Rabu, 23 Oktober 2013

Ulama Besar Banten Abuya Muhtadi sebut HTI Haram Hukumnya

SUARA-MUSLIM.COM, Banten ~ Rois 'Am Majelis Muzakaroh Muhtadi Cidahu Banten (M3CB) Abuya Muhtadi Dimyathi menyatakan, keinginan dan upaya kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) untuk menghilangkan Pancasila sebagai dasar negara merupakan salah satu bentuk pemberontakan.

Pernyataan disampaikan secara tertulis dalam satu surat pernyataan tertanggal 21 Agustus 2013. Surat pernyataan disampaikan langsung oleh beberapa murid Abuya Muhtadi ke kantor redaksi NU Online, Jakarta, Selasa (3/8) kemarin. Sebelumnya surat pernyataan itu juga sudah dikirimkan ke PBNU.


Abuya Muhtadi menyatakan, HTI adalah ormas Islam dari luar negeri yang datang ke Indonesia dan ingin menghilangkan Pancasila sebagai dasar negara.

“Perbuatan tersebut salah satu macam dari pemberontakan, padahal memberontak negara itu dosa besar, maka dari itu HTI harom hukumnya dalam berbagai keadaan” demikian dalam pernyataan tersebut.

Abuya Muhtadi adalah seorang ulama kharismatik di Pandeglang dan mempunyai banyak murid di wilayah Banten. Terkait surat pernyataan ini, menurut beberapa muridnya, Abuya gerah dengan gerakan kelompok HTI di wilayah Banten. Selain itu, informasi yang diterima NU Online, putra tokoh besar Abuya Dimyathi ini merasa dirugikan oleh HTI karena namanya sering dicatut dalam berbagai aktifitas mereka.


Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah markas bencana sehingga harus di bubarkan. 

Demikian status jejaring sosial facebook milik KH. Thobary Syadzily, Pengasuh Pondok Pesantren Al Husna Tengerang Banten, menuliskan perkataan Abuya Muhtadi Banten. (9/8/2013)

"Kata Abuya Muhtadi Banten: HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) markas bencana. Olehkarena itu, HTI harus dibubarkan", tulis Kyai yang aktif melakukan pembelaan terhadap Aswaja hingga ke dunia maya ini.

Abuya Muhtadi atau KH. Abuya Muhtadi Dimyathi al-Bantani juga pernah menyatakan bahwa cita-cita Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) untuk menghilangkan Pancasila sebagai dasar negara merupakan salah satu bentuk pemberontakan. Pengasuh Pondok Pesantren Cidahu Cadasari Pandeglang Banten ini juga pernah memberikan pernyataan secara tertulis bahwa HTI haram hukumnya dalam berbagai keadaan.

Sumber:


Oh .. Ternyata Semua Amalan NU Ada Dalilnya

SUARA-MUSLIM.COMJakarta ~ Warga NU harus bangga dan mantap dengan semua amalan atau tradisi keagamaan yang dijalankan. Tak perlu menghiraukan kicauan kelompok yang gemar menuding bid’ah karena semua amalan dan tradisi itu ada dalilnya.




Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan hal itu di hadapan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta dalam kegiatan Kuliah Umum di Aula gedung PBNU, Kamis (17/10).

Kang Said, memulai penjelasan dengan membahas bab Sunnah Nabi. Dijelaskannya, sunnah itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu sunnah qauliyah (ucapan), sunnah fi`liyah(perilaku/pekerjaan) dan sunnah taqririyyah (pembenaran).

Ia menekankan penjelasan tentang sunnah taqririyah. “Kalau yang melakukan itu orang lain dan telah mendapatkan pembenaran dari Rasulullah, mendapat legitimasi, maka menjadi sunnah taqririyyah,” jelasnya.


“Contoh, sahabat Bilal setelah wudlu melakukan shalat dua rakaat lalu  Nabi malah tanya itu, shalat apa Bilal? Shalat ba’diyah wudu. Lalu kata Nabi, ya kamu benar, ayo kita menjalankan itu,” papar Kang Said di hadapan ratusan mahasiswa STAINU Jakarta.

Contoh yang paling penting, lanjut Kang Said, banyak sahabat yang memberikan pujian dan sanjungan kepada Rasulullah, lalu Rasulullah membenarkan hal itu, padahal Rasulullah tidak pernah memuji diri sendiri dan tidak pernah memberikan perintah itu. Ketika para sahabat memuji dan menyanjung Rasulullah, beliau membenarkan, seandainya hal itu tidak benar, pasti Rasulullah melarangnya.

“Contoh ada seorang penyair namanya Ka`ab Bin Zuhair memuji-muji Nabi setinggi langit, engkau orang hebat, engkau orang mulia, orang engkau orang yang gagah berani, engkau orang luar biasa,” tukas Kang Sadi sambil membaca syi`irnya Ka`ab Bin Zuhair

Kalau memuji-muji itu salah, tambah Kang Said, itu pasti dilarang. Rasulullah tidak melarangnya malahan Ka`ab Bin Zuhair diberi kenang-kenangan berupa selimut bergaris-garis (burdah) yang sedang dipakai oleh Rasulullah.

“Kalau nggak percaya, selimut itu masih ada di Museum Topkapi, Istambul, Turki, fakta masih ada, saya dua kali sudah lihat, jadi memuji-muji Nabi Muhammad, baca Diba, Barjanzi, Syarfulanam, Simtudduror, Burdah lilbusaeri, itu sunnah, bukan bid`ah!” tegasnya

Untuk memantapkan penjelasan sunnah taqririyah ini, Kang Said melanjutkannya dengan persoalan tawasul. Diceritakan, Suku Mudhar sedang dilanda paceklik selama 7 tahun karena tidak ada air, tidak ada gandum, untuk mengatasi hal itu tokoh-tokoh Suku Mudhar yang dipimpin oleh Labid Bin Rabi`ah datang menghadap kepada Rasulullah di Madinah, Rasulullah pun bertanya kepada rombongan ini.

“Ada apa datang kemari? Ataina, kami datang kepadamu, litarhamana, agar Engkau merahmati kami, jadi orang ini minta rahmat sama Rasulullah, bukan sama Allah. Kalau salah, pasti dilarang,enggak tuh, enggak dilarang,” tegas Kang Said seraya membaca syiiran Arab yang dibawakan oleh suku Mudhar tersebut.

Setelah mendapat penjelasan dari suku Mudhar ini, Nabi Muhammad kemudian berdoa kepada Allah agar segera menurunkan hujan di daerah suku Mudhar itu, hujan yang membawa rezeki dan berkah, bukan hujan banjir dan membawa malapetaka. Tidak lama kemudian rombongan suku Mudhar pulang, sebelum mereka sampai di  rumahnya masing-masing, di sana sudah turun hujan.

“Kalau mau tahu sejarah ini baca Al-Kamil fittarikh lil imam ibnil Atsir, 13 jilid, Tarikhul umam walmuluk Abu Ja`far Ibnu Jarir Athabari, 10 jilid, Tarikhul hadhar Islamiyah, Prof. DrAhmad Syalabi, 9 jilid, Tarikh Ibnu Khaldun, 14 Jilid, baru tahu cerita ini, maka minta pada Allah lewat Nabi Muhammad itu sunnah, bukan bid`ah,” imbuhnya.

Untuk itu, Kang Said, menegaskan kepada para mahasiswa untuk tetap bangga menjadi warga NU, karena semua amalan-amalan warga NU memiliki dalil-dalil yang kuat.

Rabu, 16 Oktober 2013

Apakah Wajah Bulan Selalu Sama?


Apakah wajah bulan yang dilihat kita di Indonesia sama dengan wajah bulan yang dilihat dibelahan bumi yang lain,…..untuk menjawab kebingungan saya bahwa bulan selalu memiliki wajah yang sama yang menghadap ke bumi, thank atas pencerahannya (Yudhi – Palu)

Wajah bulan selalu terlihat sama. Waktu smp, buku bilang sebabnya karena waktu rotasi bulan = waktu rotasi bumi. terus baca-baca di LS,ada istilah terkunci secara gravitasi,waktu rotasi & revolusi bulan adalah sama.pertanyaan saya;
1.mana yang benar dari 2 di atas?
2.kenapa bulan bisa tampak sabit?apakah tertutup bayangan bumi?
(Yulianto – Klaten)
Jawaban:
Wajah Bulan Selalu Sama
Periode rotasi Bulan tidak sama denga periode rotasi Bumi. Periode rotasi Bumi adalah 24 jam (1 hari), sementara periode rotasi Bulan adalah 27.3 hari.
Wajah bulan yang dilihat oleh seluruh manusia di Bumi, baik di Indonesia maupun di belahan Bumi lainnya selalu nampak sama.
Mengapa demikian? Wajah Bulan selalu pada sisi yang sama menghadap Bumi karena periode rotasi Bulan sama dengan periode revolusinya (waktu yang dibutuhkan untuk mengitari Bumi). Kenapa kedua periode ini bisa sama, disebabkan oleh fenomena yang dinamakan tidal locking atau penguncian pasang/gravitasi.
Fenomena penguncian gravitasi ini adalah fenomena umum dalam sistem gravitasi. Banyak satelit planet-planet lain juga terkunci gravitasi dengan planet induknya.
Kenapa fenomena tidal locking terjadi adalah karena adanya torsi yang diberikan Bumi kepada Bulan, dan Bulan bereaksi dengan menyesuaikan periode rotasinya sehingga tercapai kesetimbangan yaitu saat periode rotasinya sama dengan periode revolusinya.
Mengapa Bulan Berbentuk Sabit?
Fase Bulan (sabit maupun yang lain) terjadi karena kita yang di Bumi mengamati sinar matahari jatuh ke Bulan pada sudut pandang yang berbeda-beda. Diagram berikut ini menggambarkan bagaimana posisi Bulan relatif terhadap Matahari dan Bumi menghasilkan fase Bulan sebagaimana kita lihat di Bumi.

Fase Bulan. Kredit: Space.com
____
Punya pertanyaan tentang astronomi? Silahkan Tanya LS !

The Amazing Quran: A Revelation - Abu Lahab

Dr. Gary Miller

Prophet Muhammad (s) had an uncle by the name of Abu Lahab. This man hated Islam to
such an extent that he used to follow the Prophet around in order to discredit him. If Abu
Lahab saw the Prophet (s) speaking to a stranger, he would wait until they parted and the
would go to the stranger and ask him, "What did he tell you? Did he say, 'Black'? Well, it's white.

Did he say 'morning'? Well, it's night." He faithfully said the exact opposite of whatever he
heard Muhammad (s) and the Muslims say. However, about ten years before Abu Lahab
died, a little chapter in the Quran (Surah al-Lahab, 111) was revealed about him. It distinctly
stated that he would go to the fire (i.e., Hell). In other words, it affirmed that he would never
become a Muslim and would therefore be condemned forever. For ten years all Abu Lahab
had to do was say, "I heard that it has been revealed to Muhammad that I will never change -
that I will never become a Muslim and will enter the Hellfire. Well, I want to become Muslim
now. How do you like that? What do you think of your divine revelation now?" But he never did that. And yet, that is exactly the kind of behavior one would have expected from him since he always sought to contradict Islam.

In essence, Muhammad (s) said, "You hate me and you want to finish me? Here, say these
words, and I am finished. Come on, say them!" But Abu Lahab never said them. Ten years!
And in all that time he never accepted Islam or even became sympathetic to the Islamic
cause.

How could Muhammad (s) possibly have known for sure that Abu Lahab would fulfil the
Quranic revelation if he (i.e., Muhammad) was not truly the messenger of Allah? How could he possibly have been so confident as to give someone 10 years to discredit his claim of
prophethood? The only answer is that he was Allah's messenger; for in order to put forth such a risky challenge, one has to be entirely convinced that he has a divine revelation.

Source:the_amazing_quran.pdf

Pemalsuan Kitab-kitab Ulama Oleh Tangan-tangan Salafy Wahabi

Salafi Wahabi memalsu kitab Ulama mu'tabar
Salafi Wahabi – “Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik: Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi”. Buku ini adalah buku ke-2 terkait trilogi data dan fakta penyimpangan salafi wahabi. Sebelumnya adalah “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” dan Buku ke-3 rencananya akan terbit dengan judul “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi”.



Oleh: Syaikh Idahram
Penerbit: Pustaka Pesantren
Tebal:  308 Hal.
Harga: Rp. 50.000,-
Adagium yang mengatakan bahwa, buku adalah pengikat ilmu, tidak ada yang mengingkarinya. Lebih dari itu, buku merupakan salah satu media utama dalam mencari kebenaran. Telah berabad-abad lamanya, para ulama terdahulu mewarisi ilmu mereka kepada generasi setelahnya melalui buku yang mereka tulis. Buku menjadi sangat berharga dan penting. la menjadi sandaran utama umat dalam mencari kebenaran dan petunjukTuhan. Lalu, apa jadinya jika buku-buku para ulama yang mewarisi ilmu dan petunjuk itu dikotori, diselewengkan, bahkan dipalsukan? Ke mana lagi umat ini hendak mencari kebenaran?
Barangkali Anda terperanjat, kasus-kasus penyelewengan Salafi Wahabi dalam hal amanah ilmiah ini sangat banyak dan beragam, sebagaimana yang-insya’Allah-akan dikupas dalam buku ini, seperti:pemusnahan dan pembakaran buku; sengaja meringkas, mentahkik, dan mentakhrij kitab-kitab hadis yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyi-kan hadis-hadis yang tidak mereka sukai; menghilangkan hadis-hadis tertentu yang tidak sesuai dengan faham mereka; memotong-motong dan mencuplik pendapat ulama untuk kemudian diselewengkan maksud dan tujuannya; mengarang-ngarang hadis dan pendapat ulama; memerintahkan ulama mereka untuk menulis suatu buku, lalu mengatasnamakan buku itu dengan nama orang lain; tindakan intimidasi dan provokasi; membeli manuskrip; menyogok penerbit; sampai kepada pencurian buku-buku induk dan manuskrip untuk dihilangkan sebagian isinya, atau dimusnahkan semuanya.
Sering terjadinya kasus-kasus penyelewengan seperti ini dibenarkan oleh ulama-ulama kawakan di Timur Tengah, semisal: Mufti Mesir, Syaikh Prof. Dr. Ali Jum’ah; tokoh ulama Syria, al-Muhaddits asy-Syaikh Abdullah al-Harari al-Habasyi; tokoh ulama Maroko, al-Muhaddits as-Sayyid Ahmad al-Ghimari; tokoh ulama Syria, Prof. Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi; tokoh ulama tasawuf di Makah, al-Muhaddits asy-Syaikh Muhammad ibnu Alawi al-Maliki, dan ulama-ulama lainnya.
Sekte Salafi Wahabi sangat menyadari bahwa buku merupakan salah satu media paling efektif untuk ‘mengarah-kan’ umat kepada faham yang mereka inginkan. Karenanya, tidak aneh jika mereka sangat concern dalam ranah per-bukuan, penerbitan, dan penerjemahan. Beragam jenis buku -baik buku kertas maupun e-book/digital- mereka cetak untuk dibagikan secara gratis maupun dengan harga murah.
Barangkali juga terlintas dalam benak Pembaca suatu pertanyaan, mengapa Salafi Wahabi melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji itu? Di antara jawabannya adalah, karena faham penyelewengan, pemalsuan, perusakan, dan pe-lenyapan buku adalah doktrin ulama mereka, sebagai bagian dari upaya memperjuangkan akidah Salafi Wahabi yang mereka yakini paling benar. Anda mungkin tidak percaya, tapi inilah di antara bukti yang menunjukan bahwa, sekte Salafi Wahabi mendoktrinkan para pengikutnya untuk membakar dan melenyapkan buku-buku karya ulama Islam.
Salah seorang tokoh ulama Salafi Wahabi Saudi, Abu Ubaidah Masyhur ibnu Hasan Alu Salmanmenyatakan dalam salah satu bukunya, “Buku-buku semacam ini banyak dimiliki orang dan mengandung akidah-akidah sesat, seperti kitab: al-Fushush dan al-Futuhat karya Ibnu Arabi, al-Budd karya Ibnu Sab’in, Khal’u an-Na’lain karya Ibnu Qusai, ‘Ala al-Yaqin karya Ibnu Bukhan, buku-buku sastra karya Ibnu Faridh, buku-buku karya al-Afif at-Tilmisani, dan buku-buku sejenisnya. Begitu juga kitab Syarh Ibnu Farghani terhadap kasidah dan syair Ibnu Faridh. Hukum semua buku yang semacam ini adalah, dilenyapkan keberadaannya (idzhab a’yaniha) kapan saja buku itu ditemukan, dengan cara dibakar, dicuci dengan air…” (lihat buku Salafi Wahabi: Kutub Hadzdzara minha al-Ulama, karangan Abu Ubaidah Masyhur ibnu Hasan Alu Salman, penerbit Dar ash-Shami’i, Riyadh, Saudi Arabia, h. 9)
Murid setia Ibnu Taimiyah sekaligus guru Salafi Wahabi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah juga pernah menyatakan, “…Begitu juga, tidak perlu untuk mengganti rugi dalam membakar kitab-kitab sesat dan melenyapkannya (itlafuha).” (Lihat kitab: Zad al-Ma’ad karangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, penerbit Muassasah ar-Risalah, vol. 3, Beirut, Lebanon, h. 581).
Dalam bukunya yang lain, Ibnu Qayyim juga berwasiat untuk menghancurkan dan melenyapkan buku-buku bid’ah, “Maksudnya adalah, bahwa kitab-kitab yang mengandung kebohongan dan bid’ah ini wajib untuk dihilangkan dan dilenyapkan. Perbuatan (melenyapkan) ini lebih utama daripada melenyapkan alat-alat hiburan, musik, dan melenyapkan perabot minuman keras. Sungguh bahaya kitab-kitab itu jauh lebih besar dari bahaya-bahaya lain, dan tidak ada ganti-rugi dalam menghancurkan dan melenyapkannya.” (Ibnu Qayyim a-Jauziyah: ath-Thuruq al-Hukmiyah fi as-Siyasah asy-Syar’iyah, penerbit Majma al-Fiqh al-Islami, Jeddah, Saudi Arabia 1428 H., h. 325).
Begitu juga dengan Ibnu Taimiyah, soko guru Salafi Wahabi. Ia telah mengeluarkan fatwa untuk membakar buku-buku yang dianggap bertentangan dengan fahamnya. (Lihat akhir nomor 59 dari kitab al-Akhbar dan kitab al-Jami’ yang digabung dengan kitab Mushannaf Abd ar-Razaq 11/424, dan kitab Mushannaf Ibnu Abu Syaibah 6/211-212, penerbit Dar al-Fikr, bab Tahriq al-Kutub).
Jika kita berbaik sangka, barangkali wasiat dan fatwa Ibnu Taimiyah serta muridnya tentang pembakaran dan pelenyapan buku itu dimaksudkan untuk sesuatu yang baik. Yang menjadi rancu adalah, bid’ah dan sesat yang mereka berdua maksud, tidak sama dengan bid’ah dan sesat yang dimaksudkan oleh sekte Salafi Wahabi, wa bil khusus bid’ah dan sesat versi pendiri Salafi Wahabi, Muhammad Ibnu Abdul Wahab. Scbagaimana telah dikupas pada buku penulis yang ke-1, “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi; Mereka Membunuh Nemuanya Termasuk Para Ulama”, Muhammad Ibnu Abdul Wahab -begitu juga para pengikutnya- memang terkenal bengis dan kejam terhadap umat Islam yang tidak sepaham dengannya.

Tak Beradab Orang yang Menyebut Rasulullah Saw Langsung Menyebut Namanya

Oleh: Mas Derajad

Sayyiduna Muhammad RasulillahSebutan Sayyidina, Nabiyallah, Rasulallah dan sebutan lain sebelum penyebutan nama Muhammad SAW. adalah bentuk penghormatan.Penghormatan ini diperintahkan oleh Allah dalam Al Qur’an Surat An Nur Ayat 63 :

24:63

Artinya: Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.

Abu Al-Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir Al-Qursyiy Al-Damsyiqiy dalam kitab Tafsir Al-Quranil ‘Adlim, atau yang lebih dikenal adalah Tafsir Ibnu Katsir;

قال الضحاك، عن ابن عباس: كانوا يقولون: يا محمد، يا أبا القاسم، فنهاهم الله عز وجل، عن ذلك، إعظامًا لنبيه، صلوات الله وسلامه عليه، قال: فقالوا: يا رسولَ الله، يا نبيَ الله. وهكذا قال مجاهد، وسعيد بن جُبَير.
وقال قتادة: أمر الله أن يهاب نبيه صلى الله عليه وسلم، وأن يُبَجَّل وأن يعظَّم وأن يسود.

Dalam tafsir Ibnu Katsir tersebut, Muqotil bin Hayyan mengatakan tentang tafsir ayat ini: “Janganlah engkau menyebut nama Nabi Muhammad jika memanggil Beliau dengan ucapan: ‘Ya Muhammad’dan janganlah kalian katakan: ‘Wahai anak Abdullah’, akan tetapi Agungkanlah Beliau dan panggillah oleh kamu: ‘Ya Nabiyallah, Ya Rasulullah’.
Nashiruddin Abu Al-Khairi Abdullah bin ‘Umar bin Muhammad Al-Baidhawiy dalam kitab Anwarul Tanzil Wa Asraril Takwil, atau yang lebih dikenal adalah Tafsir Baidhawiy;

لا تقيسوا دعاءه إياكم على دعاء بعضكم بعضاً في جواز الإِعراض والمساهلة في الإِجابة والرجوع بغير إذن، فإن المبادرة إلى إجابته عليه الصلاة والسلام واجبة والمراجعة بغير إذنه محرمة . وقيل لا تجعلوا نداءه وتسميته كنداء بعضكم بعضاً باسمه ورفع الصوت به والنداء من وراء الحجرات ، ولكن بلقبه المعظم مثل يا نبي الله ، ويا رسول الله مع التوقير والتواضع وخفض الصوت ، أو لا تجعلوا دعاءه عليكم كدعاء بعضكم على بعض فلا تبالوا بسخطه فإن دعاءه موجب، أو لا تجعلوا دعاءه ربه كدعاء صغيركم كبيركم يجيبه مرة ويرده أخرى فإن دعاءه مستجاب.

Dan masih banyak Kitab Tafsir lain yang menjelaskan dengan penjelasan yang senada dengan kedua kitab tafsir diatas.
Dalam Qur’an Surat Ali Imran Ayat 39 Allah juga memulyakan Nabi Yahya :

فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ

Artinya: Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang shaleh.”
Syeikh Muhayyiyisunnah Abu Muhammad Hasan bin Mas’ud AL-BUGHAWI (wafat 516 H.) dalam tafsir beliau MA’ALIMI AL-TANZIL menjelaskan Qur’an Surat Ali Imran ayat 39 sebagai berikut:

{وَسَيِّدًا} فعيل من ساد يسود وهو الرئيس الذي يتبع وينتهي إلى قوله، قال المفضل: أراد سيدا في الدين. قال الضحاك: السيد الحسن الخلق. قال سعيد بن جبير: السيد الذي يطيع ربه عز وجل. وقال سعيد بن المسيب: السيد الفقيه العالم، وقال قتادة: سيد في العلم والعبادة والورع، وقيل: الحليم الذي لا يغضبه شيء. قال مجاهد: الكريم على الله تعالى، وقال الضحاك : السيد التقي، قال سفيان الثوري: الذي لا يحسد وقيل: الذي يفوق قومه في جميع خصال الخير، وقيل: هو القانع بما قسم الله له. وقيل: السخي، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “من سيدكم يا بني سلمة”؟ قالوا: جد بن قيس على أنّا نبخِّله قال: “وأي داء أدوأ من البخل، لكن سيدكم عمرو بن الجموح”.

Artinya: Dan (SAYYIDAN) itu adalah timbangan FA’IILAN dari SAADA. Sayyidan itu pemimpin yang diikuti dan berakhir kepada perkataannya. Al-Mufadhdhal berkata: yang dimaksud dengan sayyidan adalah sayyidan pada agama. Adh-Dhihak berkata: Sayyid itu bagus berakhlak. Sa’id bin Jubair berkata: Sayyid adalah orang yang patuh kepada Tuhannya yang maha tinggi. Sa’id bin Musayyib berkata: Sayyid itu orang yang faqih (ahli ilmu fiqh) lagi mengetahui. Qatadah berkata: sayyid itu pada ilmu, ibadat dan wara’, dan dikata orang : (Sayyid) itu lemah lembut yang tidak pernah marah kepadanya oleh sesuatu. Mujahid berkata: (Sayyid) itu yang mulia disisi Allah. Adh-Dhihak berkata: Sayyid itu orang taqwa. Sufyan Sauriy berkata: (Sayyid) itu yang tidak ada hasad, dikata orang yang berada lebih diatas kaumnya pada sekalian perkara terpuji. Dan dikata orang juga: orang yang merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Dikata orang: (Sayyid) itu Pemurah. Sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم Siapa Sayyid (Pemimpin) kalian wahai Bani Salamah? Mereka menjawab: Jud bin Qais yang kami anggap sangat kikir. Nabi bersabda: “penyakit apa yang lebih berat daripada kikir? Tetapi Sayyid (pemimpin) kalian adalah ‘Amr bin al-Jamuh.
Status hadits diatas dijelaskan pada catatan kaki dalam tafsir tersebut, yaitu;

روي هذا الحديث من طرق عن جابر وأبي هريرة وأنس مرفوعا وروي مرسلا عن حبيب بن أبي ثابت عن النبي صلى الله عليه وسلم فقد أخرجه البخاري في الأدب المفرد ص (90) طبعه مكتبة الآداب وأبو الشيخ الأصبهاني في كتاب الأمثال برقم (89 – 95) ص 56 – 59 وأبو نعيم في الحلية: 7 / 317 والحاكم في المستدرك: 3 / 219 عن أبي هريرة بلفظ “بل سيدكم البراء بن معرور” وقال: صحيح على شرط مسلم. وقال الهيثمي: رواه الطبراني في الأوسط ورجاله رجال الصحيح غير شيخ الطبراني مجمع الزوائد : 3 / 315 . وانظر : الإصابة لابن حجر : 4 / 615 – 616 أسد الغابة لابن الأثير: 4 / 206 – 207 مجمع الزوائد: 9 / 314 – 315 / 126 – 127 .

Artinya: Telah diriwayatkan hadits ini dari berbagai thuruq (jalan) dari Jabir, Abi Hurairah dan Anas secara marfu’ (sampai sanad kepada Rasulullah). Dan riwayat secara mursal (gugur sahabat) dari riwayat Habib bin Abi Tsabit dari Nabi صلى الله عليه وسلم. Maka sungguh telah mengeluarkannya (meletakkan hadits pada tempatnya) oleh : Imam Bukhari pada BAB ADAB AL-MUFRAD hal 90 cetakan Maktabah Adab, oleh Abu Syaikh Ak-Ashbahani dalam kitab AL-AMTSAL nomor 89-95 halaman 56-59, oleh Abu Na’im dalam AL-HULIYYAH jilid 7 halaman 317, oleh Hakim dalam AL-MUSTADRAK jilid 3 halaman 219 dari Abi Hurairah dengan ucapan “tetapi pemimpin kalian adalah Al-Bara’ bin Ma’rur.  Hakim berkata ; “hadits Shahih atas syarat Imam Muslim. Baihaqiy berkata: telah meriwayatkan oleh Thabrani dalam AL-AWSATH, dan rijalnya itu rijal shahih
Mengenai sebutan sayyidina sendiri terdapat dalam hadits :

أنا سيد ولد آدم يوم القيامة ولا فخر

“Aku adalah sayyid anak Adam pada hari kiamat maka janganlah berbangga diri.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Jadi kesimpulannya, adalah tidak punya adab/sopan jika kita memanggil Rasulallah Muhammad SAW. langsung menyebut namanya.

Kebenaran hakiki hanya milik Allah
Hamba Allah yang dhaif dan faqir
Dzikrul Ghafilin bersama Mas Derajad

Senin, 14 Oktober 2013

Arafah, Saksi Bisu Khutbah Legendaris Rasulullah

Arafah, Saksi Bisu Khutbah Legendaris Rasulullah
Seorang Muslim meminta pertolongan kepada sesama Muslim saat akan menaiki Jabal Rahmah di kawasan Padang Arafah untuk melakukan wukuf sebagai penanda puncak pelaksanaan ibadah haji mereka di Mekkah, Arab Saudi, (14/10). REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

TEMPO.CO, Jakarta - Jutaan jemaah haji berkumpul di Arafah pada Senin, 14 Oktober 2013. Mereka melakukan wukuf sebagai puncak ritual haji. Padang Arafah telah menjadi saksi bergemuruhnya doa dan munajat jutaan jemaah haji sejak 14 abad lalu. Di tempat itu pula, pada 9 Zulhijah tahun 10 Hijriyah, Rasulullah bersama ribuan kaum muslim saat itu melakukan wukuf. Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam menceritakan dengan detail saat Padang Arafah menjadi saksi bisu tatkala Rasulullah saw melakukan khutbah pada haji wada' (haji perpisahan) itu.

“Wahai manusia, dengarkanlah nasihatku baik-baik, karena barangkali aku tidak dapat lagi bertemu dengan kamu semua di tempat ini," kata Rasulullah saw saat memulai khutbahnya.

"Tahukah kamu semua, hari apakah ini? Inilah Hari Nahr, hari kurban yang suci. Tahukah kamu bulan apakah ini? Inilah bulan suci. Tahukah kalian tempat apakah ini? Inilah kota yang suci. Karena itu, aku permaklumkan kepada kalian semua bahwa darah dan nyawa kalian, harta benda kalian dan kehormatan yang satu terhadap yang lainnya haram atas kalian sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian kelak. Semua harus kalian sucikan sebagaimana sucinya hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini, dan sebagaimana sucinya kota ini. Hendaklah berita ini disampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di tempat ini oleh kamu sekalian," kata Rasulullah.
Padang Arafah
Usai menyampaikan itu, Rasulullah saw bertanya, "Bukankah aku telah menyampaikan?" Semua kaum muslimin yang hadir pada saat itu pun mengiyakannya. "Ya Allah, saksikanlah!," ujar Rasulullah saw. Begitulah, setiap usai menyampaikan satu poin dari khutbahnya, Rasulullah selalu menanyakan, dan kaum muslimin pun membenarkannya.

Rasulullah saw pun melanjutkan khutbahnya tentang penghapusan segala macam bentuk riba, pentingnya memegang teguh amanah, penghapusan semua bentuk pembalasan dendam pembunuhan jahiliyah, dan penuntutan darah cara jahiliyah.
                             
Wasiat untuk berpegang teguh pada Al Quran
Rasulullah juga menyampaikan tentang hak dan kewajiban antara suami-istri. Dalam amanatnya yang panjang, Rasulullah saw mengingatkan kaum lelaki untuk melindungi kaum perempuan. "Ingatlah, kaum hawa adalah makhluk yang lemah di samping kalian. Mereka tidak berkuasa. Kalian telah membawa mereka dengan suatu amanah dari Tuhan, dan kalian telah halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah wasiat ini untuk bergaul baik dengan mereka," kata Rasulullah saw.
Padang Arafah
Khutbah yang diliputi keharuan ini terus berlanjut. Rasulullah saw mewasiatkan kaum muslimin untuk berpegang teguh erat-erat pada Al-Qur'an dan Sunnah, menegaskan bahwa sesama orang-orang beriman itu bersaudara, dan larangan kembali pada kekufuran selesai wafatnya Rasulullah.


Dan, akhir khutbah terkenal ini pun menyinggung tentang letak hakikat kemuliaan manusia. "Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa," kata Rasulullah.

Usai menyampaikan khutbahnya, Rasulullah meminta kaum muslimin yang hadir saat itu untuk menyampaikan wasiat tersebut kepada mereka yang tidak hadir.
Tak lama usai menyampaikan khutbah tersebut, Allah menurunkan firman-Nya yang termaktub dalam Surat Al-Ma'idah ayat 3. "Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan Islam telah Kuridhai menjadi agama bagi kalian."
Padang Arafah

Mendengar firman Allah tersebut, Umar bin Khattab pun meneteskan air mata. Sahabat mulia itu menangkap isyarat tentang dekatnya waktu wafat Rasulullah. Melihat hal itu, Umar pun ditanya. "Umar, mengapa engkau menangis? Bukankah engkau ini jarang sekali menangis?”. Umar pun menjawab, “Karena aku tahu, selepas kesempurnaan hanya ada kekurangan,” jawab Umar.


Sumber:

Malaysia Larang Koran Katolik Pakai Kata 'Allah'

Malaysia Larang Koran Katolik Pakai Kata 'Allah'
TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo


TEMPO.COPutrajaya- Pengadilan banding Malaysia melarang pemakaian kata "Allah" untuk menyebut "Tuhan" di surat kabar mingguan Katolik, Herald, Senin 12 Oktober 2013. Keputusan ini sekaligus membatalkan izin Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur pada 2009 yang membolehkan penganut Katolik Roma memakai kata Allah.

Panel hakim pengadilan banding ini adalah Mohamed Apandi Ali, Mohd Zawawi Salleh dan Abdul Aziz Abdul Rahim --semuanya muslim. Mereka sepakat kata "Allah" merupakan eksklusif milik umat Islam. Apandi Ali mengatakan kata "Allah" bukan merupakan bagian integral dari kepercayaan Krstiani. "Pemakaian kata Allah akan membingungkan masyarakat," katanya.

"Allah" adalah kata Arab yang umumnya digunakan dalam bahasa Melayu untuk menyebut Tuhan. Etnis Melayu merupakan 60 persen dari total 28 juta penduduk Malaysia, sedangkan etnis keturunan Cina lebih dari 25 persen, dan selanjutnya keturunan India. Warga Kristen mencapai 9 persen dari total populasi Malaysia. 

Mingguan Herald menggunakan kata Allah yang mengadaptasi dari Injil Malaysia. Dewan Gereja Malaysia (CCM) memang menggunakan kata "Allah" dalam injil Malaysia. Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Malaysia Hermen Shastri mengatakan kata "Allah" sudah digunakan oleh umat Kristiani Malaysia selama berabad-abad dalam injil Malaysia. 

Pemerintah Malaysia bersikeras bahwa "Allah" harus diperuntukkan bagi umat Islam karena kekhawatiran penggunaannya oleh orang lain akan membingungkan umat Islam. Pada 2008, pemerintah mengancam akan menarik izin penerbitan surat kabar Katolik, Herald, di Malaysia jika terus menggunakan kata Allah. 

Pengadilan tinggi memutuskan bahwa kata "Allah" bukan eksklusif milik umat Islam, tapi bisa dipakai siapapun. Pemerintah Malaysia mengajukan banding dan menang.

Baju Iron Man Bakal Dipakai Tentara Amerika

Baju Iron Man Bakal Dipakai Tentara Amerika
Iron Man. Gizmodo.com

TEMPO.CO, Dover -Angkatan bersenjata Amerika Serikat akan merancang baju baja untuk pasukannya, yang terinspirasi dari tokoh pahlawan super Hollywood, Iron Man. Komando Operasi Khusus Amerika Serikat yang bermitra dengan universitas, laboratorium, dan industri teknologi tengah merancang baju tempur yang akan dipakai oleh para tentara di lapangan.


Baju baja tempur ini diberi nama The Tactical Assault Light Operator Suit (TALOS), yang rencananya terbuat dari lapisan bahan cerdas dilengkapi sensor, untuk melindungi pasukan dalam situasi pertempuran. Baju baja tempur ini juga memungkinkan para tentara Amerika Serikat mampu membawa beban yang jauh lebih berat dan tentu saja kebal terhadap peluru.

TALOS pertama kali diungkapkan oleh Laksamana Bill McRaven, pimpinan divisi operasi khusus pada sebuah konferensi yang berlangsung Mei lalu. Ia mengatakan baju baja tempur ini terinspirasi oleh kematian salah satu pasukannya di Afganistan.

"Orang-orang kami dibunuh oleh Taliban pada saat  upaya menyelamatkan sandera. Jadi bagaimana seragam prajurit lebih tangguh? Salah satu caranya adalah dengan membuatnya lebih tebal, lentur dan terbuat dari lapisan pelindung," kata McRaven kepada National Public Radio, seperti dikutip dari laman Mashable, Senin 13 Oktober 2013.

Norman Wagner, seorang profesor teknik kimia di University of Delaware, Amerika Serikat menggunakan nanoteknologi untuk membuat material berbahan cairan. Ketika sebuah benda -katakanlah peluru- mengenai baju tempur ini, maka akan berubah menjadi cangkang kuat yang sulit ditembus.

"Partikel-partikel ini mengorganisir diri dengan cepat, secara lokal dengan cara dimana mereka tidak dapat mengalir lagi dan menjadi benda solid,' kata Wagner.


Minggu, 13 Oktober 2013

Delegasi PBNU Kunjungi Pesantren Salaf di Maroko



RIMANEWS -  Diantara Rangkaian kegiatan kunjungan delegasi PBNU adalah kunjungn ke pesantren Salaf Maroko. Tepatnya di Pesantren Ta'limul 'Atiq Imam Nafie di kota Tanger.  Rombongan yang terdiri dariKatib Syuriyah KH Musthofa Aqiel Siradj, Ketua LBM PBNU KH Zulfa Mustofa, KH Mahfudz Asirun selaku wakil LBM PBNUdan Dr. H. Nasrullah Jasam beserta Pensosbud KBRI Rabat, Bpk. Suparman Hasibuan tiba di Tanger pada hari senin (25/03) dan disambut langsung oleh Direkur Imam Nafie, Syeikh Dr. Mohamed Saidi dengn baik dan senang hati.

Kedatangan mereka bertujuan untuk menindaklanjuti pengiriman beasiswa yang telah terbina beberapa tahun yang lalu supaya pada tahun sekarang dan seterusnya kerjasama ini terus berlanjut. Selanjutnya mereka juga mendatangi Majlis 'Ilmi untuk menawarkan kerjasama tukar fatwa.

Pada kesempatan itu juga, mereka menyempatkan untuk bertatap muka bersama para mahasiswa delegasi PBNU 2010 yang tengah belajar di pesantren Ta'limul 'Atiq Imam Nafie di kota Tanger .
"Kami merasa bangga dengan keberadaan kalian disini, sebagaimana yang disampaiakn oleh direktur Imam Nafie kalian telah mampu bersaing dengan para pelajar lainnya " Ujar Katib Syuriyah KH Musthofa Aqiel Siradj.
"Hal inilah yang membuat kami semakin yakin dan optimis bahwa kerjasama ini akan kembali terjalin dengan baik". Imbuh Dr. H Nasrullah jasam.

Pertemuan ini, juga di hadiri oleh segenap jajaran pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko guna membahas program besar PCINU Maroko kedepan yang tentunya membutuhkan perhatian dan bantuan dari PBNU demi suksesnya program yang telah direncanakan.

Sebelum acara ditutup, ketua tanfidziyah PCINU Maroko, Muannif Ridwan meminta kepada Katib Syuriyah KH Musthofa Aqiel Siradj dan Ketua LBM PBNU KH Zulfa Mustofa untuk meresmikan website baru PCINU Maroko yang didampingi oleh Koordinator Lajnah Ta'lif wa Nasyr PCINU Maroko, Kusnadi El-Ghezwa. Selanjutnya acara ditutup dengan doa oleh KH Mahfudz Asirun selaku wakil LBM PBNU dan dilanjutkan dengan berziarah ke makam Ibn. Batutah sang penjelajah dunia.

Kunjungan yang sama juga telah dilakukan pada hari sebelumnya, tepatnya di makam Syeikh Ahmad at-Tijani pendiri Thariqat Tijaniyah yang berada di kota Fes dan lima tempat lainnya dengan didampingi oleh DUBES RI Untuk Kerajaan Maroko H. Tosari Widjaja beserta sekprinya, Mr. Nasser, kepala kerjasama luar negeri direktorat urusan islam kementrian wakaf Maroko dan syeikh Abdel Majed El Mardhi, imam masjid Al-Qarawiyin serta mme. Aicha dari kantor wilayah Fes kementrian wakaf Maroko. *Penulis: Kusnadi El-Ghezwa Koordinator Lajnah Ta'lif wa Nasyr PCINU Maroko.

2 Pelajar Utusan PBNU Raih Gelar MA di Maroko

2 Pelajar Utusan PBNU Raih Gelar MA di Maroko



RIMANEWS - Durrotul Yatimah Lc sekaligus mahasiswi delegasi PBNU yang dikirim belajar ke Maroko berhasil mempertahankan tesis masternya didepan tiga dewan penguji. Sidang tesis tersebut berlangsung mulai pukul 13.00 pada hari Kamis (10/10/13) di Auditorium Institut Dar el Hadith el Hassania, Rabat.
Dihadapan dewan penguji yang terdiri dari Dr. Abdul Majid Muhib, Dr.Abdurrahman Alhibawi dan Dr. Althayyib lminwar, tesis berjudul keragaman ketetapan jurisprudensi dalam kitab Nihayatul Matlab fi Diroyatil Madzhab karya Al Juwaini (478H); bab jual beli, kompilasi dan studi ini diuji dalam kurun waktu sekitar satu setengah jam.
Dua hari sebelumnya, tepatnya Senin,8 Oktober 2013 di kampus yang sama, ketua Syuriah PCINU Maroko Alvian Iqbal Zahasfan, Lc juga telah melangsungkan sidang tesisnya dibidang aqidah dengn judul “al Mu'taqadaat al Mansubah ila Imam Abi Hasan Asy’ari min Khilali Kitab Tabyiini Kadzbi al Muftari fiima Nusiba ila imam Abi Hasan Asy'ari li Hafidz Ibnu 'Asakir (571 H).” (Ide- ide teologis yang dinisbatkan kepada Imam Asy’ari dalam kitab Tabyin Kadzib Muftari karya Ibnu Asakir) Dibawah bimbingan Dr Abdul Adzim Shoghiri, sedangkan tim penguji terdiri dari Dr. Omar lmubaraki dan Dr.Altayyib lminwar.
Pada sidang tesis tersebut dihadiri oleh Duta Besar RI Untuk Kerajaan Maroko H. Tosari Widjaja, Suparman Hasibuan Pensosbud KBRI Rabat, Prabowo Wiratmoko Jati Mustasyar PCINU Maroko dan sejumlah Lokal Staff dan Home Staff KBRI Rabat. Turut hadir pula sejumlah perwakilan anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko, pengurus PCINU Maroko dan civitas akademika Institut Darul  Hadits.
Saat diwawancarai mengenai sistem pembelajaran di Dar el Hadith el Hassania, ketua Fatayat PCINU Maroko Durrotul Yatimah Lc menyatakan bahwa, untuk jenjang master, mahasiswa yang tidak menyelesaikan S1 di Dar el Hadith el Hassania wajib menempuh master selama 3 tahun, dan selama 6 semester ada materi kuliah di kelas. “Pada tahun ketiga meskipun ada beban tesis, tapi tetap ada kuliah full tiap minggu, oleh karenanya nilai tesis tidak tersendirikan tapi digabung dengan nilai semester 6". Ujanrnya.
Pada tahun 2010 PBNU mengirim delegasi pelajar ke Maroko yang berjumlah 14 pelajar, dengan rincian 4 program master dan sisanya program S1. Dengan sistem belajar 3 tahun untuk s1 maka pada bulan Juli lalu para mahasiswa sarjana juga sudah menyelesaikan proses belajarnya, bahkan sebagian dari mereka mendapatkan nilai tertinggi. [Pengirim: Kusnadi El-Ghezwa, Koordinator Departemen Media Informasi PPI Maroko dan Koordinator Lajnah Ta’lif wa Nasyr PCINU Maroko]