Rabu, 01 Agustus 2012

Perjuangan 3.000 Atlet Muslim di Olimpiade

London, NU Online
Perjuangan sekitar tiga ribu lebih atlet muslim di pesta olahraga sejagat, Olimpiade London 2012 menjadi catatan sejarah penting umat Islam. Apakah seorang atlet muslim dapat membatalkan puasanya di tengah perlombaan dan pertandingan dunia yang sangat ketat melawan atlet non-muslim.

Perjuangan umat Islam di bulan ramadhan memang tidak perlu kendur karena kondisi perjuangan seperti itu sudah pernah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad. Semua tergantung dari atlet muslim, jika sanggup maka dapat melaksanakan puasa di tengah-tengah pertandingan.

Pelaksanaan pembukaan sudah di depan mata, 27 Juli ini bahkan beberapa cabang pertandingan sudah berlangsung mengawali pembukaan. Sebenarnya, benturan antara ibadah dan kompetisi tidak hanya kali ini terjadi.

Pada Olimpiade 1924, sprinter Eric Lindell asal Skotlandia mundur dari pertandingan dilaksanakan hari Minggu dan memilih datang ke misa di gereja. Sementara atlet baseball Yahudi, Sandy Koufax, menolak bermain pada 1965 karena bertepatan dengan hari Yom Kippur.

Joanna Manning Cooper, juru bicara panitia Olimpiade 2012 mengatakan penyelenggara tidak mengetahui hal itu saat menerima tawaran Inggris enam tahun lalu buat menggelar kompetisi olahraga terbesar itu. Meski begitu dia yakin semua hambatan dapat diatasi.

Namun, ternyata Komisi Hak Asasi Islam enam tahun lalu sudah mengajukan surat keberatan terhadap penyelenggara Olimpiade. Mereka meminta agar perhelatan akbar itu dijadwal ulang agar tidak berbenturan dengan bulan Ramadan. Tapi Komite Nasional Olimpiade menolak permintaan itu. Mereka mengatakan itu adalah konsekuensi para atlet dan penyelenggara tidak bertanggung jawab dengan hal itu.

Puasa di daerah sub-tropis Eropa berbeda dengan wilayah tropis. Lama waktu siang lebih lama ketimbang malam, yakni sekitar 17 jam. Jadi para atlet dan umat muslim di zona itu tidak makan dan minum lebih lama.

Dewan Fatwa Nasional Malaysia membolehkan atlet yang akan berlaga di Olimpiade London, Inggris, menunda puasa sampai setelah Olimpiade. Alasannya, karena mereka bersaing di sebuah acara internasional bagi kehormatan bangsa.

“Mereka berlaga di Olimpiade untuk mengharumkan nama bangsa. Mereka bisa berpuasa saat mereka kembali ke Malaysia,” kata tokoh keagamaan ternama Malaysia di negara bagian Perak, Mufti Harussani Zakaria.

“Dalam Al-Quran menyebutkan bahwa apabila kamu memiliki misi untuk diselesaikan, maka kamu bisa menunda untuk berpuasa. Namun, harus diganti berapa hari kamu tidak berpuasa itu,” kata Zakaria.

“Situasi puasanya sangat berbeda dibandingkan Indonesia. Di sini, sudah harus puasa sejak pukul 03.15 waktu London dan buka puasa pada pukul 21.30 waktu London. Lalu salat tarawih pada hampir pukul 23.00, pukul 24.00 tidur, dan nanti harus bangun lagi pukul 02.00. Kalau cuaca di sini masih agak dingin,” ujar Ketua Kontingen Olimpiade Indonesia, Erick Thohir.

“Islam adalah agama yang memiliki toleransi. Islam bukanlah agama yang memaksakan kewajiban kepada pemeluknya. Sebenarnya ketika kita pergi ke London kita disebut sebagai musafir. (Dalam keadaan seperti ini) Islam mengizinkan kita untuk menunda puasa,” katanya.

Sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,45-id,39031-lang,id-c,internasional-t,Perjuangan+3+000+Atlet+Muslim+di+Olimpiade-.phpx#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar