karya buku, melakukan berbagai pengamalan
hasil ijtihad intelektualnya, Jaser Audah mengajak semua umat Muslim
untuk giat melakukan sesuatu dan berkarya dengan segala kesederhanaan,
keterbukaan untuk dikritik, kemurahan, kerendahan hati serta hormat pada
ulama, agar citra dan cerita intelektual Muslim bersambut.
Sementara 6 pasangan tepi yang menunggu setiap umat
Muslim untuk mendekatkannya/menyatukannya adalah : 1. Pasangan tepi
antara Sang Khalik dengan Hambanya, 2. Pasangan tepi antara Manusia
dengan Lingkungan alamnya, 3. Pasangan tepi antara Warga Negara dan
Pemerintahnya, 4. Pasangan tepi antara dua belahan kemanusiaan Lelai dan
Perempuan, 5. Pasangan tepi antara Aktivisme Islami dan Aktivisme
Gerakan Islami Humanis, 6. Pasangan tepi antara Haves dan Have-nots
dalam bingkai al Maqasid, deminian jelas Jaser Audah.
Sementara, apa yang dipaparkan Jaser Audah tersebut
sudah terangkum dalam salah satu buku karya Jaser Audah yang
diterjemahkan oleh ‘Ali Abdelmon ‘im dalam bahasa Indonesia dan
diterbitkan oleh Penerbit Suka Press UIN Sunan Kalijaga, dengan judul
“Al-Maqasid untuk Pemula. Buku tersebut dilaunching di sela-sela
seminar.
Prof. Amin Abdullah, yang hadir menjadi pembicara pada
forum tersebut antara lain menyampaikan, Jaser Audah adalah seorang
Sarjana Teknik yang belajar secara klasik tentang ilmu-ilmu agama di
Masjid Jami’al Azhar. Ia memperoleh gelar Sarjana Ilmu Syari’ah,
diikuti gelar S2 dan S3 Studi Islam dari perguruan tinggi Barat. Ia
juga memperoleh gelar S3 tentang kesisteman dari perguruan tinggi di
Kanada. Dari perjalanan keilmuan dan aktivitas intelektualnya, telah
terlahir banyak sumbangan pemikiran yang signifikan terhadap
pengembangan studi ke-Islaman multi-disipliner sebagai upaya awal untuk
memecahkan persoalan intelektual dan sosial-keberagamaan Islam era
kekinian yang semakin hari semakin kompleks.
Dalam upaya transformasi institusi dan akademik
perguruan tinggi agama Islam di Indonesia, yang sudah berjalan 10 tahun
terakhir ini, karya-karya Jaser Audah seperti Maqasid al-Syariah: as Philiosophy of Islamic Law: A Systems Approach,
dan karya-karyanya yang lain, memiliki tingkat relevansi dan
signifikansi yang tinggi dalam upaya untuk mengukuhkan orientasi
integrasi-interkoneksi keilmuan, serta sinergi riset ilmiah untuk
mengembangkan wawasan keilmuan ke-Islaman yang akan berdampak pada
kebijakan pembangunan bidang keagamaan di tanah air dan dunia Islam pada
umumnya, kata Amin Abdullah.
Sumber:http://www.uin-suka.ac.id/berita/dberita/687
Tidak ada komentar:
Posting Komentar