Senin, 19 Januari 2015

Kisah Mimpi Aneh yang Mengantarkan Profesor Matematika Masuk Islam

Jeffrey Lang © bersamadakwah.com
Jeffrey Lang © bersamadakwah.com

Sungguh sebuah mimpi yang aneh. Sebagai seorang berbakat, Jeffrey Lang tidak habis pikir dengan mimpi itu. Namun hati kecilnya mengakui, mimpi itu membawa kedamaian di tengah kehidupan “ilmiah”-nya yang gersang.

Dalam mimpi itu, Jeffrey bersimpuh menghadap Tuhan. Caranya, ia berdiri, kemudian membungkuk, berdiri lagi, kepala menyentuh lantai, hingga duduk di atas tumit. Ia melakukannya di sebuah ruang yang hening, tanpa meja tanpa kursi. Hanya ada karpet dan dinding yang berwarna putih keabuan. Selain Jeffrey, di ruangan itu juga banyak laki-laki membentuk beberapa barisan. Jeffrey berada di barisan ketiga. Sedangkan di depan mereka, ada seorang laki-laki yang duduk sendiri, tak ada orang lain di sampingnya. Ia tampak memimpin ‘ritual’ itu. Jeffrey tak bisa melihat wajahnya, tapi Jeffrey ingat betul di atas kepala pria itu ada kain putih dengan motif berwarna merah.

Tidak sekali itu saja Jeffrey bermimpi begitu. Berkali-kali, selama 10 tahun menjadi atheis, Jeffrey bermimpi yang sama. Namun, ia mengabaikannya begitu saja dan memenangkan nalar ‘ilmiah’-nya.

Jeffrey Lang lahir dan besar dalam keluarga Katolik. Namun sejak kecil, ia telah menjadi anak yang kritis. “Ayah, apakah surga itu benar-benar ada?” tanyanya saat masih menjadi bocah.
Saat ia memasuki usia remaja, pertanyaannya semakin banyak dan kritis. Namun pendeta dan orang-orang seagama yang ditemuinya tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Ketia ia berusia 18 tahun, Jeffrey merasa logika mengenai Tuhan menemui jalan buntu. Karenanya ia kemudian memilih menjadi atheis menjelang kelulusannya dari sekolah Notre Dam Boys High.

Dua puluh tahun berlalu sejak mimpi pertamanya bersimpun menghadap Tuhan. Jeffrey menjadi dosen di University of San Fransisco. Di Universitas itu, Jeffery bertemu dengan Ghassan, pemuda muslim yang menjadi mahasiswanya. Keduanya menjadi sering berdiskusi. Semula tentang pelajaran, kemudian Jeffrey juga mengenal keluarga mahasiswanya tersebut.
Suatu hari, Jeffrey diberi hadiah sebuah mushaf Al Qur’an terjemah. Di situlah titik hidayah itu dimulai. Jeffrey akhirnya membaca Al Qur’an itu. Halaman demi halaman. Ia merasa tertantang.

“Sejak awal, buku ini menantang diriku,” kata Jeffrey mengenang saat-saat itu. Agaknya ia membaca ayat kedua surat Al Baqarah: “Inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Jeffrey terus membaca Al Qur’an. Ia merasa setiap kali ia membantah ayat-ayat yang dibacanya, ayat berikutnya menjadi jawaban atas bantahannya tersebut. “Seolah Penulis kitab itu membaca pikiranku,” kenangnya.

Jeffrey mulai sadar bahwa kitab di depannya itu melampaui pikirannya. Ia sadar kitab di depannya itu telah mengisi kekosongan jiwa yang selama ini ia rasakan. Kitab itu bukan hanya menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang Tuhan dan alam semesta, tetapi juga membawa kedamaian bagi jiwanya. Hidayah mulai masuk ke dalam hatinya.

Dan hidayah itu semakin terang, tatkala ia melihat sebuah pemandangan di basement gereja Universitas. Sejumlah kecil mahasiswa muslim sedang beribadah. Karena kesulitan tempat, mereka menggunakan basement itu.

Jeffrey melihat mereka berbaris rapi. Berdiri bersama, menunduk bersama, lalu berdiri lagi, kemudian bersujud, dan duduk bersimpuh di atas tumit. Jeffrey ingat sesuatu. Terlebih setelah ia melihat di depan mereka ada seseorang yang memimpin mereka beribadah, memakai penutup kepala putih dengan motif berwarna merah. Rupanya itu Ghassan. “Ini mimpiku!” teriak Jeffrey dalam hati. Ya, pemandangan itu persis seperti mimpinya yang berulang beberapa kali beberapa tahun silam.

Jeffrey tak kuasa menahan tangis haru. Hatinya penuh damai. Ia tersungkur bersujud.
Singkat cerita, profesor Matematika ini kemudian masuk Islam. Ia lalu berdakwah melalui mimbar ilmiah dan menulis sejumlah buku. Diantaranya Struggling to Surrender (1994), Even Angels Ask (1997) dan Losing My Religion: A Call for Help (2004). [Tim Redaksi Kisahikmah.com] 

Sumber:  http://kisahikmah.com/kisah-mimpi-aneh-yang-mengantarkan-profesor-matematika-masuk-islam/

Inilah Kalimat Monumental dan Syair Abdul Muththalib sebelum Serangan Pasukan Gajah

ilustrasi @hellotravel
ilustrasi @hellotravel

Namanya Abrahah al-Asyram. Seorang yang ditunjuk oleh Raja Najasyi sebagai Gubernur Yaman kala itu. Guna mempersembahkan sesuatu yang spesial untuk raja yang telah memilihnya menjadi Gubernur, Abrahah membangun gereja dengan perhiasan indah dan arsitektur yang mewah.

Bersamaan dengan itu, ia mengirim surat kepada Raja Najasyi. Dalam surat tersebut, ia berencana menghancurkan Ka’bah agar jama’ah haji beralih dari Ka’bah ke gereja megah yang dibangunnya itu.

Ternyata, surat yang ditulis Abrahah tersebar beritanya ke seluruh penduduk Makkah. Mereka pun geram dan memikirkan makar agar niat Abrahah gagal. Maka, berangkatlah salah satu penduduk Makkah yang bernama Abu Kinanah menuju gereja tersebut.

Sesampainya di sana, ia meminta kepada Abrahah agar dirinya diberi izin menginap karena sudah malam dan kelelahan. Ia juga beralasan akan melakukan ibadah di gereja. Karena iba, Abrahah mengizinkan Abu Kinanah menginap di dalam gereja.

Siang harinya, saat Abrahah masuk ke dalam gereja, Abu Kinanah sudah tidak ada. Ia meninggalkan gereja entah sejak malam atau pagi buta. Ketika itu, Abrahah mencium bau busuk. Setelah memerintahkan prajuritnya untuk melakukan pengecekan, didapatilah di dinding gereja lumuran kotoran manusia.

Rupanya, Abu Kinanah sengaja buang air besar di dalam gereja, kemudian melumurkan kotorannya ke dinding. Atas ulah konyolnya ini, Abrahah pun marah dan langsung menjalankan aksinya untuk menghancurkan Ka’bah.

Lalu berangkatlah pasukan itu. Sebelum sampai di Makkah, Abrahah mengingatkan bahwa ia tidak akan menumpahkan darah penduduk. Ia hanya ingin menghancurkan Ka’bah. Sayangnya, beberapa prajuritnya melakukan penjarahan terhadap harta penduduk Makkah, termasuk unta milik Abdul Muththalib sejumlah 200 ekor.

Abdul Muththalib yang merupakan pemuka Quraisy dan kakek Rasulullah Saw pun mendatangi perkemahan Abrahah. Selepas bertemu, terjadilah dialog antar keduanya. Dalam dialog ini, Abdul Muththalib menyampaikan kalimat tauhid yang amat monumental dan dikenang sejarah.
Katanya, “Aku adalah pemilik unta. Sedangkan pemilik rumah itu (Ka’bah) adalah Allah Swt. Dia yang akan melindunginya.”

Selepas menyampaikan kalimat itu dan meminta unta serta harta kaumnya yang dirampas, Abdul Muththalib bergegas mengungsi. Ia bersembunyi di gua-gua agar terhindar dari kerusakan yang akan dilakukan oleh pasukan Abrahah.

Sebelum meninggalkan Ka’bah, Abdul Muththalib dan pembesar Quraisy lainnya menyenandungkan bait-bait syair berikut:
Ya Allah, sesungguhnya seorang hamba hanya mampu melindungi kendaraannya.
Maka, lindungilah Rumah-Mu.
Berilah pertolongan hari ini untuk melawan penganut dan penyembah salib hingga tuntas.
Selamanya jangan biarkan pasukan salib dan agama mereka mengalahkan agama-Mu, jikalau Engkau mengabaikan mereka dan kiblat kami.
Allah Ta’ala pun melindungi Baitullah sebagaimana disebutkan dalam surah al-Fiil [105]: 1-5, “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”

Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya “Muhammad Saw Sang Rasul Terkasih” menyebutkan, “Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram. Dan pada bulan Rabi’ul Awal tahun yang sama, Rasulullah Saw dilahirkan.” Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad. [Pirman] 

Sumber: http://kisahikmah.com/inilah-kalimat-monumental-dan-syair-abdul-muththalib-sebelum-serangan-pasukan-gajah/

Di Menara Inilah Kelak Nabi Isa Diturunkan



sumber gambar @elforkandotcom
sumber gambar @elforkandotcom

Nabi Isa Alaihis Salam yang difitnah oleh Kaum Nasrani telah mati, nyatanya tidak demikian. Beliau masih hidup dan kelak diturunkan oleh Allah Ta’ala untuk membunuh Dajjal. Inilah sebuah ketentuan pasti yang dijamin oleh al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam yang mulia. Diturunkannya Nabi Isa Alaihis Salam merupakan salah satu ciri dekatnya Hari Kiamat.


Nabi Isa Alaihis Salam hidup di bumi pada akhir zaman selama empat puluh tahun. Inilah pendapat yang paling shahih. Beliau hanya memberi dua opsi kepada manusia yang masih hidup di zaman itu: beriman dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa sallam atau diperangi. Dalam kurun waktu empat puluh tahun itu, tiga puh tiga tahun dilalui dengan huru hara akhir zaman dan tujuh tahun dalam kedamaian.


Di dalam buku “Tanda Berakhirnya Dunia”, Syeikh Mahmud Athiyah Muhamamd Ali menukil riwayat yang mengatakan, “Dia (Nabi Isa Alaihis Salam) akan membunuh segala kesesatan, menghancurkan salib, membunuh babi, serta meletakkan jizyah.”


Saking pastinya kedatangan Hari Kiamat ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam telah menjelaskan detail tempat dimana Nabi Isa Alaihis Salam diturunkan. Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari Aus bin Aus, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam bersabda, “Isa putra Maryam turun pada menara putih di timur Damaskus.” Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi.


Menjelaskan hadits ini, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa riwayat inilah yang paling masyhur tentang tempat diturunkannya Nabi Isa Alaihis Sallam. Menara putih yang terletak di timur Damaskus tersebut adalah bangunan yang telah drirenovasi pada tahun 741 Hijriyah dengan dana yang berasal dari kaum Nasrani.


Tentang ciri fisik sosok yang terlahir tanpa ayah atas izin Allah Ta’ala ini, Syeikh Mahmud menjelaskan, “Dia adalah seorang laki-laki berperawakan sedang, berkulit antara merah dan putih.” Lanjut beliau menerangkan, “Rambutnya disisir rapi, dan dalam riwayat yang shahih disebutkan bahwa dia berkulit merah yang bagus dan berambut keriting.”


Jika kaum muslimin menjumpai Nabi Isa Alaihis Sallam kelak, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam pernah berpesan, “Barang siapa bertemu dengan Isa putra Maryam, sampaikanlah salamku padanya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Hakim dari Anas bin Malik. [Pirman]


Sumber: http://kisahikmah.com/di-menara-inilah-kelak-nabi-isa-diturunkan/

Minggu, 18 Januari 2015

Inilah Khasiat Surat al-Fatihah

Anak-anak belajar Al Qur’an – ilustrasi © skateistan.org
Semua surat dalam al-Qur’an adalah istimewa. Penyebutan khasiat dalam judul tulisan ini bukan berarti menafikan khasiat surat yang lain. Melainkan penegasan bahwa ada surat-surat tertentu yang Allah Ta’ala pilih dan memiliki khasiat khusus yang tidak dimilki oleh surat yang lainnya.Tentunya, penyebutan ini hendaknya membuat seorang hamba semakin mencintai al-Qur’an dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan mempraktekkannya.

Di dalam “Tata Cara Pengobatan Ala Nabi”, Ibnul Qayyim al Jauziyah menjelaskan khasiat surat al-Fatihah sebagai berikut:

1. Surat al-Fatihah mencakup semua makna kitab-kitab Allah Ta’ala dan mengandung Nama-nama Tuhan dan sifatnya yang mendasar, yaitu Allah, Rabb, ar-Rahman dan ar-Rahim.

2. Surat al-Fatihah mengandung penetapan tentang akhirat, penegasan tauhid, dan butuhnya makhluk kepada Allah Ta’ala dalam meminta pertolongan serta petunjuk.

3. Surat al-Fatihah merupakan doa yang paling utama, paling berkhasiat dan paling bermanfaat.

Doa inilah yang amat dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya, sebentuk permohonan agar diberikan jalan yang lurus, yaitu jalan yang mengandung pengetahuan, tauhid, dan penghambaan makhluk kepada Sang Khalik dengan sempurna.

4. Di dalam surat al-Fatihah terdapat tiga golongan manusia.

Pertama, manusia yang diberikan nikmat; mengetahui kebenaran, mengamalkan, mencintai, dan menghargai nikmat tersebut.
Kedua, manusia yang dimurkai; mereka yang menyimpang dari kebenaran setelah mengetahuinya.
Ketiga, manusia yang sesat; manusia yang tidak mengetahui kebenaran dan enggan mencarinya.

5. Tujuh makna yang terkandung di dalam surat al-Fatihah.

A. Pengukuhan qadar dan syara’.
B. Nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala.
C. Tempat kembali dan nubuwat.
D. Penyucian jiwa.
E. Perbaikan hati.
F. Penyebutan kebaikan Allah Ta’ala.
G. Penolak terhadap semua pelaku bid’ah dan pelaku kebatilan.

6. Surat al-Fatihah bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan dapat digunakan sebagai ruqyah bagi orang yang terkena segatan.

7. Surat al-Fatihah merupakan keikhlasan dalam beribadah, pujian kepada Allah Ta’ala, penyerahan segala urusan kepada-Nya, permohonan kepada-Nya, tawakkal kepada-Nya, dan permintaan atas semua nikmat kepada-Nya.

8. Surat al-Fatihah merupakan sebuah hidayah yang dapat mendatangkan segala kenikmatan dan menolak semua bentuk kemurkaan.

Inilah di antara khasiat surat pertama dalam al-Qur’an tersebut. Surat yang disebut Ummul Kitab, Sab’ul Matsani, dan nama-nama berkah lainnya. Beruntungnya, bagi kita kaum muslimin yang rajin mendirikan shalat, surat al-Fatihah ini otomatis dibaca minimal tujuh belas kali dalam sehari. Dengan demikian, semoga khasiatnya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat untuk kehidupan akhirat. [Pirman]

Sumber:  http://bersamadakwah.net/2015/01/inilah-khasiat-surat-al-fatihah/

Keajaiban Hadits Lalat dan Penelitian Joan Clark

Lalat © pertanian.go.id
Sewaktu muda, Syaikh Abdel Daem Al Kaheel pernah tak mampu menjawab pertanyaan orang ateis yang menghina salah satu hadits Nabi. “Bagaimana mungkin Nabi kalian menyuruh menenggelamkan lalat yang hinggap di minuman sembari menjelaskan di salah satu sayapnya ada obat. Lalu kalian mau meminum minuman seperti itu?” tanyanya nyinyir.

Al Kaheel paham bahwa yang dimaksud orang atheis tersebut adalah sabda Rasulullah:

إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِى شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ، ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ ، فَإِنَّ فِى إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالأُخْرَى شِفَاءً


“Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan, kemudian angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena pada satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat” (HR. Al Bukhari)

Tentu sebagai mukmin ia yakin dengan kebenaran hadits ini. Tetapi, bagaimana menjelaskan kepada orang atheis yang tidak mempercayai apapun kecuali materi?

Beberapa tahun kemudian, ketika menulis buku Asrar As Sunnah An Nabawiyah (Rahasia Sunnah Nabi), Syaikh Abdel Daem Al Kaheel menjelaskan kebenaran hadits ini dalam satu bab tersendiri dengan didukung oleh sejumlah penelitian, terutama penelitian Joan Clark.

Dokter dari Australia itu melakukan penelitian tentang lalat dan menemukan bahwa permukaan luar tubuh lalat mengandung antibiotik yang dapat mengobati banyak penyakit. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa obat pada sayap itulah yang membuat lalat tidak terkena penyakit yang dibawanya sendiri.

Hasil penelitian Joan Clark ini cukup mengejutkan sekaligus memancing banyak ilmuwan lain untuk melakukan penelitian berikutnya. Hasilnya menunjukkan fakta lebih rinci bahwa cara terbaik mengeluarkan zat antibiotik pada lalat adalah dengan cara mencelupkannya ke dalam air. sebab, zat antibiotik tersebut terutama terdapat pada permukaan luar tubuh dan sayapnya.

Setelah penelitian tersebut, seorang dokter dari Rusia kemudian mengembangkan pengobatan baru dengan lalat. Sedangkan Profesor Juan Alvarez Bravo dari Universitas Tokyo mengisyaratkan pengembangan pemanfaatan ekstrak lalat untuk pengobatan.

Dalam Fatawa Mu’ashirah, Syaikh Dr Yusur Qardhawi ketika menerangkan hadits lalat ini juga menguatkannya dengan hasil penelitian yang menunjukkan kebenaran sabda Rasulullah bahwa dalam sayap lalat terdapat obat untuk menetralisir penyakit yang terdapat pada sayapnya yang lain.

Masya Allah… fakta-fakta ilmiah ini baru terungkap mulai abad ke-20. Sedangkan Rasulullah telah mensabdakannya 13 abad sebelumnya. Lalu siapa yang mengajari Rasulullah kalau bukan Allah Subhanahu wa Ta’ala? Hal ini juga menjadi salah satu bukti kebenaran Islam yang seharusnya membuat iman dan rasa syukur kita kian meningkat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/bersamadakwah]

Sumber:  http://bersamadakwah.net/2015/01/keajaiban-hadits-lalat-dan-penelitian-joan-clark/