KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Teknisi memeriksa satelit Lapan A2 yang dibuat para ahli di Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional di Rancabungur, Bogor, Jumat (31/8). Satelit seberat 78 kilogram ini dilengkapi kamera beresolusi tinggi untuk pencitraan dan membantu komunikasi di daerah bencana. Satelit ini akan menjadi satelit pertama dengan orbit ekuatorial mengikuti garis ekuator. |
BANDUNG, KOMPAS - Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional mempersiapkan satelit A2 untuk diluncurkan di India, Juni 2013.
Satelit tersebut didesain oleh bangsa sendiri dan diproduksi di
Indonesia meski persentase komponen lokalnya masih rendah.”Satelit
kami merupakan satusatunya yang mengorbit di garis khatulistiwa,” kata
Kepala Lapan Bambang Setiawan Tejakusuma seusai penutupan Ritech Expo
2012 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (11/8).
Fitur dari satelit A2
adalah mengambil gambar permukaan Bumi dengan dua kamera video. Sensor
identifikasi juga disematkan untuk memantau dan mengidentifikasi lalu
lintas kapal di laut. Kemampuan sensor relai bencana juga dipasang untuk
membantu komunikasi radio amatir di daerah-daerah, khususnya menanggapi
bencana alam.Seluruh data yang dikumpulkan satelit tersebut akan dikirimkan ke stasiun pengendali di Rumpin, Bogor, Jawa Barat.
Menurut
Bambang, satelit yang dikembangkan selama dua tahun ini berbeda dengan
pendahulunya yang dibuat di Jerman. Dengan menumpang roket peluncur
milik India, Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV), satelit A2 kini
tengah dipersiapkan dengan menjalani serangkaian pengujian, mulai
getaran hingga gravitasi nol.
Terkait rencana berikutnya, Bambang juga mengungkapkan rencana pembuatan satelit A3
yang memiliki fitur penginderaan jauh dan dirampungkan tahun 2014.
Tidak hanya itu, satelit A4 juga direncanakan rampung antara tahun 2015
dan tahun 2016. Dengan rampungnya satelit A2 berbobot 100 kg ini, Lapan
kian percaya diri untuk membuat satelit berbobot 600 kg.
Dipilihnya
India sebagai lokasi peluncuran, diakui Bambang sebagai bentuk dari
kerja sama yang dilangsungkan sebelumnya. Untuk peluncuran berikutnya,
China juga dipertimbangkan sebagai mitra. Ritech Expo merupakan
rangkaian kegiatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-17 yang
dipusatkan di Bandung. Penutupan Ritech Expo dihadiri Sekretaris
Menristek Mulyanto. Acara tersebut juga diisi dengan pemberian
penghargaan kepada tiga riset teknopreneur seperti baterai berbahan
dasar lumpur Lapindo serta kapal pelat datar.
JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan) berhasil menyelesaikan Satelit Lapan A2 yang
merupakan suksesor dari Satelit Lapan Tubsat. Jika sebelumnya
pembangunan Lapan Tubsat dilakukan di Technische Universitat Berlin,
Jerman, maka untuk penggarapan Lapan A2 sepenuhnya dilakukan di Pusat
Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat.
"Pokoknya
Lapan A2 100 persen buatan dalam negeri, proses pengerjaan sudah
rampung dan rencananya sama seperti pendahulunya satelit ini akan kita
luncurkan menggunakan roket dari Sriharikota, India," ujar Suharmanto,
Kepala Pusat Teknologi Satelit Lapan ketika di temui di Pusat Teknologi
Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Jumat (30/8/2012).
Menurut
Suharmanto, Lapan A2 memiliki keunggulan sensor dibanding Lapan Tubsat.
Hal ini dapat dilihat bagaimana Lapan A2 memiliki tiga fungsi yaitu
pengamatan bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir. Satelit
dengan sensor Automatic Identification System (AIS) ini dipercaya dapat
melakukan identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi wilayah
jangkauan Lapan A2."Harapan kami Lapan A2 dapat menjadi solusi untuk melakukan pemantauan lalu lintas wilayah laut Indonesia," kata Suharmanto.
Satelit
dengan bobot 78 kilogram ini akan melintasi wilayah Indonesia secara
diagonal sebanyak 14 kali sehari, dengan kisaran 20 menit perputarannya.
Pada orbit AIS, Lapan A2 memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan
mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2000 kapal
dalam satu daerah cakupan.
Lapan A2 yang akan mengorbit secara
ekuatorial nantinya akan menjadi satelit pemantauan bumi pertama di
dunia yang memiliki orbit ekuatorial. "Meskipun Indonesia masih
merupakan pendatang baru di teknologi antariksa, namun adanya Lapan A2
seperti menjadi awal baru perkembangan dunia satelit di Indonesia," ucap
Suharmanto.
Sumber:
http://sains.kompas.com/read/2012/08/31/14443720/Lapan.A2.Satelit.Produksi.Indonesia
http://sains.kompas.com/read/2012/08/31/14443720/Lapan.A2.Satelit.Produksi.Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar