Beberapa tahun belakangan, kopi menjadi salah satu minuman yang kian banyak dicari dan dinikmati masyarakat luas. Gerai-gerai kopi menjamur di mana-mana. Dari gerai kopi mahal hingga warung kopi “sejuta umat” yang hanya menyajikan kopi dalam bentuk “sachet”an. Tak bisa dibantah, kopi memang memiliki daya tarik tersendiri, tidak kalah dengan wine.

Tata cara penyeduhannya pun sangat beragam. Terlebih di daerah-daerah penghasil kopi seperti di Aceh, misalnya. Jika kita berkunjung ke Aceh, maka akan dapat dengan mudah menemukan cafe-cafe kopi di hampir setiap pojok kota serambi Mekkah ini dengan segala kekhasannya masing-masing. Ada yang dicampur dengan buah pala. Ada juga yang diseduh bersama air nira, dan lain sebagainya. Aduah juga teknis rajikan dan penyajiannya.

Dan lebih menarik lagi, kopi memiliki hubungan kesejarahan dengan dunia Islam, kaum sufi khususnya, yang kisahnya berawal dari benua hitam

Dilihat dari sisi hukum meminum kopi, para ulama Islam terbelah ke dalam beberapa pandangan yang berbeda. Ada yang membolehkan, tak sedikit pula yang mengharamkannya. Dalam konteks tasawuf, kopi memiliki nilai tersendiri. Sejumlah sufi misalnya pernah menanyakan langsung kepada Nabi. Apa komentar Nabi? Alih-alih menjawab hukum meminumnya, Nabi justru memberikan ijazah doa khusus bagi peminum kopi. Demikian kisahnya:

Dikisahkan dari Sayyid Nahlawi Ibnu Sayyid Khalil bahwa ia mendengar cerita yang dituturkan oleh gurunya yang bernama Syaikh Salim Samarah tentang seorang sufi dari tanah Maghribi.

Dikisahkan bahwa suatu waktu sang sufi berjumpa dengan Nabi dalam keadaan sadar (dalam literatur tasawuf, para sufi bukan saja bisa berjumpa Nabi dalam keadaan tidur/mimpi, melainkan dalam keadaan terjaga sekalipun), ia berkata kepada Nabi:

“Wahai Rasulullah saw, saya suka meminum kopi.” Lalu Nabi memerintakan sang sufi untuk membaca doa “khusus” saat menyeruput kopi yang biasa diminumnya, doa tersebut adalah sebagai berikut:

اللهم اجعلها نورا لبصري وعافية لبدني وشفاء لقلبي ودواء لكل داء يا قوي يا متين ثم يتلو البسملة.

Artinya:

Ya Allah, jadikanlah kopi yang saya teguk sebagai cahaya bagi penglihatanku, kesehatan bagi badanku, penawar hatiku, obat bagi segala penyakit, duhai dzat yang Maha Kuat dan Maha Teguh… kemudian membaca bismillahirrahmanirrahim

Nabi kemudian melanjutkan sabdanya:

Malaikat akan terus memintakan ampunan untukmu selama rasa kopi masih menempel di mulutmu.

Di akhir penuturan kisah ini, Sayyid Nahlawi menyebutkan bahwa Syaikh Salim Sammarah wafat pada tahun 1330 H dimakamkan di Turbah Bab ash-Shagir.