Oleh:Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Ternyata alam semesta yang besarnya tak terkira, tak berbatas, dan
tak berujung ini berasal dari sesuatu yang tak ada, kemudian dari suatu
yang bersatu padu, dan kemudian mengembang dan berbentuk sangkakala.
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi
masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana
berikut ini:
“dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu
kemudian Kami pisahkan antara keduanya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (21:30) Kemudian informasi berikut: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS Adz-Dzariyat : 47)
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu
kemudian Kami pisahkan antara keduanya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (21:30) Kemudian informasi berikut: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS Adz-Dzariyat : 47)
Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di
banyak tempat dalam Al Qur’an dengan makna luar angkasa dan alam
semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini.
Dengan kata lain, dalam Al Qur’an dikatakan bahwa alam semesta
“mengalami perluasan atau mengembang”. Dan inilah yang kesimpulan yang
dicapai ilmu pengetahuan masa kini. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya
pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa
alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa
permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya
memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli
kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan
menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929.
Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom
Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak
saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus
bergerak menjau hi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut
terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun
berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang.
Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur’an pada saat tak seorang pun
mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur’an adalah firman Allah, Sang
Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
Menurut hasil pengamatan Cosmic Microwave Background Radiation dan
pengamatan Supernovae tipe Ia, disimpulkan bahwa alam semesta (universe)
mengalami percepatan yang artinya terus mengembang sehingga jarak
antara galaksi-galaksi (yang tidak berada dalam satu grup) rata-rata
semakin menjauh satu sama lain. Pemisalannya adalah jika kita menggambar
2 titik di permukaan di sebuah balon, dan kemudian kita meniup balon
tersebut. Maka jarak kedua titik tersebut akan semakin besar. Tentu saja
perlu diingat bahwa ini hanya sebagai contoh, namun bukan sesungguhnya.
Ternyata alam semesta yang berbentuk sangkakala atau dikenal juga
dengan trompetnya malaikat Isrofil. Dalam suatu kisah diceritakan:
“Sebelum kiamat datang, apa yang sekarang di lakukan oleh malaikat
Isrofil?” Jawabnya, “Sedang membersihkan terompetnya.” Mungkin yang ada
di benak kita malaikat Isrofil itu seperti sesosok seniman yang asyik
mengelap terompet kecilnya sebelum tampil diatas panggung.
Sebenarnya seperti apa sih terompetnya — atau yang biasa juga dikenal
dengan sangkakala– malaikat Isrofil itu? Sekitar enam tahun silam
sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari
Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk
menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi
yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat
bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja. Menggunakan
sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave
Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang
sangat mencengangkan karena menurut hasil penelitian tersebut alam
semesta ini ternyata berbentuk seperti sangkakala atau terompet. Di mana
pada bagian ujung belakang terompet (baca alam semesta) merupakan alam
semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di
mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta
yang masih mungkin untuk diamati (observable).
Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits
panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian
awalnya sangat menarik untuk dicermati. Abu Hurairah Ra berkata :
Rasulullah SAW bersabda: “Ketika Allah telah selesai
menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan
diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya
sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintah“. Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?” Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.” Saya tanya : “Bagaimana besarnya?” Jawab Rasulullah : “Sangat
besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar
bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali.
Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan). Kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan). Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet
malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya.
Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk
mengingatkan kita pada terompet orang – orang jaman dahulu yang terbuat
dari tanduk. Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai
ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang
alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah).
Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar
membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.
Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang
diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggungjawabkan maka bisa
dipastikan bahwa kita ini bak rama – rama yang hidup di tengah – tengah
kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja. Dan
Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam
surah An Naml ayat 87 : “Dan (ingatlah) hari ditiupkan sangkakala,
maka kagetlah segala yang ada di ruang angkasa dan yang ada di bumi,
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua dating menghadapnya
dengan kecut”.***
ronymedia.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar