Sabtu, 26 Mei 2012

Nasiruddin Al-Tusi, Ilmuwan Serba Bisa dari Persia


Kamis, 24 Mei 2012, 23:23 WIB
http://bashgah.net
 
Nasiruddin Al-Tusi, Ilmuwan Serba Bisa dari Persia (1)
Nasiruddin Al-Tusi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Ilmuwan serba bisa. Julukan itu rasanya amat pantas disandang Nasiruddin Al-Tusi. Sumbangannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern sungguh tak ternilai besarnya.

Selama hidupnya, ilmuwan Muslim dari Persia itu mendedikasikan diri untuk mengembangkan beragam ilmu seperti, astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hingga ilmu agama Islam.

Sarjana Muslim yang kemasyhurannya setara dengan teolog dan filsuf besar sejarah gereja, Thomas Aquinas, itu memiliki nama lengkap Abu Ja'far Muhammad ibn Muhammad ibn Al-Hasan Nasiruddin Al-Tusi.

Ia lahir pada 18 Februari 1201 M di Kota Tus yang terletak di dekat Meshed, sebelah timur laut Iran. Sebagai seorang ilmuwan yang amat kondang di zamannya, Nasiruddin memiliki banyak nama. Antara lain Muhaqqiq Al-Tusi, Khuwaja Tusi, dan Khuwaja Nasir.

Nasiruddin lahir di awal abad ke-13 M, ketika dunia Islam tengah mengalami masa-masa sulit. Pada era itu, kekuatan militer Mongol yang begitu kuat menginvasi wilayah kekuasaan Islam yang amat luas. Kota-kota Islam dihancurkan dan penduduknya dibantai habis tentara Mongol dengan sangat kejam.

Menurut JJ O'Connor dan EF Robertson, pada masa itu dunia diliputi kecemasan. Hilangnya rasa aman dan ketenangan itu membuat banyak ilmuwan sulit untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Nasiruddin pun tak dapat mengelak dari konflik yang melanda negerinya. Sejak kecil, Nasiruddin digembleng ilmu agama oleh ayahnya yang berprofesi sebagai seorang ahli hukum di Sekolah Imam Keduabelas.

Selain digembleng ilmu agama di sekolah itu, Nasiruddin juga mempelajari beragam topik ilmu pengetahuan lainnya dari sang paman. Menurut O'Connor dan Robertson, pengetahuan tambahan yang diperoleh dari pamannya itu begitu berpengaruh pada perkembangan intelektual Nasiruddin.

Pengetahuan pertama yang diperolehnya dari sang paman antara lain logika, fisika, dan metafisika. Selain itu, Nasiruddin juga mempelajari matematika pada guru lainnya. Ia begitu tertarik pada aljabar dan geometri.

Ketika menginjak usia 13 tahun, kondisi keamanan kian tak menentu. Pasukan Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan yang berutal dan sadis mulai bergerak cepat dari Cina ke wilayah barat. Sebelum tentara Mongol menghancurkan kota kelahirannya, dia sudah mempelajari dan menguasai beragam ilmu pengetahuan.

http://en.wikipedia.org
 
Nasiruddin Al-Tusi, Ilmuwan Serba Bisa dari Persia (2)
Salah satu kitab karya Nasiruddin Al-Tusi.
Untuk menimba ilmu lebih banyak lagi, Nasiruddin hijrah dari kota kelahirannya ke Nishapur—sebuah kota yang berjarak 75 kilometer di sebelah barat Tus.

Di kota itulah, Nasiruddin menyelesaikan pendidikan filsafat, kedokteran, dan matematika. Dia sungguh beruntung, karena bisa belajar matematika dari Kamaluddin ibn Yunus. Kariernya mulai melejit di Nishapur. Nasiruddin pun mulai dikenal sebagai seorang sarjana yang hebat.

Pada tahun 1220 M, invasi militer Mongol telah mencapai Tus dan kota kelahiran Nasiruddin pun dihancurkan. Ketika situasi keamanan tak menentu, penguasa Ismailiyah Nasiruddin 'Abdurrahim mengajak sang ilmuwan itu untuk bergabung.

Tawaran itu tak disia-siakannya. Nasiruddin pun bergabung menjadi salah seorang pejabat di Istana Ismailiyah. Selama mengabdi di istana itu, Nasiruddin mengisi waktunya untuk menulis beragam karya yang penting tentang logika, filsafat, matematika, serta astronomi. Karya pertamanya adalah kitab Akhlag-i Nasiri yang ditulisnya pada 1232 M.

Pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan—cucu Jengis Khan—pada tahun 1251 M akhirnya menguasai Istana Alamut dan meluluh-lantakannya. Nyawa Nasiruddin selamat, karena Hulagu ternyata sangat menaruh minat terhadap ilmu pengetahuan.
Hulagu yang dikenal bengis dan kejam memperlakukan Nasiruddin dengan penuh hormat. Dia pun diangkat Hulagu menjadi penasihat di bidang ilmu pengetahuan.

Meski telah menjadi penasihat pasukan Mongol, sayangnya Nasiruddin tak mampu menghentikan ulah dan kebiadaban Hulagu Khan yang membumihanguskan kota metropolis intelektual dunia, Baghdad, pada tahun 1258 M.

Terlebih, saat itu Dinasti Abbasiyah berada dalam kekuasaan Khalifah Al-Musta'sim yang lemah. Terbukti, militer Abbasiyah tak mampu membendung gempuran pasukan Mongol.

Meski tak mampu mencegah terjadinya serangan bangsa Mongol, paling tidak Nasiruddin bisa menyelamatkan dirinya dan masih berkesempatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

"Hulagu sangat bangga karena berhasil menaklukkan Baghdad dan lebih bangga lagi karena ilmuwan terkemuka seperti Al-Tusi bisa bergabung bersamanya,'' papar O'Connor dan Robertson dalam tulisannya tentang sejarah Nasiruddin.

en.wikipedia.org

Nasiruddin Al-Tusi, Ilmuwan Serba Bisa dari Persia (3)
Oberservatorium Maragha karya Al-Tusi.
Hulagu juga amat senang, ketika Nasirrudin mengungkapan rencananya untuk membangun Observatorium di Maragha.

Saat itu, Hulagu telah menjadikan Maragha yang berada di wilayah Azerbaijan sebagai ibu kota pemerintahannya.

Pada tahun 1259 M, Nasiruddin pun mulai membangun observatorium yang megah. Jejak dan bekas bangunan observatorium itu masih ada hingga sekarang.

Observatorium Maragha mulai beroperasi pada tahun 1262 M. Pembangunan dan operasional observatorium itu melibatkan sarjana dari Persia dibantu astronom dari Cina.

Teknologi yang digunakan di observatorium itu terbilang canggih pada zamannya. Beberapa peralatan dan teknologi penguak luar angkasa yang digunakan di observatorium itu ternyata merupakan penemuan Nasiruddin, salah satunya adalah 'kuadran azimuth'.

Selain itu, dia juga membangun perpustakaan di observatorium itu. Koleksi bukunya tebilang lengkap, terdiri dari beragam ilmu pengetahuan. Di tempat itu, Nasiruddin tak cuma mengembangkan bidang astronomi saja. Dia pun turut mengembangkan matematika dan filsafat.

Di observatorium yang dipimpinnya itu, Nasiruddin Al-Tusi berhasil membuat tabel pergerakan planet yang sangat akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi perkembangan astronomi adalah kitab Zij-i Ilkhani yang ditulis dalam bahasa Persia dan lalu diterjemahkan dalam bahasa Arab. Kitab itu disusun setelah 12 tahun memimpin Observatorium Maragha.

Selain itu, Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya berjudul Al-Tadhkira fi'ilm Al-Hay'a (Memoar Astronomi). Nasiruddin mampu memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit.

Nasiruddin meninggal dunia pada 26 Juni 1274 M di Baghdad. Meski begitu, jasa dan kontribusinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan masih tetap dikenang. Namanya, dibadikan mejadi salah satu nama kawah di bulan.  
http://en.wikipedia.org

Nasiruddin Al-Tusi, Ilmuwan Serba Bisa dari Persia (4-habis)
Salah satu karya Nasiruddin Al-Tusi yang dikenal dengan a-Tusi-couple.

Sumbangan Penting Nasiruddin untuk Sains

Astronomi

Ia menulis beragam kitab yang mengupas tentang Astronomi. Nasiruddin juga membangun observatorium yang mampu menghasilkan tabel pergerakan planet secara akurat.

Model sistem plenaterium yang dibuatnya diyakini paling maju pada zamannya. Dia juga berhasil menemukan sebuah teknik geometrik yang dikenal di barat dengan a-Tusi-couple. Sejarah juga mencatat, Nasiruddin sebagai astronom pertama yang mengungkapkan bukti observasi empiris tentang rotasi bumi.

Biologi

Nasiruddin juga turut memberi sumbangan dalam pengembangan ilmu hayat atau biologi. Ia menulis secara luas tentang biologi. Nasiruddin menempatkan dirinya sebagai perintis awal dalam evolusi biologi.

Dia memulai teorinya tentang evolusi dengan alam semesta yang terdiri dari elemen-eleman yang sama dan mirip. Menurutnya, kontradiksi internal mulai tampak sebagai sebuah hasil, dan beberapa zat mulai berkembang lebih cepat serta berbeda dengan zat lain.

Dia lalu menjelaskan bagaimana elemen-elemen berkembang menjadi mineral kemudian tanaman, kemudian hewan, dan kemudian manusia. Di juga menjelaskan bagaimana variabilitas heriditas merupakan faktor penting dalam evolusi biologi mahluk hidup.

Kimia

Dalam bidang kimia, Nasiruddin mengungkapkan versi awal tentang hukum kekekalan massa. ''Zat dalam tubuh tak bisa sepenuhnya menghilang. Zat itu hanya merubah bentuk, kondisi, komposisi, warna, dan bentuk lainnya yang berbeda,'' kata dia.

Matematika

Selain menghasilkan rumus sinus pada segitiga, Nasiruddin juga adalah matematikus pertama yang memisahkan trigonometri sebagai disiplin ilmu yang terpisah dari matematika.

Pencapaian penemu rumus sinis segitiga

Selama mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, Nasiruddin Al-Tusi telah menulis beragam kitab yang mengupas bermacam ilmu pengetahuan. Di antara kitab yang berhasil ditulisnya itu antara lain; kitab Tajrid-al-'Aqaid (sebuah kajian tentang ilmu kalam) dan Al-Tadhkirah fi Ilm Al-Hay'ah (sebuah memoar tentang ilmu astronomi).

Kitab tentang astronomi yang ditulis Nasiruddin itu banyak mendapat komentar dari para pakar astronomi. Komentar-komentar itu dibukukan dalam sebuah buku berjudul Syarah Al-Tadhkirah (Sebuah Komentar atas Al-Tadhkirah) yang ditulis Abdul Ali ibn Muhammad ibn Al-Husayn Al-Birjandi dan Nazzam Nishapuri.

Selain itu, Nasiruddin juga menulis kitab berjudul Akhlaq-i-Nasri yang mengupas tentang etika. Kitab lainnya yang terbilang populer adalah Al-Risalah Al-Asturlabiyah (Risalah Astrolabe). Kitab ini mengupas tentang peralatan yang digunakan dalam astronomi.
Di bidang astronomi, Nasiruddin juga menulis risalah yang amat populer, yakni Zij-i ilkhani (Tabel Ilkhanic). Ia juga menulis Syarah Al-Isharat, sebuah buku yang berisi kritik terhadap hasil kerja Ibnu Sina.

Selama tinggal di Nishapur, Nasiruddin memiliki reputasi yang cemerlang, sebagai ilmuwan yang beda dari yang lain. Pencapaian mengagumkan yang berhasil ditorehkan Nasiruddin dalam bidang matematika adalah pembuatan rumus sinus untuk segitiga, yakni; a/sin A = b/sin B = c/sin C.

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Heri Ruslan 
Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/05/24/m4jbfy-nasiruddin-altusi-ilmuwan-serba-bisa-dari-persia-1
 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/05/24/m4jbs2-nasiruddin-altusi-ilmuwan-serba-bisa-dari-persia-2
 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/05/24/m4jc82-nasiruddin-altusi-ilmuwan-serba-bisa-dari-persia-3
 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/05/25/m4kooo-nasiruddin-altusi-ilmuwan-serba-bisa-dari-persia-4habis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar